56

12.9K 2.4K 1.3K
                                    

Vote untuk MENGHARGAI PENULIS!

Happy reading!


oOoOo




Author.

Setelah hampir 24 jam lebih pasca operasi dan proses bersalin Ara, gadis itu masih juga belum membuka mata-nya. Tapi setidak-nya, setelah mendapatkan pendonor-- kondisi Ara kian membaik.

Beberapa tim medis pun tengah mengecek kondisi Ara, lalu tiba-tiba salah satu perawat melihat pergerakan kecil dari tangan Ara.

"Dok! pasien siuman!"

Lalu beberapa tim medis langsung menangani Ara dan ada juga tim medis yang menghubungi wali dari pasien tersebut.

..

Ara masih diam termenung tanpa berniat untuk bicara sedikitpun, lagi pula dia sedang sendirian di bangsal tersebut. Diri-nya ingin mengambil ponsel atau sekedar bertanya kepada perawat, tapi Ara masih lemas untuk sekedar gerak sedikit.

Lalu tiba-tiba pintu kamar tersebut terbuka dan menampakan perawat yang tengah mendorong tempat tidur bayi, seketika Ara mengulas senyum tipis lalu ia perlahan merubah posisi-nya.

"A-anak bu-na..."

Perawat tersebut mengulas tersenyum lalu ia menyingkap kain tipis yang menutupi mereka.

"Puji Tuhan... mereka anak yang kuat karena bisa bertahan disaat sang ibu-nya tengah mengalami masa kritis," kata perawat tersebut.

"Ah iya, mereka satu laki-laki dan satu lagi perempuan." lalu perawat tersebut mendekatkan kereta bayi itu kepada Ara.

Mata Ara pun berkaca-kaca melihat kedua bayi yang tengah tertidur pulas itu, lalu ia kecup satu persatu pipi mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mata Ara pun berkaca-kaca melihat kedua bayi yang tengah tertidur pulas itu, lalu ia kecup satu persatu pipi mereka.

"H-halo anak buna," sapa Ara.

Saat tengah asik menatap kedua bayi tersebut, tiba-tiba Ara kepikiran sosok Jeno yang sedari tadi tidak ia lihat. Kemana pria itu?

"Mm.. Sus.. tau nggak pria yang perawakan-nya itu tinggi, putih, hidung-nya mancung terus kalo senyum tu kek gini," lalu Ara pun menirukan senyum manis Jeno walau tidak terlalu serupa.

Perawat tersebut tampak berpikir dengan ciri-ciri yang dimaksud Ara tersebut, lalu ia menjentikan tangan-nya. "Ah iya ada!"

Wajah Ara seketika langsung berseri, "Lalu dia dimana?"

"Mungkin dia sebentar lagi tiba," sahut perawat tersebut.

Ara hanya menganggukan kepala-nya pelan lalu atensi-nya kembali menatap sang bayi. Perasaan-nya tentu bahagia melihat kedua anak-nya bisa selamat dan melihat betapa indah-nya dunia.

"Baiklah, kalo begitu saya permisi."

Perawat tersebut langsung meninggalkan Ara bersama kedua anak-nya, sesekali Ara mengajak mereka bicara dengan gemas.

Saat tengah asik menatap sang bayi, tiba-tiba kamar terbuka membuat atensi Ara menatap kearah pintu.

Cklek.

"Siapa.. eh?"
























"Kak Jaemin?"

..



Pria dengan proposisi tegap tersebut menaikan kacamata hitam-nya yanh bertengger dihidung mancung itu. Ia juga melangkahkan kaki-nya dengan tegap saat menerima panggilan masuk dari pihak rumah sakit jika Ara sudah siuman.

Tanpa basa-basi lagi, dia langsung bergegas menuju bangsal Ara walau setelan pakaian dia masih memakai jas hitam.

Drrtt

Pria itu langsung mengangkat ponsel-nya ketika mendapatkan panggilan masuk dan ternyata orang itu adalah Mark Lee.

"Oh, halo?"

"Ara beneran udah siuman?"

"Iya kata pihak rumah sakit begitu, ini gue juga bentar lagi sampe dibangsal-nya Ara."

Mark berdeham pelan disebrang sana. "Terus, lo mau bilang gimana sama Ara perihal ini?"

"Gue bakal bicara sama dia pelan-pelan, bagaimana-pun juga Ara berhak tau mengenai ini."

"Oke, jangan sampe Ara drop lagi setelah mengetahui ini. Bentar lagi gue bakal berangkat ke Seoul."

Pria tersebut menghentikan langkah-nya ketika sudah  tiba tepat didepan pintu rawat inap Ara. Ia menatap pintu tersebut dengan tersenyum getir.

"G-gue.."

"It's okay Jaem, Jeno bakal baik-baik aja disana."

Jaemin menghelah nafas dengan kasar lalu ia menatap ujung sepatu yang ia gunakan itu. Rasa bersalah-nya pun kembali menghantui Jaemin.

"B-baiklah, gue bakal hubungin lo lagi. Takecare Mark, kabarin gue kalo lo sama Jeno udah sampe di Seoul."

"Okay, gue udah mau berangkat. See you!"

Lalu panggilan berakhir begitu saja dan Jaemin kembali menyimpan ponsel-nya disaku jas tersebut. Sebelum ia benar-benar membuka pintu-- Jaemin menarik nafas dan mengumpulkan keberanian terlebih dahulu.

Cklek

"Siapa-- Eh?"

"Kak Jaemin?"

Jaemin langsung mengembangkan senyum terbaik-nya yang selama dua bulan ini tidak pernah ia tampakan lagi. Lalu ia langsung menghambur ke pelukan Ara membuat Ara bingung bukan kepalang.

"K-kak?" panggil Ara. "kakak kenapa? terus kenapa kakak pakek setelan formal gini? siapa yang berduka?"

Jaemin melepaskan pelukan-nya lalu ia menangkup wajah tirus Ara, ia menatap kedua manik Ara yang jernih itu.

"I miss you so bad..."

oOoOo




Jadi buat yang belom paham, chapter 53 dan 54 itu kek mimpi Ara pas dia koma gitu...

..

Surrender | Na Jaemin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang