Author's Pov
Indra memejamkan matanya dan menghela napas panjang. Ia masih tak habis pikir, bagaimana seseorang yang sudah meninggal hidup lagi? Ia ingat dengan benar, Maya meninggal tepat di depan matanya. Indra juga menyaksikan seluruh prosesi pemakaman istri pertamanya itu. Lalu siapa wanita yang ada di hadapannya ini?
Kenapa dia sangat mirip dengan Maya?Wajahnya, suaranya, bahasa tubuhnya, senyumannya, semuanya sama dengan Maya.
"Fira akan pulang sebentar lagi." Indra menatap istrinya yang juga memandangnya, Adelia menelan ludahnya saat melihat wanita itu tersenyum.
"Fira pasti sudah tumbuh besar, tidak sabar bertemu dengannya. Tapi, apa dia marah denganku karena baru menemuinya sekarang?" Indra dan Adelia mendongak menatap tamu keduanya.
Sejak tadi mereka hanya diam, tidak tahu harus mengatakan apa dan bersikap bagaimana. Semua ini terlalu membingungkan untuk keduanya. "Kenapa kalian memandangku seperti itu? Tunggu, apa kalian tidak senang melihatku?"
Lily yang sejak tadi diam hanya memandang mantan majikannya. Ia paham benar dengan apa yang dirasakan Indra dan Adelia mengingat ia juga merasakan hal yang sama.
"Bukan begitu, hanya saja kami bingung." Kening sang tamu mengkerut mendengar penuturan Nyonya rumah. Apa mereka berdua tidak mengingatnya sama sekali?
"Bingung? Apa yang kalian bingungkan? Apa kalian menganggapk-"
"Assalamualaikum." Suara seseorang membuat ucapan sang tamu terhenti.
Empat orang dewasa itu menatap pintu masuk, terlihat Fira yang membeku di tempatnya saat melihat seseorang. Ia bahkan mengerjap beberapa kali memastikan penglihatannya masih berfungsi dengan baik.
Apakah dia bermimpi?
Jantung Fira berdetak sangat cepat saat seseorang itu berjalan mendekat ke arahnya dengan senyuman manis. "Halo Fira. Kamu sudah besar ternyata." Tubuhnya tak bergerak sama sekali saat wanita itu memeluknya sangat erat, bahkan tangan kanannya mengelus puncak kepala Fira yang tertutup jilbab.
"Maaf membuatmu menunggu lama, sayang."
"B- Bunda?"
#
Canny's pov
-Irenggolo Waterfall, Kediri, East Java-Aku dan Faris bergandengan tangan menuruni tangga menuju air terjun yang tidak terlalu tinggi ini. Kami mengobrol ringan dan sesekali bercanda, sama seperti pasangan yang sedang berkencan lainnya. Aku sangat menikmati setiap detik yang kami lewati bersama.
"Hari ini tidak banyak pengunjung ya?" kataku memandang sekeliling. Meskipun tidak hanya ada kami berdua, tak banyak pengunjung yang datang.
"Kenapa? Kau takut?" aku menatap Faris yang mengerutkan keningnya.
"Kenapa takut? Kan ada kau."
"Kau tidak takut denganku?"
"Memangnya kau kenapa?" Aku semakin tidak mengerti dengan laki-laki di hadapanku ini.
"Kita berdua berada di tempat sepi. Kau tau kan maksudku?"
Mataku mengerjap-ngerjap, paham dengan arah pembicaraan kami. "Kau bukan tipe laki-laki seperti itu."
"Canny, sebaik apapun laki-laki dia tetap laki-laki. Kau harus selalu berhati-hati sekalipun itu denganku." Langkahku terhenti membuatnya terhenti juga.
"Faris, kau tidak akan berani melakukan hal itu padaku. Alvin akan membuatmu masuk rumah sakit dan Daddy akan menjebloskanmu ke penjara jika itu terjadi." Faris menatapku dalam diam, beberapa detik kemudian ia tertawa. Tangannya terulur mengelus kepalaku.
![](https://img.wattpad.com/cover/233569317-288-k58246.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND LOVE : Perfect Incitement
ChickLitSEKUEL KETIGA "SECOND LOVE". ADA BAIKNYA BACA "SEPARUH NYAWA" DAN "THE LAST MESSAGE" TERLEBIH DAHULU. "Jadi semua yang dikatakan Felly itu benar? Fira tidak pernah menyayangiku sebagai sahabat ataupun saudara?" . . . . . . . "Kau benar, Sinta. Aku...