55

12.7K 2.6K 983
                                    

Vote untuk MENGHARGAI PENULIS!



Happy reading!

oOoOo

Author.

Na Jaemin melangkahkan kaki-nya dengan sempurna, penampilan pria itu cukup rapi dengan setelah kemeja hitam yang ia gunakan.

Perasaan-nya bergemuru dan kembali sakit ketika ia harus datang kesini. Walau Jaemin selalu berkunjung setiap hari, tapi perasaan-nya masih tidak nyaman dan juga ia masih takut untuk menerima kenyataan pahit tersebut.

Bayang-bayang Ara yang ceria selalu menghantui-nya, tapi disini... Jaemin tidak menemukan sosok itu.

Sosok yang selalu membuat hati Jaemin berdebar ketika bersama-nya, sosok yang membuat hati Jaemin ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi untuk sang istri. Tapi nyata-nya ia tidak menjaga kepercayaan Ara karena kesalahan-nya.

Tadi Jaemin sudah mendapatkan pesan dari Jeno jika sekarang adalah jadwal-nya ia berkunjung ke tempat Ara.

Jadi sekarang ia sudah tiba dengan se-bucket bunga yang juga selalu ia rutin bawa jika sedang berkunjung.

Cklek

Pria itu perlahan membuka ruangan putih yang hampir menjadi rumah kedua buat-nya, aroma obat-obatan begitu tajam ketika masuk ke indra penciuman Jaemin. Tapi pria itu sudah terbiasa karena sudah hampir dua bulan lama-nya ia selalu berkunjung kesini.

Na Jaemin menggantikan bunga yang berada di vas dengan bunga yang baru saja ia bawa itu, ini juga sudah menjadi kegiatan rutin Jaemin untuk selalu menggati bunga yang berada diatas nakas tersebut.

Lalu atensi Jaemin menatap Ara yang masih tertidur pulas itu, sudah dua bulan lama-nya Ara tidak membuka mata. Sudah selama itu juga Jaemin selalu menjaga Ara.

"Halo Buna~ Ayah udah dateng." sapa Jaemin sambil duduk disamping bangsal Ara.

Jaemin mengelus pelan tangan dingin Ara lalu ia kecup. "Kamu kapan bangun, hm? nggak kangen sama aku ya?" lirih Jaemin.

Hening.

Hanya suara monitor detak jantung yang terus berbunyi mengisi ruangan tersebut membuat Jaemin tersenyum kecut.

"Ra, udah dua bulan kamu koma..." Jaemin kembali mengecup tangan sang gadis. "kamu nggak ada niatan buat liat aku gitu?"

"Aku janji setelah kita pulang ke Seoul, aku nggak bakal buat pergi dan nyakitin kamu lagi. Tapi please.. bangun Ra. Aku nggak kuat lihat kamu kek gini..."

Hening.

Jaemin menghela pelan. "Ra, izinkan aku buat gantiin posisi kamu sekarang."

Setelah mengucapkan sepenggal kalimat tersebut, tiba-tiba layar monitor menunjukan jantung Ara kian melemah membuat Jaemin cemas dan langsung memencet tombol yang terhubung dengan para tim medis.

"Ra! bertahan sayang!!" pekik Jaemin tertahan.

Lalu mata Jaemin menanggap sebulir air mata yang turun dari sudut mata Ara membuat Jaemin langsung menangkup wajah tirus gadis itu.

"Ra! kamu denger aku kan?" kata Jaemin. "please, dengerin aku. Kamu harus bertahan! kamu bisa melewati masa kritis ini Ra!"

Tak berselang lama, para tim medis sudah masuk bersama dokter. Membuat posisi Jaemin tersingkir dan pria itu menepi untuk melihat sang gadis yang sedang ditangani para tim medis.

"Defibillator-nya nyalakan!"

"Yang paling rendah terlebih dahulu!"

"Satu... Dua..."

"Gagal! naikan lagi tekanan-nya!"

Jaemin terus menangis melihat kondisi Ara yang kian memburuk, pria itu benar-benar takut jika Ara pergi meninggalkan-nya.

"Satu... Dua.."

"Gagal! naikan lagi!"

Pintu terbuka dan menampakan Jeno dengan raut terkejut-nya, awal-nya pria itu sudah pulang tapi ada barang yang ketinggalan membuat diri-nya harus kembali lagi ke rumah sakit. Tapi saat tiba, ia malah dikejutkan dengan situasi yang sangat menegangkan. Lalu dengan cepat Jeno langsung menghampiri Jaemin yang berada diruangan tersebut.

"Kenapa Ara? apa yang terjadi?!" tanya Jeno khawatir.

Jaemin menggeleng pelan, "G-gue nggak tau.. tapi tiba-tiba jantung dia melemah gitu aja."

"Dok! kita tidak bisa menolong kedua-nya, pasien juga sulit untuk selamat ketika melahirkan sang bayi karena gejala penyakit jantung-nya." kata salah satu tim medis tersebut.

Beberapa tim medis lain ikut mengangguk kepala. "Kau benar! jika seperti ini pasien harus mendapatkan pendonor atau tidak-- kita hanya bisa menolong bayi-nya." sahut dokter.

Tangis Jaemin semakin pecah, dia tidak bisa membiarkan Ara pergi begitu saja. Jaemin juga tidak bisa berdiam diri lagi lalu ia menghampiri sang dokter.

"Ambil jantung saya dok!"

Jeno tersentak kaget karena Jaemin begitu gamblang mengambil keputusan, lalu ia menarik Jaemin keluar dari ruangan tersebut.

"Ck, Apaan sih!"

"Lo gila Jaem?" desis Jeno. "gimana bisa lo ambil keputusan segamblang itu? lo nggak mikirin Ara gimana jadi-nya?"

"Terus sekarang apa?! gue harus berdiam diri dan melihat Ara yang sedang berada dimasa kritits tanpa ngelakuin apa-apa?!!" bentak Jaemin.

Jeno mengusap wajah-nya gusar lalu ia menatap Jaemin dengan sengit. "Terus lo mau lihat Ara sedih karena lo malah donorin jantung lo gitu aja? lo mau anak-anak lo lahir tanpa seorang Ayah?"

Jaemin menggeleng lemah.

"Terus gue harus apa Jen..." lirih Jaemin. "ini waktu-nya buat gue berkorban buat dia setelah gue selama ini cuma bisa nyakitin Ara."

oOoOo

Ada yang bisa nyimpulin/ nebak chapter sebelum-nya itu apa?

..

Surrender | Na Jaemin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang