Happy reading!oOoOo
Author.
Jeno mengoleskan salep untuk luka kecil yang dibuat oleh Lia diatas perut besar Ara, entah apa yang ada didalam diri Lia hingga dengan mudah membuat luka seperti ini.
"Pelan-pelan Jen," ringis Ara. "luka-nya emang kecil, tapi perih banget."
Pria itu mendongakan kepala-nya sebentar sambil mengangguk pelan lalu ia kembali memoleskan salep itu dengan lebih pelan.
"Wanita gila. Gimana bisa dia melukai kamu seperti ini Ra, aku nggak mau diam lagi."
Ara menggeleng pelan, "Udah Jen, jangan diladenin. Yang ada dia makin mau nyakitin aku kalo kamu maju buat bales dia."
"Terus aku harus sampe kapan diem kek gini Ra?" sahut Jeno. "dia bisa ngelakuin hal lebih gila lagi kalo aku cuma diem aja."
Gadis itu mengulas senyum tipis, suatu kebanggaan tersendiri bagi Ara karena memiliki sahabat seperti Jeno.
Jika saja Ara menaruh hati kepada Jeno, pasti sejak pertama kali kenal dengan pria itu-- Ara sudah jatuh hati. Tapi memang dasar-nya Ara sangat sulit untuk mencintai Jeno sebagai pria, bukan sebagai sahabat. Gadis itu jauh lebih nyaman seperti ini, dia seperti memiliki sosok Ayah, kakak dan sahabat secara bersamaan.
"Aku nggak papa Jen." kata Ara. "tapi aku nggak mau ya tangan kamu kotor buat ngurus-ngurus sampah kek mereka."
Jeno menghela pelan lalu pria itu duduk disamping sang sahabat.
Siapa yang ingin melihat sahabat-nya tersakiti? apa lagi mereka sudah berteman sejak kecil. Rasa-nya Jeno ingin menghabisi Jaemin karena dengan semudah-nya ia menyakiti Ara, padahal sejak kecil Jeno tidak pernah menyakiti Ara, sedikitpun itu. Baik fisik maupun perasaan.
"Ra... kita pindah aja gimana?"
Ara tersentak pelan sambil menatap Jeno bingung. "P-pindah kemana?"
Gadis itu dapat melihat sang sahabat menghela nafas dengan kasar. "Kita pindah ke Kanada, ke tempat kak Mark. Sekalian kita berobat kesana."
"T-tapi Jen..." Ara membuang muka-nya. Tentu gadis itu tidak mau pindah karena ia tidak ingin meninggalkan Jaemin.
Ya, gadis itu masih berharap kepada sang suami. Berat hati jika dia pergi jauh dari Jaemin, tapi disatu sisi juga ia kecewa berat dengan pria itu.
"Percaya sama aku, kita bakal balik kesini lagi setelah kamu sembuh total."
"Pulang-nya sama-sama ya?"
"Iya, aku nggak bakal ninggalin kamu. Dan aku juga ngga mau kamu ninggalin aku."
Ara mengangguk pelan. Walau dilubuk hati dia tidak rela untuk pergi jauh dari Jaemin, tapi sekarang ada yang lebih penting.
Kedua anak-nya. Mereka harus selamat. Itu pikiran Ara, jika perlu saat dia dikasih pilihan untuk memilih keselamatan nyawa diri-nya atau kedua anak-nya. Ara akan memilih untuk menyelamatkan nyawa kedua anak-nya.
"Jadi kapan kita pindah-nya?"
"Setelah proses perceraian kamu dipengadilan," sahut Jeno. "aku bakal urus semua-nya. Jadi kamu nggak perlu mikiran apapun lagi."
Ara berdeham pelan, "Ini beneran ya Jen?"
"Ya ampun Ara-ku... sejak kapan aku bohong sama kamu? nggak pernahkan? bahkan soal perasaan aku aja itu aku nggak bohong."
Gadis itu mengangguk pelan. "Ya udah deh."
Baiklah, ini demi kedua anak-nya jadi Ara harus berjuang. Karena sekarang kandungan-nya sudah menginjak 5 bulan, dia takut tidak punya waktu lebih untuk memperbaiki ini semua.
Semoga ini berjalan lancar.
oOoOo
Udah ketebak belom ending nya gimana?
..
KAMU SEDANG MEMBACA
Surrender | Na Jaemin✔️
Fanfiction[Complated✔️] ❝Takdir mungkin nggak menyatukan kita, namun nggak ada yang menyuruhku untuk berhenti mencintaimu❞ ‼️ Don't be a silent readers. ‼️Cerita udah lengkap, ya kali buat vote aja susah. 🏆 Rank #1 on Najaemin 17 oct'20 #1 on kpop 4 sept'20 ...