AFDS - 56. Naik Sepeda

236K 26.9K 2.5K
                                    

Selama Fajar mandi, Senja menunggunya sembari membereskan tempat tidur Fajar yang sangat berantakan. Senja menduga, cowok itu berotasi saat tidur. Lihat saja, bantal dan guling tidak berada pada tempatnya. Selimutnya pun hampir jatuh ke lantai.

Dengan cekatan, Senja meletakkan bantal dan guling pada tempatnya lalu beralih melipat selimut.

Tanpa Senja ketahui, Gita sedang mengintipnya dari sela pintu yang terbuka sedikit. Wanita itu tersenyum melihat bagaimana Senja merapikan tempat tidur anaknya.

“Udah cocok jadi menantuku,” gumam Gita pelan. Setelah puas memperhatikan calon menantunya, dia melangkah kembali menuju kamarnya sendiri.

Senyuman puas terbit di bibir Senja saat melihat tempat tidur Fajar jauh lebih rapi dari sebelumnya. Senja jadi ingin tahu, siapa yang merapikan tempat tidur cowok itu di basecamp. Atau jangan-jangan malah tidak pernah dirapikan? Melihat sikap cuek cenderung jorok dari cowok itu, dugaan itu bisa saja terjadi.

Mata Senja beralih memperhatikan koleksi komik milik Fajar. Dia berjalan mendekati rak berisi koleksi komik itu. Mengambilnya asal lalu membacanya sekilas.

Terdengar pintu kamar mandi terbuka. Fajar keluar sembari mengusap-usap rambutnya yang basah dengan handuk. Matanya melirik Senja sekilas lalu beralih pada tempat tidurnya yang terlihat rapi. Tanpa bertanya pun Fajar sudah tahu siapa yang melakukannya. Pasti Senja. Selain hanya cewek itu yang berada di kamarnya saat dia mandi, mamanya juga tidak mungkin merapikannya karena mamanya sudah menyuruhnya merapikan tempat tidur sendiri sejak SD.

“Makasih,” ucap Fajar singkat lalu berjalan menuju lemari untuk mengambil kaos.

Senja mengalihkan pandangannya dari komik. Dahinya berkerut tidak mengerti dengan ucapan Fajar.

“Kenapa lo tiba-tiba bilang makasih?” tanyanya sembari memperhatikan Fajar yang sedang memakai kaos. Cowok itu sudah terlihat lebih segar dan juga tampan. Bekas lukanya pun sudah banyak yang memudar. Tidak sia-sia Senja mengolesinya dengan salep secara rutin.

“Karena lo udah ngerapiin tempat tidur gue.”

Senja mengangguk. Matanya masih mengikuti kemanapun Fajar pergi. Cowok itu sekarang duduk di sofa setelah selesai dengan urusan penampilannya. Wangi parfum menguar dari tubuhnya menandakan jika dia baru saja memakai parfum karena sebelumnya hanya wangi sabun saja yang tercium.

Senja beranjak dari kursi meja belajar dan beralih ke sofa. Ikut duduk di samping Fajar. Ada pertanyaan yang sedari tadi berputar di kepalanya dan dia ingin menanyakannya sekarang pada Fajar. Sebenarnya, bukan sesuatu yang penting, tapi mampu membuat Senja penasaran.

“Ngomong-ngomong, kok tumben lo mau pulang pas weekend gini?”

Pertanyaan itulah yang sedari tadi membuat Senja penasaran karena itu termasuk salah satu kejadian langkah.

Fajar menoleh setelah selesai mengetik pesan pada Gerald untuk memberitahu temannya itu kalau dia tidak bisa kembali ke basecamp dengan cepat karena Senja meminta jalan-jalan.

“Gue pengen makan masakan rumah,” jawab Fajar sesuai dengan yang dikatakan mamanya tadi.

“Hubungan lo sama Papa lo udah membaik?”

“Lumayan. Papa udah mau ngajak gue ngomong meskipun suasananya masih canggung. Mungkin karena udah gak pernah denger gue buat masalah lagi.” Fajar mengedikkan bahu.

“Makanya, jangan buat masalah terus!”

“Gak janji.” Fajar terkekeh, membuat Senja terkesima. Pesona Fajar memang tidak bisa diragukan. Dia terkekeh seperti itu saja sudah membuat Senja terpesona.

Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang