41

15.5K 2.6K 2.3K
                                    





Happy reading!

oOoOo

Author.

Benar kata Jaemin, gadis yang diperdebatkan semalam itu benar-benar datang. Bahkan dia datang pagi-pagi buta membuat Ara dan Jaemin harus keluar untuk melihat dia.

"Cih, apaan sih pagi-pagi dateng ke rumah orang." gumam Ara.

Jaemin melirik sebentar lalu membukakan pintu utama tersebut dan nampak-lah gadis dengan senyum yang lebar di wajah-nya.

Gadis yang tidak Ara ketahui nama-nya itu langsung memeluk Jaemin erat tepat didepan Ara-- padahal gadis itu sudah melihat keberadaan Ara sebelum-nya.

"Jaeminnnnn!! akhirnya ketemu sama kamu!" seru gadis itu.

Jaemin menepuk-nepuk pelan tubuh sang gadis.

"Lia.. lepas dulu, aku nggak bisa nafas."

Gadis yang bernama Lia itu langsung melepaskan pelukan-nya dan masih mengulas senyum lebar.

Ara berdecih pelan melihat interaksi kedua manusia itu, bahkan dia tidak menyambut hangat kedatangan Lia.

"Ya udah masuk dulu," Jaemin pun mempersilahkan Lia masuk dan membantu gadis itu membawa satu koper besar yang ia bawa.

Saat diruang tengah, Lia langsung merebahkan tubuh-nya diatas sofa tanpa malu dilihat Jaemin. Ara mengeram sebal melihat tingkah perempuan itu, benar-benar tidak tau malu.

Lalu mata Lia menelusuri setiap inci rumah ini, "Aku tidur dimana?"

Mata Jaemin ikut melirik kamar yang ada disini, dirumah ini hanya memilih dua kamar. Satu kamar utama milik Jaemin dan Ara dan satu lagi kamar tamu yang semalam Ara gunakan.

"Disini ada dua kamar," sahut Jaemin. "Kamar atas itu milik kami dan kamar bawah itu-- tadi dipakai Ara."

"Oh ya udah aku tidur sama kamu aja."

Baik Jaemin maupun Ara-- mereka terkejut ketika Lia berbicara lantang seperti itu tanpa rasa bersalah bahkan didepan Ara.

"Nghh.. itu..."

Lia mengangkat satu alis-nya. "Kenapa?"

Ara menatap Lia datar lalu ia menghampiri perempuan itu. "Lo bisa tidur disana." kata Ara sambil menunjuk kamar tamu.

"Lah kamar Jaemin kan diatas? artinya aku ke atas dong?"

"Ck, Lo tau kan Jaemin itu udah punya Istri. Kenapa lo masih mau pilih tidur sama suami orang yang jelas-jelas nggak muhrim sama elo?!" desis Ara.

Lia menatap Ara dari atas sampai bawa, seperti nampak menilai penampilan Ara.

Cih, ini istri Jaemin? nggak berkelas banget. Batin Lia.

"Ya terus kenapa kamu pakai kamar tamu jika kamu udah punya suami?"

Ara mengepalkan kedua tangan-nya, rasa-nya dia sudah siap meledak didepan gadis tidak tau malu itu. Bagaimana bisa Lia berbicara seperti itu? dimana etika dia?

Jaemin yang melihat itu langsung menghampiri Ara dan menyentuh lengan sang istri.

"Ra--"

"Itu bukan urusan lo. Lagiankan elo numpang disini? kenapa banyak mau-nya sih?!"

"Ya selagi ada peluang, kenapa enggak?"

Jaemin memijat pelipis-nya, pening. "Ra, udah kita keatas aja." bujuk pria itu.

Akhir-nya Ara menurut dan Jaemin merangkul Ara dari samping, tapi saat sudah mencapai tangga. Lia menahan pergelangan tangan Jaemin-- membuat Ara dan Jaemin langsung menoleh.

"Kan harus-nya aku yang tidur sama kamu Jaem? kenapa malah dia yang kamu aja?" kata Lia sambil menunjuk wajah Ara.

PLAK

Satu tamparan mendarat mulus dipipi kiri Lia dan oknum-nya adalah Ara. Calon ibu itu benar-benar tidak tahan dengan tingkah laku Lia sebagai tamu dirumah ini.

"Lo nggak tau malu banget ya mau tidur sama suami orang?!"

Lia meringis memegang pipi-nya yang berdenyut-denyut sakit. Lalu mata gadis itu tampak ber-air dan atensi-nya menatap Jaemin.

"Jaemin~"

"Maaf ya Lia. Ara benar, kamu juga udah tau kalo aku udah nikah sama Ara, tolong hargai hubungan kami."

Ara menarik smirk-nya. "Nyata-nya yang baik tidak akan pernah kalah dengan yang jahat."

Setelah mengatakan sepenggal kalimat itu langsung menarik tangan Jaemin menuju kamar. Dan Jaemin menurut saja, meninggalkan Lia yang menatap kepergian sepasang suami-istri itu dengan tatapan yang sangat jengkel.

Setiba dikamar, Ara menutup pintu sedikit kasar membuat Jaemin tersentak pelan oleh-nya.

"Kakak gila bawa dia ke rumah?!"

Jaemin mengikis jarak diantara Ara lalu ia tangkup wajah sang istri.

"Maafin aku ya, aku bawa dia kesini bukan karena apa -apa, aku hanya kasihan sama dia. Bahkan aku nggak anggap dia lebih dari sekedar sahabat. Aku bener-bener minta maaf," ucap Jaemin dan diakhir kalimat terdengar lirih.

Ara membuang muka-nya dan menghela dengan kasar. "Terus sekarang apa? ngebiarin dia tinggal disini berapa lama?"

"Satu minggu. Hanya satu minggu."

"Satu minggu itu lama kak!" pekik Ara kesal.

Jaemin menatap Ara dengan tatapan senduh dan sekarang pria itu benar-benar merasa menyesal kepada sang istri.

"Aku nggak kuat ya kak ngadepin cewek nggak tau malu gitu dirumah orang!"

"Percaya sama aku Ra, aku bakal ngelindungin kamu dari dia." sahut Jaemin.

Ara menggeleng pelan. "Aku nggak bisa percaya semudah itu sama kakak."

..



"Jaemin~ coba cicip masakan aku-!"

Ara yang juga sedang didapur melengos melihat tingkah gadis tidak tahu malu itu.

"Rasa-nya pas nggak?" tanya Lia saat ia mengasih satu sendok hasil masakan dia tadi.

"Huekk!! Asin banget Lia!!" pekik Jaemin.

'Pfttt...'

Ara tertawa senang melihat itu lalu dengan cepat Ara memberi satu gelas air untuk Jaemin dan langsung diterima cepat oleh sang suami.

"Udah mending makan masakan aku aja kak," kata Ara sambil mengelus-ngelus punggung Jaemin.

"Dijamin nggak ada racun apa lagi ke asinan."

Jaemin mengangguk pelan lalu mereka-- Jaemin dan Ara langsung meninggalkan Lia sendirian didapur menuju meja makan untuk sarapan bersama.

Ara menyajikan lauk-pauk yang sudah ia buat sebelum-nya itu untuk Jaemin dengan senang hati sang suami menerima itu.

"Nah ini dijamin nggak ada racun," kata Ara diiringi kekehan pelan.

"Makasih ya Bun~"

"Iya sama-sama Ayah Nana~!"

Ara tertawa didalam hati melihat Lia yang muka-nya udah merah padam.

'Ibu dorong sapi~ Mom push cow-!'

oOoOo

See you in next chapter~~

..

Surrender | Na Jaemin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang