Deru motor Guntur berhenti setelah motornya terparkir dengan rapi diantara motor-motor siswa yang lain. Senja langsung turun dari motor. Tangannya membuka pengait helm lalu melepasnya dan menyerahkannya pada Guntur.
Guntur membantu merapikan rambut Senja yang hari ini dibiarkan terurai. Senja tersenyum. Sebulan menjadi pacar Guntur membuat Senja merasakan perhatian yang berlimpah.
“Lain kali dikuncir aja, Hon! Biar gak berantakan kalo dipakai naik motor,” ucap Guntur.
Senja mengangguk. “Iya, tadi buru-buru jadi gak sempet nguncir rambut.”
Guntur menggandeng tangan Senja menuju kelas 11 IPA 3. Kelasnya yang bersebelahan dengan kelas Senja membuat mereka bisa berjalan bersama menuju kelas masing-masing. Sepanjang perjalanan, Guntur bercerita tentang agendanya minggu ini. Jabatannya sebagai pengurus osis membuat Guntur menjadi lebih sibuk dari Senja meskipun mereka sama-sama anak kelas 11.
Tinggal 10 meter lagi mereka sampai di depan kelas Senja. Senja bisa melihat Fifi yang sedang menyapu di depan kelas. Dia juga bisa melihat gerombolan laki-laki yang sedang berkumpul di depan kelas untuk cuci mata melihat para cewek yang masih cantik karena bedaknya belum luntur. Para gerombolan laki-laki itu juga sedang memperhatikan Senja yang baru datang bersama pacarnya.
“Nanti istirahat aku ke kelas kamu,” ucap Guntur yang diangguki Senja. Guntur mengusap rambut Senja sebentar lalu pergi menuju kelasnya sendiri, kelas 11 IPA 4.
“Jar!” sapa Guntur saat melewati Fajar yang dari tadi memperhatikannya dalam diam. Fajar termasuk ke dalam gerombolan laki-laki yang sedari tadi duduk di depan kelas.
Fajar mengangguk sebagai balasan dari sapaan Guntur. Dia masih diam saja dengan wajah datarnya.
“Manja banget sekarang! Tiap hari minta diantar jemput udah kek tuan putri,” sindir Vano membuat Senja berhenti tepat di depan pintu.
“Baru sebulan mah gitu. Kalo udah setengah tahun, gak bakal tuh Guntur mau dijadiin supir,” sahut Ryan membuat Senja semakin kesal.
“Nyinyir banget mulut lo pada! Guntur aja gak keberatan, kenapa lo pada yang sewot? Lagian kalau ada yang bersedia ngantar jemput, ngapain gue repot-repot bawa mobil sendiri?” Senja tersenyum mengejek lalu melangkah memasuki kelas.
“Senja!”
Sebelum sampai tempat duduk, terdengar suara yang memanggil namanya membuat Senja menghentikan langkahnya. Senja berbalik, alisnya terangkat sebelah seolah bertanya kenapa orang itu memanggilnya.
“Mangganya ada di laci meja gue,” ucap Fajar.
Mata Senja langsung berbinar. Dia maju menghampiri Fajar--mengurungkan niatnya untuk menaruh tas di bangkunya.
“Lo bawain gue mangga?” tanya Senja memastikan.
Fajar berdecak. “Kan, lo yang minta kemarin!”
Andai Senja tidak minta, Fajar tidak mau repot-repot membawa mangga ke sekolah. Senja memang kemarin memintanya karena dia tergiur setelah melihat Fajar memakan mangga saat mereka video call. Awalnya Fajar tidak mau membawa ke sekolah, tapi Senja memaksanya karena mereka tidak pernah bertemu di luar sekolah meskipun rumah mereka berdekatan--hanya terpisah satu rumah saja. Fajar lebih sering menghabiskan waktunya di basecamp Black Eagle. Itu yang membuatnya jarang berada di rumah.
Senja langsung menghampiri bangku Fajar yang berada di pojok belakang diikuti Fajar di belakangnya. Dia mengeluarkan kantong plastik yang berisi mangga yang sudah berwarna kuning. Tanpa meminta izin Fajar, Senja langsung mengambil dua.
“Lo bawa pisau gak?” tanya Senja pada Fajar yang sedang berdiri di sampingnya.
Fajar menggeleng. “Gak ada jadwal tawuran.”
Bukan untuk melukai musuh, Fajar biasanya membawa pisau untuk merobek ban kendaraan musuhnya agar mereka tidak bisa lari.
Senja mendesah kecewa. Matanya beralih memperhatikan teman-teman satu gang-nya yang sedang rumpi mengelilingi bangku Vinka. Dia jadi ingat kalau Keyla pecinta mangga.
“Girls, Fajar bawa mangga!!!” teriak Senja membuat teman-temannya langsung menoleh. Mereka menyerbu bangku Fajar saat itu juga.
“Sisain buat temen-temen gue!” ucap Fajar mengingatkan karena teman-temannya belum kebagian.
Teman-teman Senja hanya mengambil satu mangga perorang karena mereka tahu diri. Hanya Senja saja yang tidak tahu diri sampai mengambil dua mangga tanpa persetujuan Fajar. Tapi dengan diamnya Fajar, Senja menganggap cowok itu tidak keberatan kalau dia mengambil dua.
“Satu, dua ribu.”
Ucapan Fajar itu membuat keempat cewek yang sedang memilih mangga langsung menoleh.
“Kek Mail aja lo pake narif harga, sama temen sendiri juga!” protes Vinka.
“Kayak gini aja lo baru bilang temen. Kemana aja lo pada waktu gue dihukum bersihin lapangan sendiri? Gak ada yang mau bantuin gue” dumel Fajar kesal.
Keempat cewek itu terkekeh lalu membawa mangganya ke bangku mereka.“Cewek-cewek kampret!” umpat Fajar lalu membereskan mangganya dan memasukkannya kembali ke dalam laci meja.
“Makasih, Fajar!” ucap Senja dan teman-temannya bersamaan.
Fajar melirik keempat cewek itu sekilas lalu berjalan keluar kelas. Dia kembali nongkrong dengan teman-temannya sembari menunggu bel masuk berbunyi.
🍰🍰🍰
Seperti yang tadi pagi Guntur janjikan, dia menghampiri Senja ke kelasnya tepat setelah bel istirahat berbunyi. Terlihat Senja duduk sendiri di bangkunya sembari memainkan ponsel. Teman-temannya sudah keluar semua dengan urusan masing-masing. Vinka yang dipastikan sedang pacaran dengan Fergie di taman, sedangkan duo jomblo, Fifi dan Keyla sedang makan di kantin karena menjadi jomblo membutuhkan tenaga yang lebih untuk bisa melakukan apa-apa sendiri.
“Aku bawain bekal nasi goreng buat kamu.” Guntur meletakkan kotak bekal di meja Senja. Senja langsung membukanya dengan antusias.
“Makasih, By!” Senja tersenyum manis. Guntur ikut tersenyum melihat Senja yang terlihat senang menerima bekalnya.
Senja mulai menyendokkan nasi goreng itu ke mulutnya. Guntur terus memperhatikan pacarnya yang sedang makan dengan lahap. Guntur tau Senja sangat suka nasi goreng, jadi dia membawakan bekal nasi goreng yang dibuat mamanya tadi pagi.
“Enak banget! Siapa yang buat?” tanya Senja dengan menoleh menatap Guntur.
“Mama aku.”
Senja manggut-manggut lalu kembali menyendokkan nasi ke dalam mulutnya. Dia terlalu fokus dengan makanannya sampai mengabaikan Guntur yang terus memperhatikannya.
Di pojok kelas, mata elang Fajar sedang mengintai pasangan sejoli itu. Dia sedari tadi memperhatikan mereka dengan tatapan tajamnya. Vano yang duduk di sampingnya sampai terkekeh geli.
“Segitunya lo lihatin mereka, Jar! Kenapa? Cemburu?” ucap Vano meledek.
Fajar meliriknya sekilas lalu kembali menatap Guntur dan Senja. Wajahnya terlihat santai, tidak terpengaruh dengan ledekan Vano.
“Gue lagi merhatiin Guntur-”
“Astagfirullah, Jar! Gue kira lo lagi merhatiin Senja, ternyata lo malah merhatiin Guntur. Eling Jar, eling! Kayaknya gue harus bawa lo ke rumah kakek gue biar lo disembur,” potong Vano sebelum Fajar menyelesaikan ucapannya.
Fajar langsung menggeplak kepala temannya yang tidak ada isinya itu. Bisa-bisanya dia berpikir seperti itu. Cewek masih banyak kenapa harus suka sama sesama cowok.
“Gue lagi merhatiin Guntur karena gue suka sama gaya rambut barunya. Kayaknya, gue mau potong kayak gitu, deh.”
Vano melongo--tidak percaya. Apa yang harus disukai dari rambut Guntur yang panjangnya hanya setengah senti? Bahkan pacar Senja lebih terlihat seperti tuyul dengan rambutnya yang sangat pendek itu. Vano tidak habis pikir, Fajar sudah punya rambut bergaya seperti boyband Korea, tapi malah ingin gundul seperti Guntur.
🍰🍰🍩🍰🍰
~ Nih, buat yg masih setia nunggu Fajar - Senja up! Hope you enjoy this part! 😊

KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]
Teen Fiction(TERSEDIA DI GRAMEDIA) PART TIDAK LENGKAP ⚠️ Fajar Arvandi, murid yang hobi bolos dan selalu membuat sekretaris pusing dengan alasannya. Jabatannya sebagai ketua gang Black Eagle tidak cukup membuat Senja segan dengannya. Hanya Senja yang berani men...