Canny’s pov
10:00 WIBAku tersenyum menatap sepasang sepatu sneakers couple yang dibelikan Faris beberapa minggu lalu. Ia bilang sepatu ini sebagai hadiah karena aku berhasil menyatukan kembali persahabatanku dengan Felly, Sinta dan juga Fira.
Inilah yang membuatku semakin mencintainya, dia selalu memberikan kejutan-kejutan kecil dan selalu tahu cara menyenangkan hati perempuan. Semoga saja dia tidak melakukan hal ini pada perempuan lain selain aku dan Tante Batari. Aku akan membunuhnya dengan tanganku sendiri jika dia berani melakukannya!
“Kau sudah mau berangkat?”Aaku berdiri dan menatap Felly yang masuk kamar. Ia meletakkan kunci mobil ditangannya ke meja rias yang berada tepat di depanku.
“Ya, lihatlah. Apa aku cantik?”
Felly tersenyum, “Kau selalu cantik, Canny. Tapi saranku lebih kau saja yang membantu kami mengurus bayi. Kau tidak lupa kan kami ketambahan 2 bayi lagi. Ditambah Mbak Jessica bersikeras ingin membantu persiapan di dapur. Jadi kami juga harus mengasuh Baby Hawai.”
Apa?
Jessica memperbolehkan Felly dan Sinta mengasuh Hawai, namun tidak dengan Fira?
Sebenarnya apa yang terjadi diantara Fira dan Jessica?“Kau tahu kan, Mbak Jessica sangat mempercayakanmu mengurus Hawai. Biar Fira sendiri saja yang pergi.”
“Fira tidak bisa pergi, dia membantu bagian dapur. Dia bilang bagian dapur membutuhkan banyak bantuan.”
“Fira bilang begitu? Padahal hari ini seluruh pelayan dari mansionmu di datangkan. Para tetua mempersiapkan diri dan urusan dapur diserahkan langsung pada kepala pelayan.”
Apa Fira berbohong padaku?
“Mungkin Fira belum tahu tentang itu. Aku saja baru tahu ini.”
“Mas Alvin mengatakan ini di depan seluruh tim dan di depan Fira yang tadi mengurus Bira. Jangan pergi, Canny. Biar Fira saja yang pergi. Aku dan Sinta benar-benar membutuhkan bantuanmu.” Felly menggenggam kedua tanganku, aku memandangnya ragu. Aku sudah berjanji pada Faris dan Tama akan menjemput mereka hari ini. Aku juga bertanggung jawab penuh atas kue Hawai yang digunakan untuk pesta.
“Aku-”
“Felly! Kenapa lama sekali? Ayo kita kembali bermain!” Shasha berlari ke arah Felly dan menarik tangannya.
“Sebentar, tunggu dulu ya. Aku masih bicara dengan-”
“Aku akan tetap pergi, Felly. Bermainlah dengan Shasha.” Aku mengecup kening Shasha yang tersenyum sekilas padaku sebelum menyeret Felly keluar kamar.
“Canny, biar Fira saja yang pergi!”
Kenapa dia bertingkah seolah melarangku pergi dengan menggunakan Hawai sebagai alasan? Ah sudahlah. Mungkin hanya perasaanku saja.
Aku menatap layar ponselku yang menampakkan pesan dari Faris yang mengabarkan segera sampai di tempat yang dijanjikan. “Oke, berangkat sekarang!” tanganku terulur mengambil kunci mobil yang ditinggalkan Felly.
Aku menuruni tangga dengan riang. Hari ini aku akan bertemu dengan Faris, aku sangat merindukannya karena tidak bertemu beberapa hari ini. “Kau mau berangkat?” aku memeluk Alvin yang langsung membalas pelukanku. Sepertinya ia baru saja menelepon seseorang.
“Ya, Faris bilang sebentar lagi sampai. Aku harus pergi sekarang agar tepat waktu.” Alvin mengecup keningku.
“Hati-hati, mobilmu sudah siap. Tadi aku meminta Felly yang menyiapkannya.”
“Oke.” Aku mengangguk dan melangkah ke halaman. Aku berlari ke arah Mama dan Daddy yang sedang duduk di teras.
“Mama! Daddy!” teriakku berlari dan melompat memeluk mereka berdua. Entahlah, aku hanya merasa tidak akan bertemu dengan keduanya untuk waktu yang lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND LOVE : Perfect Incitement
Chick-LitSEKUEL KETIGA "SECOND LOVE". ADA BAIKNYA BACA "SEPARUH NYAWA" DAN "THE LAST MESSAGE" TERLEBIH DAHULU. "Jadi semua yang dikatakan Felly itu benar? Fira tidak pernah menyayangiku sebagai sahabat ataupun saudara?" . . . . . . . "Kau benar, Sinta. Aku...