Bel istirahat baru saja berbunyi. Senja segera merapikan alat tulisnya sebelum digunakan lagi nanti. Teman-temannya pun sudah berhamburan keluar kelas untuk sarapan karena kebanyakan teman-teman Senja tidak sarapan saat berangkat ke sekolah. Mereka baru akan sarapan saat istirahat pertama. Kalau ditanya kenapa, jawabannya karena perut mereka tidak biasa diisi saat pagi hari. Kalau dipaksa sarapan pagi, perut mereka akan merasa mual. Hal itu tidak berlaku untuk Senja karena dia tipe orang yang biasa sarapan pagi. Kalau tidak sarapan, dia tidak bisa konsentrasi saat belajar karena terus memikirkan nasib perutnya.
Bola mata Senja berputar melihat Fajar yang sedari tadi merebahkan kepalanya di meja. Senja yakin cowok itu tidak sakit. Lebih tepatnya dia mengantuk. Entah tidur jam berapa cowok itu kemarin sampai dari jam pertama hingga istirahat pertama terus digunakannya untuk tidur. Sudah berulang kali guru menegurnya, tapi Fajar Arvandi itu tetap tidur dengan ditamengi sebuah buku paket.
Senja menghampiri bangku Fajar setelah Vano menyingkir. Gerakannya yang grasak grusuk sampai menyebabkan bunyi keras dari gesekan antara bangku dan lantai itu tidak mengusik Fajar sama sekali. Cowok itu tetap tidur menghadap ke tembok. Memunggungi Senja yang sebenarnya lebih cantik dari tembok.
Sebelum melakukan sesuatu, Senja mengedarkan pandangan untuk memastikan jika tidak ada yang memperhatikan mereka. Senja tersenyum senang saat menyadari kelas dalam keadaan sepi. Hanya ada beberapa anak yang sedang sibuk membaca buku dan bermain ponsel. Teman-teman kampret Fajar pun terlihat sedang nongkrong di depan kelas sembari menggoda adik-adik kelas yang lewat di depan mereka. Melihat target salah tingkah karena godaan mereka menjadi kesenangan sendiri untuk para fuckboy itu.
Setelah merasa situasi aman, Senja mulai menjalankan aksinya. Dia berniat membuat Fajar bangun dan menemaninya ke kantin karena cowok itu kemarin sudah berjanji akan membelikan Senja coklat dan Senja akan menagihnya sekarang. Mulutnya sedang ingin makan yang manis-manis.
Tangan Senja terulur mengelus rambut hitam Fajar. Rambut cowok itu termasuk bersih untuk ukuran cowok yang jarang mandi. Sebenarnya, Fajar suka sekali mewarnai rambutnya meskipun hanya sedikit di bagian depannya saja, tapi cowok itu sekarang sudah tobat setelah beberapa kali menjadi pelanggan setia salon Pak Kadir yang tidak memungut biaya dan tidak memberi pilihan model. Hanya model gundul saja yang tersedia di salon itu. Dengan hati gembira dan seringai kejamnya, Pak Kadir akan memangkas habis rambut siapapun yang tidak sesuai dengan standar kerapiannya.
Elusan tangan Senja di rambutnya membuat tidur Fajar terusik. Padahal Senja mengelusnya pelan. Seharusnya, cowok itu semakin terlelap, tapi yang terjadi malah dia bangun.
“Jangan ganggu gue! Gue mau tidur,” ucap Fajar keras tanpa menoleh. Dia berpikir kalau yang melakukannya adalah Vano. Pasti Fajar akan merasa kesal sekaligus geli kalau sampai benar Vano yang melakukan itu.
Senja tersenyum geli melihat respon Fajar. Tangannya beralih ke pipi Fajar dan mencubitnya pelan.
“Lucu banget, sih! Jadi pengen nabok.”
Fajar langsung membuka matanya setelah merasa cubitan di pipinya dan suara seorang cewek yang sangat dia kenali. Bagaimana tidak kenal kalau cewek itu adalah ceweknya sendiri.
Fajar menoleh dengan memasang tampang kesal. Perasaan kesalnya memang tidak pandang bulu. Meskipun Senja pacarnya, tapi kalau cewek itu mengganggu tidurnya tetap saja Fajar tidak suka.
“Apaan sih, Ja? Ganggu tidur gue, aja!” Mata Fajar menyipit. Rasa kantuknya belum hilang dan dia masih ingin melanjutkan tidurnya lagi.
“Kemarin katanya mau beliin gue coklat. Ayo sekarang beliin di kantin!” rengek Senja dengan memasang tampang menggemaskan. Berharap Fajar akan luluh dan menuruti permintaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]
Teen Fiction(TERSEDIA DI GRAMEDIA) PART TIDAK LENGKAP ⚠️ Fajar Arvandi, murid yang hobi bolos dan selalu membuat sekretaris pusing dengan alasannya. Jabatannya sebagai ketua gang Black Eagle tidak cukup membuat Senja segan dengannya. Hanya Senja yang berani men...