48

14.3K 2.4K 1.6K
                                    



Happy reading!

oOoOo

Author.


"Jen... nanti beli icecream ya?"

Jeno menarik tangan Ara lalu ia genggam erat seperti takut kehilangan.

Ah iya, ngomong-ngomong mereka baru tiba di salah satu mall besar yang ada Seoul tersebut. Kedua-nya memilih mall tersebut karena jarak-nya tidak terlalu jauh dari apartemen Jeno.

"Icecream jalan-jalan icecream~" kata Jeno sambil bersenandung pelan.

Gadis itu mencubit pelan lengan Jeno membuat sang empu menoleh-- hanya menoleh, tidak bereaksi apa-apa karena cubitan Ara memang tidak terasa bagi dia.

"Malah nanyi ih~"

"Iya-iya nanti kita beli icecream," sahut Jeno. "baru juga sampe, udah nanya icecream aja."

Ara mengulas senyum tipis, "icecream itu 24/7, aku nggak bisa tanpa icecream."

Jeno terperanjat pelan. "Sama dong."

Gadis itu mengangkat satu alis-nya bingung. Setau Ara, Jeno itu tidak terlalu fanatik sama yang nama-nya icecream. Tapi kenapa dia mengatakan sama?

Lalu sejak kapan pria itu menjadi pecinta icecream seperti diri-nya.

"Kamu bukan-nya nggak terlalu em... suka ya sama icecream?"

Pria itu mengangguk pelan, "Ya emang. Terus kenapa?"

"Terus kenapa kamu jawab gitu ih!" dengus Ara. "aku kira kamu udah sama kek aku icecream 24/7."

"Ya aku emang sama kek kamu," kata Jeno lalu ia menjeda sambil mengulas tersenyum.

"Kalo kamu nggak bisa tanpa icecream, kalo aku nggak bisa tanpa kamu." timpal-nya.

Ara merotasikan bola mata-nya malas, gadis itu memang biasa saja jika Jeno sedang dalam mode imut dan gombal seperti sekarang. Bahkan dulu ia 24/7 melihat tingkah Jeno yang ini.

"Basi ah."

Lalu setelah-nya Ara mempercepat langkah-nya membuat Jeno sedikit tertinggal dibelakang. Ini antara Ara yang tidak lihat jalan atau memang diri-nya sedang tidak beruntung. Pasal-nya gadis itu menabrak seseorang dengan kuat membuat perut besar-nya terbentur cukup kuat.

"Aw..." gadis itu meringis pelan sambil memegang perut-nya.

Jeno yang melihat itu langsung berlari cepat untuk menghampiri Ara.

"R-ra.. kamu nggak papa?"

Ara menggeleng pelan, lalu Jeno mendongak untuk
melihat siapa yang menabrak Ara barusan.

"Kalo jalan lihat-lihat dong... Lia?"

"Oh Hai."

Ara menatap tajam gadis itu, ternyata Lia yang baru saja ia tabrak, bahkan wajah gadis itu terlihat sangat menyebalkan.

"Kalo jalan itu pakek kaki dan mata tuh dipake buat lihat jalan dengan benar." kata Jeno dengan suara yang sangat dingin.

Lia tertawa renyah lalu ia merotasikan bola mata-nya.
"Lo nggak liat kalo nih cewek kampung yang nabrak gue?" desis-nya.

"Jaga omongan lo!" tekan Jeno.

Lia maju satu langkah membuat Jeno langsung menahan tangan-nya didepan Ara, jaga-jaga jika Lia bertingkah yang berlebihan.

"Halo cewek kampung~"

Lia menampakan smirk-nya lalu ia menekan perut Ara menggunakan jari panjang-nya membuat gadis itu meringis.

"Sa-kit L-lia.."

Dengan cepat Jeno langsung menepis kasar tangan Lia. "Lo gila?! cari gara-gara di tempat umum?"

"Hahaha, gue? cari gara-gara sama cewek kampung ini?" kata nya. "yang ada dia yang cari gara-gara sama gue, karena udah rebut Jaemin gitu aja."

Jeno menarik Ara untuk berlindung dibelakang tubuh pria itu ketika Lia kembali mengikis jarak.

"Lo berani sakitin Ara? artinya lo harus berhadapan sama gue dulu."

"Tenang Jeno~ nanti lo juga ikut bertekuk lutut buat gue dan ninggalin cewek kampung itu." kata Lia dengan setengah bisikan.

Ara yang berada dibelakang Jeno tersebut menggeleng pelan sambil menahan agar tidak menangis disini.

"P-please j-jangan No.." kata Ara sambil menggigit bibir bawah-nya.

Jeno melirik Ara yang berada dibelakang tubuh-nya itu. "Tenang aja, enggak ada yang bisa gantiin kamu dari siapapun termasuk perempuan nggak jelas ini."

"Lia kamu kemana aja, aku cariin ka--"

Na Jaemin, pria itu tiba-tiba terdiam melihat Jeno dan Ara ada disini dan Lia langsung mengulas senyum tipis diwajah-nya.

"Aku disini sayang~"

oOoOo

To be continued~

Hshshshsh sorry update-nya telat.

..

Surrender | Na Jaemin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang