Senja sedang bersantai di ruang tengah setelah menyelesaikan tugas-tugasnya. Televisi di depannya menyala menampilkan sebuah acara komedi, tapi Senja sama sekali tidak menontonnya. Dia menghidupkan televisi agar tidak merasa kesepian saja. Suara dari televisi membuat Senja merasa tidak sendiri.
Ponsel yang berada dalam genggamannya terus dia scroll untuk melihat-lihat isi social media. Membalas pesan, menyukai postingan orang-orang di instagram, dan menonton video-video lucu adalah cara Senja bertahan dari rasa bosan di masa jomblonya ini.
Dulu, saat dia masih berpacaran dengan Guntur, mereka akan melakukan video call atau sekedar telepon sampai malam. Tentu saja setelah menyelesaikan tugas masing-masing karena Guntur termasuk siswa teladan.
Suara ketukan pintu membuat Senja langsung beranjak dari rebahannya. Dengan asal-asalan, dia mencepol rambutnya lalu menuju pintu untuk membukanya.
Alisnya terangkat sebelah saat mendapati Fajar berdiri di depan pintu. Pasalnya cowok itu tidak bilang sebelumnya kalau mau datang.
Senja masih konsisten berdiri di tengah pintu dengan tatapan herannya sampai membuat Fajar jengah sendiri. Bukannya menyuruh Fajar masuk, cewek itu malah menjadi model pintu dengan berpose di tengah pintu.
“Gue gak sengaja ketemu penjual martabak pas mau pulang ke rumah, jadi sekalian aja gue bawain buat lo. Gue tau, jam segini waktunya lo ngemil,” jelas Fajar agar Senja berhenti menatapnya dengan tatapan heran.
Bibir Senja langsung melengkung membentuk senyuman manis. Rasa senang dalam hatinya tidak bisa terlukiskan. Dia tidak menyangka Fajar akan mengingatnya saat melihat penjual martabak. Cowok itu juga mau repot-repot membelikannya dan mengantarkannya ke rumah. Sungguh manis menurut Senja.
“Ayo, masuk!” Senja meraih kantong plastik yang di bawa Fajar lalu mempersilahkannya masuk.
“Di ruang tengah aja. Gue lagi nanton tv.”
Fajar mengikuti Senja ke ruang tengah lalu mendudukkan dirinya di sofa. Dia menonton acara tv yang sedang tayang sembari menunggu Senja yang masih di dapur.
Senja memindahkan martabak manis yang Fajar bawa ke piring. Setelah itu, dia membuatkan minuman untuknya dan Fajar.
“Makasih mau repot-repot bawain gue martabak,” ucap Senja sembari menyajikan martabak dan minumannya ke atas meja.
“Sama-sama.”
“Tumben banget lo mau kesini tanpa gue suruh?” Senja menatap Fajar penasaran.
“Gue cuma mau mastiin aja kalau si Garrel gak ada disini,” jawab Fajar dengan nada kesal.
Tawa Senja langsung pecah. Alasan Fajar terdengar sangat konyol menurutnya. Dari nada bicaranya, terlihat sekali kalau cowok itu sedang cemburu. Fajar kalau lagi seperti ini terlihat menggemaskan di mata Senja.
“Hari ini bukan waktunya dia kesini jadi lo gak akan nemuin dia disini,” ucap Senja.
Fajar langsung menoleh dengan mata membesar. Tatapannya sangat tajam sampai membuat Senja meringis takut.
“Maksud lo, ada jadwal dia kesini, gitu?”
“Bukan, gitu. Dia biasanya kalau main kesini pas malam minggu jadi hari-hari biasa gini dia gak mungkin kesini,” terang Senja.
Fajar mendengus. Cowok itu kembali menatap layar televisi. Enggan menatap wajah cewek menyebalkan yang sedang duduk di sampingnya.
“Udah dibilangin, jangan deket-deket sama dia malah mau ngebiarin dia apel kesini,” gerutu Fajar membuat Senja terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]
Ficção Adolescente(TERSEDIA DI GRAMEDIA) PART TIDAK LENGKAP ⚠️ Fajar Arvandi, murid yang hobi bolos dan selalu membuat sekretaris pusing dengan alasannya. Jabatannya sebagai ketua gang Black Eagle tidak cukup membuat Senja segan dengannya. Hanya Senja yang berani men...