AFDS - 33. Tukang Parkir : Yuk, Mundur Yuk!

227K 26.1K 3.4K
                                    

Jam istirahat kali ini Senja gunakan untuk mengghibah dengan teman-temannya. Acara ghibah kali ini disponsori oleh kue bolu buatan mama Keyla. Itu yang membuat mereka tidak ke kantin karena perut mereka sudah kenyang hanya dengan makan bolu dan minum air saja. Maklum saja, mereka termasuk para cewek berbadan kurus yang porsi makannya hanya sedikit. Bukan karena ingin diet, tapi karena dari sananya memang seperti itu.

Pembahasan kali ini masih seputar Fajar dan Immah yang sedang panas-panasnya seolah berita tentang mereka tidak ada habisnya. Vinka yang memang titisan lambe turah pun sangat gencar menceritakan apapun yang dia ketahui tentang kedekatan Fajar dan Immah. Apalagi misinya untuk mendekatkan Senja dan Satria membuatnya selalu menyudutkan Fajar dalam ceritanya.

Tanpa Senja sadari, Fajar sedari tadi memperhatikannya dari bangkunya. Fajar merasa Senja sedikit berubah. Cewek itu seperti sedang menghindarinya. Diajak ngobrol pun jawabnya hanya singkat saja.

Senyuman manis dan omelan Senja tidak pernah Fajar dengar lagi akhir-akhir ini. Senja seolah tidak peduli lagi dengannya. Dia bolos pun Senja tidak menghalanginya padahal Senja tahu kalau Fajar berniat bolos. Jujur saja, itu membuat Fajar kepikiran. Apa sebenarnya yang membuat cewek itu berubah?

Fajar pusing memikirkan alasan yang membuat Senja berubah. Dia bukan termasuk tipe cowok yang gampang peka, jadi memahami cewek itu terbilang cukup sulit untuk Fajar. Menurutnya, hubungannya dan Senja sudah membaik akhir-akhir ini, tapi kenapa Senja kembali menghindarinya? Apa dia membuat sebuah kesalahan yang membuat Senja kesal? Tapi, biasanya, Senja akan lebih memilih mengomelinya dari pada mendiamkannya seperti ini.

Ingin sekali Fajar meminta pendapat pada teman-temannya tentang perubahan sikap Senja, tapi pasti teman-temannya itu akan meledeknya habis-habisan. Jadi, Fajar lebih memilih memikirkannya sendiri sampai dia tidak bisa tidur.

Vano yang menghampirinya dengan berlari membuat lamunan Fajar seketika buyar.

Fajar menatapnya bingung, sedangkan Vano masih mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal setelah berlari.

“Jar! Lo harus ke toilet sekarang!” ucap Vano menggantung

“Ngapain? Gue lagi gak pengen buang air.”

“Bukan, itu! Immah adiknya Bara dilabrak Shelia di toilet.”

Fajar terkejut mendengar itu. Dia segera mengikuti Vano ke toilet tempat terjadinya perkara. Mereka berlari di koridor sampai beberapa kali menabrak orang.

Hampir seluruh penghuni kelas bisa mendengar apa yang diucapkan Vano. Mereka ikut berlarian ingin melihat apa yang terjadi.

Senja menatap kepergian Fajar dengan tatapan datar. Jauh di lubuk hatinya, dia merasakan sakit saat melihat Fajar sangat panik ketika mendengar Immah dilabrak oleh Shelia. Senja jadi mulai percaya kalau diantara mereka memang ada apa-apa. Kalau tidak ada apa-apa, tidak mungkin Fajar sampai sepeduli itu karena Fajar termasuk orang yang cuek terhadap urusan orang lain. Saat Senja meminta bantuannya agar terlepas dari Guntur saja Fajar merasa keberatan. Dia sampai memperingatkan Senja agar tidak meminta bantuannya lagi. Tapi sekarang, untuk seorang Fatimmah Syifanna, Fajar rela berlari-larian demi bisa menyelamatkan cewek itu dari mantan bar-barnya.

“Gila emang si Shelia! Semua yang deket sama Fajar pada dilabrak sama dia,” gumam Keyla dengan geleng-geleng kepala.

“Bar-bar banget, emang! Kerjaannya keluar masuk BK mulu sampai bosen Bu Siska lihat muka dia yang menor,” sahut Fifi.

“Lo bertiga emang gak penasaran? Ikut nonton lah, kuy! Lumayan dapat tontonan gratis,” ajak Vinka.

“Lo ikut, gak, Ja? Dari tadi diem mulu,” tegur Keyla saat melihat Senja melamun.

“Senja lagi patah hati. Gebetannya sekarang punya gebetan baru,” goda Fifi dengan terkekeh.

“Muter-muter lo, kayak baling-baling Doraemon!” Vinka menoyor kening Fifi.

Fifi mengusap-usap keningnya sembari mencebikkan bibirnya kesal.

“Ayo, buruan! Nanti kita ketinggalan banyak.” Keyla keluar kelas diikuti teman-temannya.

“Semangat banget lo, kalau lihat orang ribut!”

Keyla hanya nyengir saja mendengar ucapan Fifi.

Toilet tempat kejadian perkara ternyata sudah dipadati oleh banyak anak. Vinka yang memimpin jalan karena dia yang paling bisa mencari jalan di tengah kerumunan. Dia menyenggol siapapun yang menghalangi jalannya tanpa merasa bersalah sedikitpun, membuat teman-temannya yang berjalan di belakangnya merasa tidak enak pada korban senggol Vinka.

Skill Vinka dalam mencari jalan memang tidak diragukan lagi karena mereka yang tadinya di belakang sendiri, sekarang sudah berada di barisan paling depan yang membuat mereka bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi. Terdengar gerutuan dari anak-anak yang berdiri di belakang mereka, tapi mereka sama sekali tidak peduli.

Senja mematung di tempatnya. Di depannya, Fajar sedang membela Immah mati-matian dan menyalahkan Shelia yang sekarang sudah menangis karena dibentak Fajar. Apa yang dia lihat ini sudah cukup membuatnya untuk mundur dan tidak berharap lagi pada Fajar. Dari pada mempercayai ucapan Vinka yang bilang kalau Fajar mendekati Immah karena Fajar memanfaatkan kepintaran Immah, Senja lebih percaya kalau Fajar mendekati Immah karena memang cinta itu buta. Tidak memandang fisik atau apapun.

Setelah Fajar berhasil membuat Shelia meminta maaf pada Immah, dia merangkul pundak Immah dan menuntunnya keluar dari toilet. Immah hanya diam saja. Dia masih shock dengan apa yang baru saja terjadi. Bahkan dia tidak sadar kalau sekarang dia sedang dirangkul oleh cowok yang dia kagumi. Kepalanya hanya menunduk saja membiarkan Fajar menuntunnya pergi dari kerumunan orang-orang.

Senja tidak bisa berkata-kata lagi saat melihat Fajar merangkul pundak Immah. Mulutnya bahkan tidak mampu terbuka hanya untuk mengajak teman-temannya kembali ke kelas. Rasa sakit yang menghujam hatinya membuat matanya mulai memanas. Hati yang baru saja berbunga-bunga karena sikap manis Fajar sekarang harus layu.

“Ja! Lo gapapa?” tanya Vinka saat melihat mata Senja berkaca-kaca.

Senja mengangguk pelan. Matanya sekarang mulai mengabur tertutup air mata, tapi sebisa mungkin dia menahannya agar air mata itu tidak turun sekarang.

Senja merasa bodoh. Bisa-bisanya dia menangisi cowok yang statusnya hanya sebagai tetangga dan teman sekelasnya saja. Bahkan Fajar tidak pernah mengungkapkan perasaannya pada Senja. Senja-nya saja yang terlalu baper. Seharusnya, dia sadar sejak awal kalau cowok seperti Fajar bukan hanya bersikap manis padanya saja, tapi pada cewek lain juga. Hampir 17 tahun bertetangga dengan Fajar, Senja belum juga mengerti dengan baik bagaimana sifat cowok itu.

Vinka mengajak Senja kembali ke kelas. Sepanjang jalan, dia mengoceh dan mengeluhkan sikap Fajar. Sebagai sahabat Senja, dia tidak rela sahabatnya sakit hati karena cowok kampret seperti Fajar. Padahal Satria lebih segala-galanya dari Fajar, tapi sahabatnya itu malah menyukai Fajar dari pada Satria.

“Mending lo sama Bang Sat aja, deh! Gak usah baper sama cowok kampret kayak Fajar,” saran Vinka. Dia sangat mendukung kalau Senja bisa jadian dengan Satria. Dengan begitu, mereka jadi bisa double date. Pasti akan seru.

“Gue gak akan baper lagi, kok.”

“Gue kasih tahu, ya! Bang Sat itu beneran suka sama lo. Dia sampai gak nerima ajakan balikan dari mantannya karena dia serius mau deketin lo.”

“Vin, mau tanya, nih. Tapi, jangan tersinggung, ya!” ucap Keyla pelan.

“Tanya apa?”

“Lo pasti dapat komisi, kan, dari Bang Sat? Makanya, lo promosiin dia terus.”

“Ya iyalah! Endors barang aja mahal, apalagi endors orang.” Vinka mengibaskan rambutnya. Dia terkadang memang di-endors oleh beberapa online shop karena follower-nya yang terbilang lumayan banyak.

“Kampret lo!”

🍰🍰🍩🍰🍰

Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang