24

15.3K 2.6K 713
                                    




Happy reading!

oOoOo

Author.

"Ra, nggak baik bilang begitu,"

Gadis itu menggeleng pelan dengan raut yang sedih. Dirinya benar-benar tidak bisa berjanji kepada siapapun mengenai ini, dirinya juga sudah berusaha untuk yakin jika dia bisa. Tapi nyatanya dia hanya manusia biasa yang sangat rapuh.

"Aku hanya ingin mengatakan aja," sahut Ara pelan. "jaga-jaga jika aku lupa bilang mengenai perihal ini ke kamu."

Jeno langsung menarik Ara masuk ke dalam dekapan hangat si pemilik eyesmile itu, dielus pelan punggung si cantik.

Jika seperti ini, pertahanan-nya juga ikut runtuh. Jeno tidak ingin melihat si cantik seperti ini lagi.

"Kamu harus kuat Ra!" semangat Jeno.

"Setidaknya buat anak kamu, kamu mau lihat dia tanpa sosok ibu sejak dia lahir? lalu dia mendapati sosok ayah yang tidak menyayangi nya?"

Ara menangis di dalam dekapan Jeno lalu ia menggeleng kuat, dada nya menjadi sakit saat membayangkan itu semua.

"Hiks... gak mau.." lirih Ara.

Jeno masih mengelus punggung gadis itu-- memberi kekuatan untuk si cantik agar dia semakin menjadi wanita yang kuat untuk ke depan-nya.

"Kamu ada aku Ra yang siap urus kamu sama si dedek," kata Jeno.

"Jika memang aku nggak bisa, ada Jisung yang siap sedia."

Ara mendongakan kepala-nya dan menatap manik coklat milik Jeno, "Aku nggak mau ngerepotin siapa-siapa lagi Jen."

"Lalu ngebiarin anak kamu berjuang sendirian tanpa sosok ayah dan ibu buatnya?"

Lagi-lagi Ara menggeleng, dirinya juga tidak mau itu terjadi. Tidak terbayang bagaimana jika si bayi di perlakukan oleh sang Ayah. Bahkan Jaemin saja tampak tidak peduli kepada dirinya, Ara takut Jaemin akan melampiaskan kekesalan-nya kepada si anak kelak nanti.

"Makanya ayo berjuang buat si dedek."

Gadis itu melepaskan pelukan nya lalu menghapus sisa air mata yang menggenang dipelupuk matanya.

"Tapi kamu disamping aku ya?"

"Iya, pasti."

"Sampe aku melahirkan si bayi ya?"

Senyum Jeno perlahan memudar lalu dielus pucuk kepala si cantik dengan pelan.



"Kalo itu aku nggak janji ya?"


..







Lee Ara mengelus perut nya yang masih tampak datar itu, gadis itu berdiri didepan cermin besar yang berada di dalam kamar mandi.

"Bunda harus kuat ya?" tanyanya entah pada siapa.

Haruskah dirinya bertahan? tapi dirinya sudah cukup lelah dengan ini semua. Harus sampai kapan dirinya bertahan?

"Atau kamu ikut bunda aja? biar bunda nggak sendirian diatas.."



Cklek

Ara terkejut ketika mendengar suara pintu kamarnya terbuka, artinya Jaemin sudah pulangkan? tapi tumben sekali pria itu sudah pulang.

Tanpa basa-basi, dirinya langsung keluar dari kamar mandi tersebut. Takut nanti Jaemin tiba-tiba masuk ke dalam kamar mandi.

"Kak?"

Jaemin yang tampak memejamkan mata itu terpaksa membuka kembali matanya untuk melihat Ara yang berdiri tidak jauh dari kasur.

"Hm."

"I-itu... kakak laper nggak? kalo laper nanti aku sekalian masakin buat makan malem.." tanya Ara dengan pelan.

Jaemin kembali memejamkan matanya. "Gue nggak laper."

Lee Ara menggigit bibir bawahnya menahan gugup dan takut secara bersamaan.

"T-tapi nanti kakak sakit kalo nggak makan."

Jaemin merubah posisinya menjadi duduk dan menatap Ara dengan tajam. Yang ditatap malah menundukan kepala-nya.

"Bisa nggak sih, lo nggak usah ganggu gue? mau istirahat aja gue nggak bisa!"

"Kalo tau gini gue pulang ke rumah-rumah jalang aja!" timpalnya.

Ara langsung mendongak dan menatap Jaemin dengan perasaan yang berkecambuk sakit karena mendengar lontaran yang di keluarkan mulut Jaemin barusan.

"K-kak..."

Jaemin beranjak dari sana tapi Ara langsung menahan lengan sang suami.

"Kak... jangan pergi..."

"Mau lo apa lagi sih?"

Air mata yang tidak ingin Jaemin lihat perlahan jatuh dari mata sang istri.

"Kakak jangan pergi..." lirih Ara.

Tentu Ara tidak mau Jaemin pergi dan lebih memilih ke rumah jalang yang dimaksud Jaemin itu. Mungkinkah Jaemin selalu pulang malam karena bersama mereka?

"Nggak usah urus urusan gue!"

"Tapi ak-- Akhh!"

Jaemin mencengkram leher Ara dengan kuat membuat sang empu tidak bisa bernafas dengan normal.

"K-kak.. sa-kit..."

"Gue udah pernah bilangkan kalo gue nggak suka cewek pembangkang?" tanya-nya tepat didepan wajah sang istri. "kenapa lo harus jadi manusia yang menyebalkan?!"

Ara memegang tangan Jaemin saat pria itu semakin kuat mencekik leher-nya.

"K-k.. Akh!"

Gadis itu benar-benar tidak bisa bernafas sekarang karena ulah Jaemin. Dirinya terus-terusan memukul lengan Jaemin tapi tenaga pria itu jauh lebih kuat dari pada diri-nya.

"Cih, wanita murahan!" desisnya dan langsung mendorong tubuh sang istri membuat Ara yang tidak memiliki ke seimbangan itu langsung terjatuh karena tenaga Jaemin yang cukup kuat.


oOoOo

Dibaca ya note diakhir chapter selanjutnya!<3


..

Surrender | Na Jaemin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang