41. Belum Berakhir

318 53 43
                                    

Fira’s pov

04:00 WIB

Aku menggigit bibir bawahku saat mendengar suara teriakan Mbak Jessica yang berada di dalam kamar bersama Mas Alvin, Tante Ralia, dan Mamanya.

Hari ini Mbak Jessica melahirkan baby Hawai di villa yang ditinggalinya dengan Mas Alvin beberapa minggu belakangan. “Ma, apa melahirkan semenyakitkan itu? Sejak tadi Mbak Jessica berteriak.” tanyaku pada Mama yang menggenggam tanganku sejak tadi, lengkap dengan wajah cemasnya.

“Fira akan tahu nanti.” Mama tersenyum dan mengelus kepalaku yang tertutup jilbab.

Aku merengut, tak puas dengan jawaban Mama yang terkesan menutupi kebenaran. Mungkin saja Mama tidak mau mengatakan yang sebenarnya karena tidak ingin aku ketakutan. Baiklah, simpan saja pertanyaanmu Fira. Kau akan tahu jawabannya nanti dan itu masih sangat lama.

Pandanganku teralih pada semua orang yang berkumpul di depan kamar utama hingga ruang tengah. Maklum saja, 3 keluarga besar berkumpul disini sesuai permintaan Mas Alvin. Ia bilang keluarganya harus menyaksikan dan menemani detik detik lahirnya Baby Hawai.
Aku datang bersama Mama dan Papa, kami berangkat setelah asisten pribadi Mas Alvin, Mas Bayu datang dan menjemput kami. Perjalanan dari rumah kemari memakan waktu 3 jam lamanya karena letaknya seperti terisolasi.

Aku memandang orang-orang dengan baju hitam yang berlogo Aryesguard berpencar di setiap sudut vila, tak terkecuali Felly dan Sinta. Mengenai keduanya, sejak pesta barbeque aku sudah memaafkan mereka dan memutuskan untuk kembali bersahabat dengan mereka. Selama beberapa minggu terakhir sikap mereka berdua menghangat padaku, bahkan kami semakin akrab. Aku juga tidak lagi melihat kebencian di mata Sinta, namun aku belum yakin tidak melihat itu di mata Felly.

“Kenapa kita tidak boleh masuk, Canny. Kau dengar Jess berteriak, kan?” Aku menoleh ke arah Canny yang menenangkan Amara. Mereka duduk di sofa panjang tak jauh dariku.

“Ya, Canny. Jess membutuhkan kita. Kita harusnya di dalam dan menemaninya.” Amar memandang kakaknya sendu, ia tidak menangis tapi wajahnya sangat sedih.

Aku beranjak dari dudukku dan melangkah ke arah mereka. Canny yang menyadari kedatanganku tersenyum ke arahku. “Jangan menangis, Mbak Jessica pasti baik-baik saja. Ada Mas Alvin kan di dalam.” Zafran ikut menenangkan si kembar.

“Mas Zafran benar, Mbak Jessica baik-baik saja. Kalian jangan sedih yaa.” Aku mengelus kepala Amara dan Amar yang menatapku.

“Semua orang mengatakan itu pada kalian. Tenang saja, sakit Jessica hanya sesaat. Setelah ini hanya akan ada kebahagiaan. Benar kan, Mbak Fira?” Aku tersenyum dan mengangguk.

“Kita akan menemui Jessica nanti, dia akan senang kita datang.” Canny memeluk adik-adiknya dengan senyuman.

Ya, Mbak Jessica memang senang melihat adik-adiknya datang. Tapi, aku tidak yakin Mbak Jessica senang aku datang kemari. Masih ku ingat dengan jelas tatapan kebenciannya padaku setelah kami terlibat perdebatan kecil. Hingga kini aku belum diberi kesempatan bertemu lagi dengannya untuk meminta maaf.

Mungkin nanti.

Jika aku berani.

“Hei, kenapa kalian menangis? Sini main dengan Bira dan Bia.” Mbak Marissa datang dengan dua bayi imut dan menggemaskan yang sudah belajar berjalan sekarang. Aku ikut tersenyum saat melihat Amara dan Amar terhibur dengan kedatangan keponakan mereka.

“Akhirnya sampai juga.” Mbak Marissa menghempaskan tubuhnya di sebelahku yang masih kosong.

“Sepanjang perjalanan Bia sangat rewel dan menular ke Bira. Pekerjaan Papa Alvan baru selesai jam 11 malam dan mendadak sekali menyiapkan barang-barang. Kau tahu, Ice Man mengirimkan pesan suara beberapa kali tadi menyuruh kami segera tiba sebelum baby Hawai lahir.” Aku tersenyum mendengar cerita Mbak Marissa.
“Eh, prosesnya sudah lama?”

SECOND LOVE : Perfect IncitementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang