♡♡♡
Setelah memeriksa adiknya, Alfred mulai melepaskan alat-alat medis yang sudah tidak diperlukan. Senyuman tidak pernah luntur dari wajahnya. Setelah sempat sadar, Eunbi kembali tidur. Alfred menyuruh Eunbi untuk istirahat terlebih dahulu karena setelahnya akan melakukan pemeriksaan lagi dengan dokter-dokter spesialis.
“Ternyata Eunbi benar-benar Daddy’s little girl, selama ini aku selalu memintanya bangun tapi dia tidak mau membuka matanya. Namun ketika daddynya yang meminta, dia langsung membuka matanya.” ujar Yoora dalam dekapan suaminya.
“Dia memang putriku, jangan cemburu begitu” Lean tersenyum memandang putri kecilnya.
“Aku sangat bahagia Lean”
“Ya… semua sudah berakhir sayang, karena itu sudah saatnya aku membahagiakan kalian.”
Yoora mengangguk dalam pelukan Lean, beban berat di pundaknya sudah terangkat begitu lega melihat putrinya sudah sadar dari koma.
“Aku sangat menyayanginya” Lean menoleh kepada Eunbi lalu kembali menatap mata istrinya “Dan aku juga mencintaimu” Lean mencium bibir istrinya, bukan sebatas kecupan tapi ciuman panjang yang menyulut gairah.
“Mommy…” suara lirih Eunbi menginterupsi kegiatan menyenangkan mereka. Yoora buru-buru mendorong dada Lean. Sedangkan Lean hanya terkekeh geli mendapati istrinya merona karena malu.
Yoora mendekat ke ranjang putrinya, “Sweetheart, kenapa? Ada yang sakit?”
Eunbi menggeleng lemah dan mengulurkan tangannya, “I miss you”
“Tidak merindukan daddy?” Lean memasang wajah sedihnya.
“I’m sorry daddy” Eunbi masih enggan menatap daddynya.
“No need to sorry princess” Lean mencium kening putrinya dengan sayang. Lean tahu, putrinya pasti merasa bersalah atas apa yang terjadi.“Daddy bahagia princess daddy sudah bangun, ingatlah daddy sangat menyayangimu princess. Sangat… kamu adalah bagian dari hidup daddy yang sangat daddy harapkan kehadirannya. Karena itu berhenti berpikir bahwa daddy tidak menginginkanmu.”
Eunbi menangis, seharusnya dia percaya pada daddynya.
“I miss you daddy…”
Lean menyeka air mata Eunbi “Miss you too my little princess”
Tidak lama Alfred masuk ruang rawat adiknya bersama dengan beberapa orang dokter spesialis yang akan melakukan pemeriksaan pada adiknya.
“Wah… ada apa ini? Kenapa menangis sayang?”
Eunbi tersenyum meski sisa-sisa air mata masih menghiasi pipinya.
“Bagaimana keadaanmu sayang? Ada yang sakit?”
“No, hanya saja merasa sedikit aneh. Sangat sulit menggerakkan tangan dan kakiku”
“Merasa aneh?”
Eunbi mengangguk karena merasa tidak bisa menggerakkan tubuhnya dengan leluasa. Bahkan ketika memeluk orang tuanya pun Eunbi merasa membutuhkan banyak energi. Cepat lelah dan tidak nyaman.
Alfred mulai memahami maksud adiknya kemudian meminta salah satu dokter spesialis rehabilitasi medik untuk memulai pemeriksaannya terlebih dahulu. Baru setelahnya disusul oleh beberapa dokter lainnya dan terakhir dokter spesialis dermatologi untuk membantu menghilangkan bekas luka dipergelangan tangan adiknya. Hanya dokter terbaik di bidangnya yang dipercaya Alfred untuk membantu kesembuhan adiknya.
Alfred bahkan juga meminta psikiater untuk melakukan pendampingan terhadap adiknya. Mengalami hal buruk bertubi-tubi bukanlah hal yang mudah diterima oleh pemikiran anak seusia adiknya. Tidak ingin terjadi hal yang lebih buruk, Alfred akan mengupayakan yang terbaik untuk adiknya.
Serangkaian pemeriksaan dan konsultasi telah dijalani oleh Eunbi tentu dengan di dampingi oleh kakak dan orang tuanya.
“Kakak, apa aku baik-baik saja?” Eunbi merasa khawatir karena menurut dokter rehabilitasi medik menyarankan agar dia mengikuti fisioterapi. “Benarkah aku tidak bisa berjalan?” Eunbi mulai terisak kecil.
“Ssttt… tidak seperti itu princess.. ini adalah hal yang wajar terjadi. Hampir satu bulan princess tertidur, maka dari itu otot kaki menjadi lemah karena sudah lama tidak digunakan. Princess pasti bisa berjalan lagi, percaya pada kakak.” Alfred menjelaskan sesederhana mungkin kepada adiknya.
“Lebih baik sekarang princess istirahat lagi, pasti capek kan?”
Eunbi memang lelah, kondisinya belum pulih benar tapi sudah harus melakukan berbagi pemeriksaaan. Tidak butuh waktu lama Eunbi sudah terlelap.
“Benarkah itu semua Alfred?”
“Tentu saja dad, untuk sementara princess bisa menggunakan kursi roda terlebih dahulu. Oh.. ya jangan membiarkannya terlalu lelah baik fisik maupun mentalnya karena keduanya saling berhubungan. Kita harus menjadi penyemangatnya karena aku merasa itu lah yang lebih dibutuhkan”
“Bagaimana dengan luka di tangannya Alfred?”
“Lukanya memang cukup dalam mom, Alfred akan mengusahakan untuk menghilangkan bekasnya. Teknologi kedokteran sudah semakin berkembang jadi jangan terlalu khawatir”
…
Tidak seperti biasanya, setelah terbangun dari koma-nya, Eunbi menjadi lebih pendiam. Bahkan beberapa kali Adrian melemparkan lelucon atau mencoba berdebat dengan adiknya malah ditanggapi dingin oleh adiknya.
Adrian tahu adiknya merasa insecure dengan keadaannya sekarang. Sesekali Eunbi tertangkap mata melirik pergelangan tangannya, dan sorot ketakutan terekam jelas di mata adiknya membuat hati Adrian berdenyut nyeri. Kejadian itu menghilangkan keceriaan adiknya.
“Kakak” Eunbi terlihat ragu-ragu ingin mengatakan sesuatu kepada kakaknya.
Adrian mendekat dan membantu adiknya duduk, kemudian ikut duduk di kursi sebelah ranjang adiknya. Adrian menggenggam lembut tangan adiknya yang terbebas dari infus.
“Dengarkan kakak princess, kami semua akan selalu berada di sampingmu apapun yang terjadi. Tidak perlu merasa takut, kakak disini.” Adrian berkata sungguh-sungguh sambil menatap wajah adiknya.
Eunbi mengeratkan genggaman kakaknya, kemudian mengangguk. Benar kata kakaknya, dia tidak sendirian seperti dulu. Selain mommy, sekarang dia juga punya daddy dan kakak.
Eunbi tersenyum. Senyum lebar pertamanya setelah bangun dari tidur panjangnya. Menarik tangan kakaknya sebagai isyarat untuk mendekat. Eunbi mencium pipi kakaknya.
Melihat senyum adiknya, Adrian ikut tersenyum. Tangan besarnya membelai rambut adiknya.
“Ehm, tumben nih akur berdua” Yoora mendekat sambil membawa nampan makan siang Putrinya.
“Tentu saja mom, putri tidur sudah bertemu pangeran. Padahal harusnya pangeran yang mencium tuan putri tapi ini sebaliknya loh mom. Tadi pangeran dicium tuan putri” Adrian sudah mulai menggoda adiknya.
“Memangnya kakak itu pangeran.” gerutu Eunbi sambil mengerucutkan bibirnya.
“Ciye... tuan putri malu-malu” ujar Adrian dengan ekspresi mengejek dan tangannya dengan usil mencolek dagu adiknya.
“Mommy! Kak Ian tuh!”
“Ck! Beraninya ngadu sama mommy”
Yoora hanya tersenyum mendengar mereka mulai berdebat. Hingga tidak lama terdengar suara pintu dibuka, Alaric masuk ke dalam.
“Kakak Al!” seru Eunbi dengan lantang.
Alaric berjalan cepat ke arah adiknya kemudian mendaratkan ciuman singkat di puncak kepalanya.
“Kakak Al, Kakak Al… kak Adrian tuh ledekin aku terus!” Eunbi mulai mengadukan perbuatan Adrian, baginya selama ini Alaric adalah orang yang paling tepat untuk mengadu selain pada daddynya.
Alaric sontak menendang tulang kering adiknya membuat sang empunya mengaduh.
“Shit!” umpat Adrian yang langsung dihadiahi tatapan tajam kakaknya. Beraninya Adrian mengumpat di depan Eunbi.
“Hahaha…” Eunbi menjulurkan lidahnya mengejek kakaknya yang kesakitan memegang kakinya.
Rasa sakit yang dirasakan Adrian tidak seberapa dibandingkan bisa melihat tawa lepas adiknya.
“Wow… apa yang terjadi disini?” Alfred baru saja datang ikut bergabung.
“Senang sekali princess, sudah makan?”
Yoora mengangkat mangkuk berisi makan siang putrinya sebagai jawaban pertanyaan Alfred.
“Makan dulu princess, setelah itu minum obatmu” Alfred meraih mangkuk dari mommynya “kakak suapin?”
Eunbi memasang wajah cemberutnya lagi, pasalnya tadi pagi dia sudah sarapan dengan bubur, dan sekarang? Tentu saja bubur lagi.
“Aku mau fried chicken”
Alfred menggeleng tegas, “bubur dulu untuk seminggu kedepan sayang”
Adrian balas menjulurkan lidahnya mengejek adiknya “Ah… kakak mau makan siang ke McD, chicken… chicken…”
“Kakak Al! Kak Adrian mau makan chicken! Cepat marahin! Pokoknya kak Adrian gak boleh makan chicken!”
“Why? Kakak gak lagi sakit kali dek.”
“Adrian” suara rendah dari Alfred kali ini yang membuat Adrian menyengir dan mengangkat dua jari telunjuk dan tengah sebagai tanda perdamaian.
“Makan dulu” Alfred mulai mengarahkan sendoknya dan dengan enggan Eunbi membuka mulutnya, pasalnya semua mata menatap tajam padanya.
…
Setelah beberapa hari Eunbi di rawat, kesehatannya semakin membaik dan hari ini adalah jadwal pertamanya mengikuti fisioterapi untuk mengembalikan fungsi otot kakinya.
“Mau sama Daddy!” seru Eunbi yang masi tidak mau beranjak dari kursi rodanya.
“Daddy masih ada meeting penting sayang, sama mommy saja ya?” bujuk Yoora.
“Sama kakak Ed mau?” Alfred ikut membujuk Eunbi.
“MAUNYA DADDY!” Eunbi histeris tanpa sadar sudah meninggikan suaranya.
“KIM EUNBI!” seru Yoora terbawa emosi membentak putrinya.
Mendengar bentakan dari mommynya Eunbi mulai terisak, sebenarnya Eunbi merasa pesimis tidak akan bisa berjalan lagi, karena itu dia merasa takut. Eunbi menginginkan daddynya untuk menemani dan memberinya semangat. Yoora ikut berkaca-kaca karena menyadari telah menyakiti hati putrinya.
“Kita telfon daddy mau sayang?” Alfred mengambil ponselnya di saku jasnya dan menekan nomor daddynya.
“Al-” belum sempat Yoora berbicara Alfred sudah lebih dahulu menghentikan mommynya.
“...”
“Hallo dad,-...” Alfred mulai menjelaskan keadaan adiknya kemudian menyerahkan ponselnya kepada adiknya.
“Daddy~ hiks.. hiks...”
“Daddy ke sana sekarang, jangan menangis princess. Tunggu daddy, okay?”
Setelah mendengar jawaban putrinya, Lean langsung beranjak dari ruang meeting setelah menyerahkan pada Alaric untuk menggantikannya memimpin meeting internal perusahaannya.
Alaric dengan cepat mengiyakan, karena bagi mereka tuan putri Carlos lah yang utama.♡♡♡
Let's Eunbi shining like a star.
Tap the ☆ please
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome Back (Posessive Family)
ChickLitCarlos Story Book I - END It's a story about family Ketika sebuah keluarga dihadapkan cobaan, bukan tidak mungkin akan ada yang terluka. Seperti seorang gadis yang sedari lahir sudah hidup terpisah dari keluarganya. Hingga tiba saatnya, dimana rahas...