28

15.9K 3K 1.3K
                                    

Sorry update nya telat T~T

Happy reading!

oOoOo


Author.

Keesokan hari-nya, Ara memberanikan untuk menemui Jaemin yang tampak-nya masih didalam kamar. Gadis itu mengetuk pintu dua kali lalu dia masuk ketika terdengar suara Jaemin yang memberi-nya izin untuk membuka pintu tersebut.

Dengan membawa secarik kertas dan materai diatas-nya, Ara menghampiri Jaemin yang masih meringkuk di dalam selimut.

"Kak?"

Pria berkelahiran bulan Agustus itu menyingkap selimut-nya dan nampaklah wajah Jaemin yang suram. Mata yang merah dan kantung mata yang menghitam, Jaemin terlihat seperti tidak tidur semalaman.

Ara menyondorkan kertas yang sudah ia siapkan semalaman itu ke Jaemin membuat pria itu merubah posisi-nya menjadi duduk.

"Apa ini?"

"Ya dibaca dulu biar tahu apa itu."

Jaemin mengerutkan kening-nya lalu menatap selembar kertas itu.

"Surat perjanjian?"

Gadis itu mengangguk mantap. "Kakak mau kita cerai setelah satu tahun pernikahan ini, oke aku turutin kemauan kakak dan sebalik-nya, kakak harus ikutin semua yang aku tulis itu."

Jaemin membaca satu persatu isi surat perjanjian itu.




~Surat perjanjian Ara dan kak Jaemin~

Dengan ini Ara menyetujui permintaan kak Jaemin yang ingin menggugat cerai Ara dengan syarat ;

1. Ara ingin kak Jaemin menuruti kemauan Ara ketika Ara sedang mengidam.

2. Ara ingin kak Jaemin menurut dengan Ara, apapun itu kondisi-nya.

3. Ara ingin kak Jaemin membantu Ara mengurus janin Ara dalam beberapa bulan kedepan.

4. Ara ingin kak Jaemin selalu disamping Ara hingga proses pengadilan berlangsung.

Dengan seperti itu, Ara akan melakukan proses perceraian ke pengadilan disaat kandungan Ara menginjak 5 bulan.

"Lo--"

"Aku tahu setelah lahir nanti bayi yang ada dijanin aku tidak akan merasakan kasih sayang dari kak Jaemin, jadi sebagai ganti-nya aku mau kak Jaemin bantu Ara mengurus dia yang masih berada didalam Janin."

Ara tampak meraskan lega didalam hati-nya ketika sudah menyampaikan itu semua kepada Jaemin. Gadis itu benar-benar berlatih semalaman hanya untuk berbicara lantang seperti ini di depan Jaemin.

"B-baiklah..."

"Hanya 5 bulan ke depan aja kan?"

"Ya." sahut Ara.

Walau diri-nya tampak yakin dan kuat didepan Jaemin, di dalam hati gadis itu-- dia ingin menangis sekuat-kuat nya.

"Dan juga biar aku yang bicara sama mama Yoona perihal ini." timpal Ara. "jadi kakak nggak perlu repot-repot kena marah mama lagi."

"Ra--"

Ara langsung berlalu begitu saja dan tidak menunggu Jaemin yang ingin mengatakan satu kata-pun. Gadis itu tidak kuat untuk menahan tangis-nya maka dari itu Ara langsung kembali menuju kamar tamu yang ada dibawah.


..





"Ra, udah berhenti nangis nya."

Lee Ara menghapus air mata-nya secara kasar lalu menatap pria tampan disebrang sana yang sedang menatap-nya dengan tatapan senduh. Laki-laki itu juga ikut sakit melihat Ara seperti ini.

Benar-benar tampak hancur.

"Kamu belum sarapankan?"

Ara menggeleng pelan. "B-belum."

"Sarapan dulu sana,"

"J-jis..."

"Udah Ara-ku sayang... berhenti ya nangis-nya. Aku juga nggak kuat lihat kamu nangis gitu dari tadi."

"Kalo aku disana, aku peluk kamu. Tapi aku lagi enggak disamping kamu. Maaf ya..." sambung Jisung yang sangat-sangat menyesal karena tidak bisa berada disamping Ara saat gadis itu tengah bersedih seperti sekarang.

"A-aku udah bener-kan nge-la-kuin ini?" tanya Ara dengan sesegukan.

Jisung mengulas senyum-nya. "Jika ini yang terbaik buat kamu biar enggak disakitin lagi, aku dukung itu."

Ara menarik nafas-nya sebentar lalu membuang-nya pelan. Gadis itu berusaha menguatkan diri-nya sendiri.

"Udah kamu sarapan dulu sana, nanti kamu sakit lagi terus malah kenapa-kenapa sama janin-nya."

"Ya udah, nanti aku hubungin lagi."

Lalu setelah-nya sambungan video call itu terputus. Sebelum keluar kamar, Ara kembali menarik nafas sebentar lalu gadis itu baru benar-benar keluar.







Saat didapur, Ara dikejutkan dengan Jaemin yang tengah sibuk memasak bahkan dapur menjadi sangat kotor akibat pria itu.

"K-kak..?!!"

Jaemin menoleh dengan wajah yang ditempeli tepung bahkan celemek bunny yang ia gunakan itu juga ikut kotor.

"E-eh Ara--"

Prang

Ara memejamkan mata-nya ketika Jaemin tidak sengaja menjatuhkan satu panci pink begitu saja membuat suara yang sangat bising ditelinga gadis itu.

Diri-nya langsung menghampiri Jaemin agar tidak terjadi yang lebih buruk lagi dari ini.

"Kakak tuh ngapain sih?!"

"I-itu.. Ak- gue buat sarapan."

Ara mengambil panci pink tersebut lalu meletakan-nya diatas wastafel.

"Kakak bisa panggil aku buat masak sarapan, terus kenapa jadi kakak yang repot gini?!"

Jaemin menggaruk tengkuk-nya yang tidak gatal. "K-kan lo lagi hamil.. jadi.. ja-di ya gitu.."

Gadis itu menghelah nafas kasar lalu menggantikan posisi Jaemin yang tengah memasak nasi goreng itu.

"Udah kakak duduk aja,"

"T-tapi kan gue mau bikin lo sarapan sendiri.." kata Jaemin dengan suara yang mengecil diakhir kalimat.

"Ini udah mau selesai juga, udah duduk aja sana."

Akhirnya Jaemin memilih mengalah dan melepaskan celemek bunny itu dan duduk dimeja makan sambil menunggu Ara yang tengah menuangkan masakan Jaemin ke dalam piring.

Ara datang dengan dua piring nasi goreng hasil masakan Jaemin. Gadis itu berharap Jaemin tidak meletakan sianida didalam makanan tersebut.

"Udah makan sana."

Akhirnya mereka makan dengan diam, bahkan hanya terdengar suara sendok saja. Tapi itu tidak berlangsung lama karena tiba-tiba perut Ara kembali sakit.

Dengan cepat Ara langsung berlarian menuju wastafel ketika perut gadis itu sudah tidak bisa menahan-nya lagi.

Jaemin pun terkejut melihat Ara yang berlarian tersebut langsung menghampiri sang istri. Pria itu memijat tengkuk Ara agar gadis itu enakan.

Sesekali Jaemin mengelus perut Ara dan itu benar-benar membuat morning sickness Ara hilang begitu saja.

"Udah enakan?"

Ara mengangguk lemas.

"Dedek-nya mau sama ayah ya?" kata Jaemin sambil berlutut didepan perut Ara.

oOoOo

..

Surrender | Na Jaemin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang