45

13.1K 2.5K 1.4K
                                    





Happy reading!

oOoOo

Author.

"Apa yang udah Lia berikan buat kakak?"

Seketika tubuh Jaemin menengang ketika mendapatkan lontaran itu dari mulut Ara secara langsung untuk diri-nya.

Lagi-lagi Ara tersenyum miris melihat reaksi natural dari sang suami lalu tanpa sadar gadis itu meremat tangan Jeno.

"Apa ada yang lebih lagi dari kakak tidur satu ranjang bersama Lia?"

Jeno, Jisung dan Chenle langsung menatap Jaemin dan Lia bersamaan dengan tatapan tak percaya. Bahkan Jeno rasa-nya ingin memberi satu bogem mentah untuk Jaemin.

"Ra..." lirih Jaemin.

"Sejak kapan?"

Jeno menoleh dan menggenggam tangan kecil Ara, "Maksud-nya Ra?" tanya pria itu.

Jisung yang sedari tadi diam akhir-nya bersuara.

"Tunggu-tunggu... jangan bilang lo--" Jisung menunjuk Jaemin dengan telunjuk-nya dengan tatapan sengit. "--selingkuh sama Lia dibelakang Ara?!"

Jaemin menghela pelan lalu menatap Ara dengan tatapan senduh dan perasaan yang berkecamuk.

"Maaf Ra..."

Seketika pertahanan Ara yang ia tahan untuk tidak menangis itu pun runtuh, gadis itu terisak pelan dan membuang muka-nya. Tidak ingin menatap mata Jaemin.

Jeno membawa Ara kedalam dekapan membuat tangis Ara semakin pecah lalu pria itu mengelus punggung Ara dengan pelan.

"Wah lo gila Jaem..." kata Jisung dengan nada yang sangat datar.

"See, sesuai kesepakatan kita bertiga waktu itu. Jika lo nyakitin Ara lagi, Ara bakal Jeno yang urus." timpal Jisung.

Chenle yang tidak mengerti-pun menyenggol pelan lengan Jisung. "Maksud kamu apaan by?"

"Waktu kita meet up buat masih surprise-nya Ara, Jeno dan aku udah buat kesepakatan bersama jika Jaemin nyakitin Ara lagi-- Jeno bakal ambil Ara dari Jaemin tanpa alesan apapun itu."

Gadis pemilik suara dolphin mengangguk pelan lalu ia mengusap-usap pelan bahu Ara, rasa-nya ia juga tidak tega melihat Ara yang disakiti seperti ini.

"Ra... aku bener-bener minta maaf, aku nyesel Ra... please maafin aku."

Ara menghapus air mata-nya dengan kasar lalu menatap Jaemin dengan tajam.

"Kakak tau?" Ara menarik menghirup udara ketika rasa dada-nya kembali nyeri lalu kembali menatap Jaemin.

"Hiks... Kakak itu harapan aku, semangat aku dalam segala hal-- bahkan termasuk untuk aku ngelawan penyakit kronis yang aku alamin yang kemungkinan kecil aku sembuh. Kakak itu semangat aku buat ngebesarin kedua anak yang tengah aku kandung sekarang, kakak itu segala-nya untuk aku. Tapi jika seperti ini, apa yang harus aku lakuin? aku nggak bisa berharap lagi kedepan-nya, aku udah kecewa untuk yang kesekian kali-nya sama kakak."

Jaemin mengusap kasar sudut mata-nya dan menatap Ara tidak percaya. "Ra... a-anak kita kem-bar?"

Ara mengangguk sebanyak dua kali. "Iya dia kembar dan nanti aku harus pilih antara aku yang bertahan hidup atau kedua anak aku yang bakal melihat dunia untuk pertama kali-nya."

Jeno menundukan kepala-nya sambil menggenggam tangan Ara, diam-diam pria itu menangis tanpa suara. Dan juga tanpa sepengetahuan mereka semua.

"Masa kontrak masi berlaku kak dan itu bakal berakhir minggu ini," kata Ara. "jangan lupa untuk datang ke pengadilan, pukul 2 siang."

Lalu tiba-tiba Ara melemparkan satu map coklat ke arah Jaemin.

"R-raa... i-ni.."

"Itu surat-surat yang udah aku tanda tangan dan aku urus dipengadilan, tinggal kakak yang belom." sela Ara.

Jaemin berdiri dan langsung berlutut didepan Ara membuat semua orang kaget.

"Ra.. please.. cabut gugatan cerai-nya. Aku bener-bener nyesel Ra, please kasih aku satu kesempatan lagi."

Ara menggelengkan kepala-nya lalu gadis itu berdiri dan menarik tangan Jeno.

"Aku tunggu kak disana, sampai jumpa."

Setelah itu Ara berlalu bersama Jeno meninggalkan Jaemin yang menangis terseduh-seduh disana.

oOoOo

..

Surrender | Na Jaemin✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang