18

17.8K 2.5K 1.4K
                                    



Happy reading!

oOoOo


Author.

Ara menarik nafas banyak-banyak ketika Jaemin sudah menjauh karena pria itu tiba-tiba menerima telepon dari sang Ayah.

Tak lama kemudian pria itu balik dengan raut yang tampak berbeda dari sebelumnya.

"Ada apa kak?"

Jaemin menghempaskan tubuhnya diatas sofa dan memejamkan mata-nya.

"Papa telfon barusan,"

"Terus?"

"Dia beliin kita tiket honeymoon."

Ara melototkan matanya tidak percaya, apa kata Jaemin barusan? sang Ayah mertua membelikan tiket honeymoon?

Yang benar saja, itu terdengar buruk bagi Ara. Bisa-bisa jantung-nya pindah ke anus jika bersamaan dengan Jaemin seperti itu.

"J-jadi kakak terima?"

Jaemin mengangguk. "Fasilitas gue bakal diambil kalo gue nolak perintah dia."

Bahu Ara merosot begitu mendengar penjelasan Jaemin, padahal sebelumnya gadis itu tampak senang ketika pria itu menganggukan kepala-nya.

"Emang kapan berangkat-nya kak?"

"Besok."

"Ha? kok mendadak banget?"

Jaemin membuka matanya dan menatap Ara.

"Gue juga nggak tahu," sahut Jaemin. "katanya semakin cepat kita berangkat, semakin cepat juga dapet cucu."

Ara meremat tangan-nya. "E-emang beneran kakak mau?" tanya gadis itu dengan nada yang sangat kecil tapi dapat terdengar jelas oleh Jaemin.

Pria manis itu berdecak pelan, "Ya enggak lah. Ya kali gue mau punya anak dari elo." cibir-nya.

Jaemin beranjak membuat Ara menatap nya langsung bertanya.

"Mau kemana kak?"

Jaemin mengambil kuncil mobil-nya dan menoleh sebentar ke Ara sebelum pria itu pergi.

"Gue mau pergi, jangan tungguin gue."

Pria itu langsung berlalu begitu saja dan kembali meninggalkan luka di hati Ara.

'Hhh, sabar Ara sabar... meluluhkan hati kak Jaemin memang tidak semudah membalikan tepalak tangan."

Gadis itu akhirnya beranjak dari sana dan menuju kamar tapi tiba-tiba gadis itu menghentikan langkah-nya ketika tiba-tiba ada yang terbesit didalam pikiran-nya.

"Tapikan aku bisa aja nyerah kapan aja kalo ditolak mulu?"

oOoOo


Ara menatap layar ponsel dengan wajah berbinar, menatap kedua pria tampan disebrang sana yang tampak semakin tampan saja.

"Kamu nggak kangen aku gitu" —Mark.

Ara tertawa kecil.

"Lagian kakak lama banget sih di Kanada, udah kek bang toyib nggak pulang-pulang."

Terbayang bagaimana tawa Mark yang begitu receh? sekarang pria itu tengah tertawa puas begitu dirinya dibilang seperti bang toyib oleh Ara.

"Udah nggak usah dengerin tuh laki, mending cerita kenapa bisa sakit?" —Jeno.

"Woah, seriously kamu tiba-tiba gitu lagi?" —Mark.

Ara mengangguk pelan.

"Aku takut..." lirih gadis itu.

"Don't be afraid Ra, ada kita disini. Kalo kamu butuh apa-apa, jangan lupa langsung hubungin Jeno. Nanti aku langsung balik ke Seoul secepatnya." —Mark.

Ara menyanggah dagunya dengan satu tangan, "Terus besok aku berangkat honeymoon, gimana nih?" adu Ara.

Jeno yang tengah menyesap kopi buatan-nya itu langsung disembur begitu saja ketika mendengar kata-kata 'honeymoon' dari mulut gadis itu.

"Eww, Jeno.. itu sangat menjijikan." —Mark.

Jeno mengelap mulutnya, untung saja Jeno tidak menyembur kearah ponselnya.

"Jen, kamu jorok ih."

"Ya maaf, habisnya aku kaget banget dengernya." —Jeno.

Gadis itu tertawa pelan sedangkan Mark masih menampakan wajah masam-nya.

"Aku juga kaget banget tahu, papa tiba-tiba beliin tiket buat besok. Nggak bilang-bilang lagi sama kami,"

Mark menghela pelan di sebrang sana.

"Kamu disana jaga diri ya, aku nggak bisa percayain Jaemin begitu aja." —Mark.

"Iya Ra, kamu kalo kenapa-kenapa timpuk aja muka Jaemin biar kapok." —Jeno.

Ara mendengus tidak suka dengan saran Jeno, "Nggak mau ya, entar muka kak Jaemin jadi kentank."

"Ya udah biarin aja, kalo muka Jaemin nggak cakep lagi kan ada aku yang siap jadi suami kamu." —Jeno.

"UHUKKKK," —Mark.

"Batuk pak haji?" —Jeno.

"Kagak, gue keselek biji salak nya Doyoung." —Mark.

Ara tertawa lepas mendengar jokes garing itu.

"Makin lama di Kanada, makin receh aja deh kak Mark." tawa Ara kembali lepas.

"Tau tuh, bule Kanada yang suka ngadi-ngadi." —Jeno.


Cklek

Atensi Ara langsung kearah pintu dan mendapati Jaemin yang baru pulang.

"Eh, udah dulu ya kak, Jen. Kak Jaemin udah pulang." kata Ara.

"Oke see you babe!" —Mark.

"Take care ya sayang." —Jeno.

Ara merotasikan bola mata-nya malas dan langsung memutuskan panggilan video call itu begitu saja.

Gadis itu menghampiri Jaemin yang sedang merebahkan tubuhnya diatas kasur.

"Kak?"

"Hm."

"Kakak capek banget ya? aku siapin air hangat ya buat kakak mandi?"

"Hm."

Ara mengangguk pelan dan langsung bergegas menuju kamar mandi, gadis itu tidak ingin ambil pusing dengan perubahan Jaemin yang kembali seperti ini. Gadis itu tidak kaget lagi.

Tak lama kemudian, Ara sudah kembali dan menghampiri Jaemin yang masih menelungkupkan wajahnya.

"Kak," gadis itu menggoyangkan tubuh Jaemin. "itu air nya udah siap, kakak mandi dulu gih."

Jaemin beranjak dan langsung berlalu begitu saja melewati Ara begitu saja.

Setelah Jaemin masuk ke dalam kamar mandi, Ara mengedikan bahu nya acuh. Mungkin Mood pria itu sedang buruk.




Ara yang sedang sibuk menscroll sosial media itu terkejut ketika tiba-tiba ada tangan yang melingkar dari belakang.

Siapa lagi jika bukan Jaemin pelaku-nya, pria itu memeluk Ara dari belakang dan menenggalamkan wajahnya di lekukan leher Ara.

"K-kak?"

Bukannya melepaskan pelukan tersebut, Jaemin malah semakin mengeratkan tangan-nya dan merapatkan tubuhnya.

"Biarin gini dulu, gue capek."

Ara mengangguk pelan dan kembali memainkan ponselnya.

Sedangkan Jaemin menghirup aroma strawberry yang menyeruak dari tubuh Ara.

'Sial, aroma-nya memabukan.'

oOoOo

To be continued~

Surrender | Na Jaemin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang