15 menit yang lalu, bel pulang berbunyi. Karena Guntur masih harus kumpul osis, jadi Senja menunggunya di pinggir lapangan sembari menonton cowok-cowok bermain basket. Lumayan dapat tontonan menarik, jadi dia tidak akan bosan meskipun menunggu lama.
Lapangan sedang tidak digunakan untuk latihan oleh anak basket. Kesempatan itu digunakan dengan baik oleh anak Black Eagle yang langsung terjun ke lapangan. Bukan hanya lapangan basket, lapangan futsal pun akan mereka manfaatkan dengan baik saat sedang tidak digunakan.
Terlihat Vano dan Rico sedang berebut bola lalu memasukkannya ke dalam ring, sedangkan Ardian dan yang lain masih pemanasan di pinggir lapangan.
Dahi Senja berkerut saat menyadari ada yang janggal. Anak Black Eagle semua berkumpul di lapangan, tapi ketua mereka malah tidak ada. Pantas saja Senja merasa ada yang kurang.
Bangku samping Senja yang tadinya kosong, sekarang sudah diduduki oleh seseorang. Tanpa menoleh, hanya mencium wangi parfumnya saja Senja sudah bisa menebak siapa yang sedang duduk di sampingnya. Meskipun orang itu jarang mandi karena bangunnya kesiangan, tapi tubuhnya selalu wangi. Entah dia mandi parfum atau bahkan jualan parfum, Senja tidak mengerti kenapa makhluk jarang mandi ini bisa sewangi itu.
Senja menoleh untuk memastikan. Sesuai dugaannya, Fajar-lah yang sedang duduk di sampingnya dengan santai sembari memperhatikan pasukannya yang sedang melakukan pemanasan.
Merasa diperhatikan, Fajar pun menoleh. Alisnya terangkat sebelah seolah bertanya kenapa Senja menatapnya seperti itu. Bukannya menjawab, Senja malah mengalihkan pandangannya tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.
“Kenapa lo belum pulang?” tanya Fajar basa-basi.
“Masih nunggu Guntur kumpul osis.”
Fajar manggut-manggut. “Kebetulan kalau gitu.”
Senja kembali menoleh dengan dahi berkerut. “Kebetulan apanya?”
Fajar tidak langsung menjawab. Dia malah melepaskan kemejanya lalu melemparkannya ke arah Senja. Entah disengaja atau tidak, kemejanya itu jatuh tepat di depan muka Senja.
“Bawain seragam gue!” ucap Fajar santai lalu pergi menghampiri teman-temannya.
“Fajar kampret! Lo kira muka gue gantungan baju?” teriak Senja kesal.
Fajar yang masih belum jauh pun bisa mendengar teriakan Senja. Dia menoleh dengan terkekeh seolah mengejek Senja.
Senja mengumpati kelakuan Fajar yang selalu membuatnya naik darah. Fajar bolos sekolah, Senja pusing, tapi kalau Fajar sekolah, Senja lebih pusing lagi. Entah ini kutukan atau cobaan dari Tuhan.
Untung saja seragam cowok itu wangi, coba kalau bau, pasti sudah Senja gunakan untuk mengelap kaca.
Dengan kebaikan hati warisan ibu peri, Senja melipat kemeja Fajar lalu meletakkannya di bangku sampingnya—di samping tas Fajar. Tas Fajar itu berhasil menarik perhatian Senja sampai membuat Senja beberapa kali meliriknya.
Senja melirik tas Fajar lalu melirik tasnya sendiri. Terlihat perbedaan yang cukup mencolok diantara keduanya. Selain tas Senja yang berwarna pink dan tas Fajar yang berwarna hitam, ketebalannya pun terlihat berbeda. Tas Fajar terlihat lebih tipis dari tas Senja padahal jadwal pelajaran mereka sama. Seharusnya bobot tas mereka tidak jauh berbeda.
Karena penasaran, Senja pun mengangkat tas cowok itu. Dan benar saja, tas Fajar terasa sangat ringan, bahkan lebih berat tas sepupu Senja yang masih SD kelas 1. Hal itu membuat Senja semakin penasaran. Dia pun membuka tas Fajar tanpa izin sang pemilik. Mulutnya langsung terbuka saat melihat hanya satu buku tulis yang ada di dalam tas itu, tidak ada yang lain lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Fajar Dan Senja [TERBIT]
Teen Fiction(TERSEDIA DI GRAMEDIA) PART TIDAK LENGKAP ⚠️ Fajar Arvandi, murid yang hobi bolos dan selalu membuat sekretaris pusing dengan alasannya. Jabatannya sebagai ketua gang Black Eagle tidak cukup membuat Senja segan dengannya. Hanya Senja yang berani men...