02

22.4K 3.2K 789
                                    

‼️ Don't be a silent readers‼️

Happy reading!





oOoOo

"LEE ARA!"

Aku terkejut ketika melihat kak Jaemin yang tidak jauh dari kami, bahkan pria itu berjalan ke arahku dengan sedikit tergesah-gesah.

"A-aww..." aku meringis ketika kak Jaemin menarik tanganku dengan kuat.

"Hey bung, lo menyakiti-nya." tegur pria yang aku tidak ketahui nama-nya itu.

Kak Jaemin menatap pria itu dari atas sampai ke bawah, "Lalu urusan-nya dengan elo apa?"

"Ck, tentu itu akan menjadi urusan gue karena lo nyakitin dia." sahut-nya.

Kak Jaemin menulikan pendengaran-nya bahkan pria itu langsung menarik tanganku dan meninggalkan pria tinggi tadi.

"K-kak pelan-pelan," lirihku.

"Diem lo!" bentak nya.

Nyaliku pun langsung menyiut ketika dibentak seperti itu sama kak Jaemin, dan aku hanya diam hingga kami sampai di rumah.

Brak

Aku memejamkan mataku ketika mendengar suara nyaring yang dibuat kak Jaemin-- pria itu menutup pintu dengan kasar.

"Apa maksud semuanya tadi?"

Aku memberanikan diri untuk menatap mata-nya yang menatapku tajam. "Kak itu nggak seperti yang kakak bayangin."

"Jadi sekarang elo udah berani kek gitu?!"

"K-kak..."

"Pokoknya selama satu minggu ke depan, lo tidur di lantai!" tekan nya.

Belum sempat aku menjawab, kak Jaemin langsung meninggalkanku sendiri dan lebih memilih untuk tidur diatas kasur.

Aku menghela pelan dan berjalan gontai ke arah samping kasur. Aku hanya bisa pasrah saja, dari pada aku mendapatkan perlakuan kasar, benar bukan?

Aku langsung merebahkan tubuhku diatas lantai yang sangat dingin, tanpa bantal apa lagi selimut. Sungguh miris...

Aku menatap langit-langit kamar yang tampak remang-remang, lalu melirik kearah kasur. Tampak-nya kak Jaemin sudah tertidur, tidak ada pergerakan dari pria itu.

"Kak?"

Hening.

Kak Jaemin udah tidur ya.. pikirku.

"Mimpi indah Kak."

oOoOo

Cahaya matahari memasuki cela-cela gorden membuat tidurku menjadi tidak tenang. Aku perlahan membuka mata-ku

"Astaga!" pekikku kaget ketika melihat hari sudah siang bahkan aku tidak melihat kak Jaemin lagi.

Aku langsung bergegas ke dapur untuk membuat makanan.

"Kenapa pakek acara kesiangan sih..." gerutuku.

Bagaimana tidak, nanti yang ada dipikiran kak Jaemin-- aku itu seorang istri yang buruk karena tidak bisa mengurus sang suami.

Tapi bukankah diriku sudah buruk dimata kak Jaemin?

Kluntung kluntung

Lumananmu buyar ketika mendengar suara bel.

"Hah siapa sepagi ini bertamu?" monologku tapi tak urung juga aku langsung beranjak ke depan.

"Ya tunggu!"

Aku pun langsung membuka pintu lalu--

"Kamu?"

"E-eh h-halo.."

"Kamu ngapain disini?" tanyaku bingung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kamu ngapain disini?" tanyaku bingung.

Pria itu tersenyum manis-- seketika aku mengelus senyum melihat pria itu tersenyum.

"Aku baru pindah disini," katanya.

Aku terkejut, dunia ku cukup sempit rupanya. Bahkan baru semalam kami bertemu, tapi sekarang kami bertemu kembali menjadi tetangga.

"Wah benarkah?"

"Hm, iya." sahutnya. "Kebetulan semalam kita belum berkenalan bukan?"

"Kenalkan, namaku Jisung-- Park Jisung." Jisung mengulurkan tangan-nya dan aku pun membalas uluran tangan itu.

"Ara-- Lee Ara," sahutku.

Lagi-lagi Jisung tersenyum. "Nama yang cantik,"

Eh?

"Ah.. I-iya silakan masuk,"

Heol, aku hampir saja lupa mempersilahkan tamu-- malah kami mengobrol di depan pintu.

"Ah maaf sedikit berantakan," kataku kepada Jisung yang membuntuti ku dibelakang.

"Tak apa, tapi kenapa rumahmu sangat sepi?" tanya Jisung. "Apakah kamu tinggal sendirian?"

Aku duduk di ikuti Jisung yang duduk tak jauh dariku. "Tidak, aku tinggal berdua bersama suami-ku."

Jisung memgangguk pelan, "Heol! Jangan bilang pria yang semalam itu suami-mu?"

"E-eh.. iya dia suamiku,"

"Tapi tingkahnya tidak seperti seorang suami."

Aku tersenyum miris, aku tahu Jisung tidak bermaksud untuk menyakitiku. Lagi pula Jisung memang tidak tahu kan?

"Aku baru menikah dengan-nya, dan itu juga karena kami di jodohkan. Aku tidak bisa berharap lebih kepada-nya," jelasku.

"Wah kalian dijodohkan?"

Aku mengangguk pelan, "Iya."

"Tapi kamu bisa berharap kepadaku."

Aku terkejut untuk yang kedua kali-nya karena ucapan Jisung yang sedikit-- lancang? ah bukan, bukan lancang karena kasar tapi sekarang bukankah dia tahu jika aku sudah memiliki suami?

"A-ah lebih baik kita sarapan saja," kataku-- mengalihkan topik. "aku baru selesai memasak."

Dan kami pun akhirnya sarapan bersama, beberapa lauk yang aku masak pun dihabiskan semua oleh Jisung-- untung aku memasak untuk dua porsi, karena seperti-nya Jisung sangat kelaparan.

"Wah... masakanmu sangat enak!" puji Jisung.

Kami pun kembali duduk di ruang tengah ketika sarapan kami telah selesai.

"Ah terimakasih," jawabku. "kamu bisa ke sini jika membutuhkan suatu, atau jika ingin sarapan juga."

"Wah bolehkah?"

"Tentu boleh"

"Lalu bagaimana jika aku membutuhkan kamu?"

oOoOo




To be continued...

Surrender | Na Jaemin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang