Fright

2.2K 349 83
                                    

Happy reading, maaf typo

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Rose menatap kerumunan para tamu undangan yang telah datang dari lantai 2.

Ia tersenyum kecil saat seulgi dan lisa yang sedang duduk di meja dekat panggung melambai padanya.

Rose hanya melihat teman temannya lalu matanya menelusuri setiap lantai 1 itu.

Rose enggan ingin turun, ia juga tidak berniat untuk bergabung karena menurutnya akan sangat membosankan.

Pandangan rose terfokus pada jennie yang baru saja naik bersama irene dan jisoo,

Rose benar benar tak bisa mengalihkan pandangan dari jennie yang sangat cantik untuk malam ini.

Melihat jennie dengan teman temannya membuat rose ingin sekali menghampiri gadisnya dan mencium seluruh wajah jennie dan berkata,

"Aku merindukanmu, kau sangat cantik sekali malam ini."

Tapi rose tidak bisa. Ia sudah memiliki rencana untuk bertemu jennie dan rose tak ingin menggagalkannya,

Acara langsung di mulai setelah sungjae bersuara karena lelaki itu di tunjuk menjadi seorang MC. Kini rose Beralih menatap polisi yang telah bersiap di tangga sebelum di panggil kakeknya nanti.

Ia menghela nafas samar, ada sedikit kekhawatiran yang menghanggapi dirinya tapi ia mencoba menepisnya kuat kuat dan memerhatikan polisi yang telah datang dan berjalan menuju kyungsoo dan soomin.

"S-sungjae mo-mobin apa yang kalian lakukan? H-hajar si bangka tua itu."

Rose yang mendengar suruhan soomin tertawa remeh.

"semuanya telah berakhir, nyonya. Kau hanya perlu menikmati hidupmu di penjara." gumam rose melipat tangannya di depan dada saat melihat wajah soomin yang memerah karena marah.

Bruk! Bruk!

Rose menggenggam erat besi tangga saat soomin mengarahkan pistol ke arah jungwoo.

Pandangan seulgi dan lisa bertemu dengan rose. Rose mengangguk dan memberi kode agar lisa dan seulgi pergi terlebih dahulu.

Saat sudah kepergiaan semuanya meninggal pesta kacau malam ini tinggallah beberapa polisi, soomin, kyungsoo, moobin, sungjae, seunghon dan jungwoo yang masih membeku di atas panggung.

"Harusnya aku sudah tau jika si anak sialan itu merencanakannya!"

Rose menggeretak giginya saat soomin menatapnya.

Dor!

"Kakek!"

Rose menelan salivanya saat hampir saja jungwoo terkena tembakan jika salah satu polisi berompi anti peluru tidak datang melindungi jungwoo dan membawanya turun dari panggung untuk berlindung.

rose terteguh saat melihat jennie yang kembali ke lantai 1,

"S-sial!"

Rose dengan cepat menuruni tangga dan berlari ke arah jennie,

"R-rosie"

"Apa yang kau lakukan disini!" tegur rose nelihat mata jennie yang berkaca kaca.

"Jen, pergi." minta rose dan jennie menggeleng.

"disini berbahaya! Kau—"

Dor!

"Akh~"

"Ro-rosie,"

Rose terjatuh berlutut saat bahu kanannya terkena tembakan oleh ulah soomin.

Jennie ikut berlutut dan tak bisa menahan air matanya untuk tidak turun melihat rose yang menahan sakit amat luar biasa yang terasa di bahu kanannya.

"Apa yang kau lakukan!!"

Soomin melirik kyungsoo yang menatapnya dengan tajam,

"Kenapa kau menembak anakku!!" bentak kyungsoo dan sekali lagi soomin menarik pelatuknya kepada kyungsoo dan mengenai dada kyungsoo.

Keadaan menghening bahkan rose menatap tak percaya soomin yang baru saja menembak ayahnya,

"A-aboji..."lirihnya lalu berganti ringisan.

"A-ayo pergi, rosie."

Rose menoleh pada jennie yang masih setia menangis dan bertumpu tangan di bahu kanannya. Menahan darah yang terus keluar,

"jen, pergilah. Disini tak aman," tukas rose dan jennie menggeleng kuat.

"Maka tak aman itulah aku harus membawamu pergi!" bentak jennie merasa kesal karena rose terus menerus menyuruhnya pergi.

"Ku mohon~" mohon rose dan jennie menggeleng kuat.

"Tolong di sini!" lisa datang di tambah dengan beberapa polisi yang membawa sebuah perisai.

"Letakkan pistol itu, nyonya! Dan angkat tangan anda!" tegur sang inspektur polisi yang mengarahkan pistolnya pada soomin tapi soomin masih setia mengarahkan pistolnya pada kyungsoo yang mungkin...

Telah tak...

Bernyawa?

Dor!

"Akh" soomin terjatuh saat kakinya di tembak oleh salah satu polisi. Polisi itu bergerak cepat memborgol kedua tangan soomin.

"Lepaskan aku!! Lepaskan aku!!" teriak soomin memberontak tapi tetap tidak bisa karena moobin dan sungjae yang menahan tubuh wanita itu.

"Rose?" rose tak bisa melihat ke arah siapa yang memanggilnya, ia hanya meringis kesakitan karena merasa bahunya yang mati rasa.

"S-seseorang t-telepon ambulan!!" Teriak jennie tak sanggup melihat rose yang terus berteriak sakit.

Demi apapun jennie tak bisa melihat darah rose yang tak berhenti sama sekali.

Seulgi mengeluarkan sapu tangannya dan berpindah menahan darah rose,

"Akh!"

"Rosie~"

Rose menggeleng keras kepalanya saat kesadarannya mulai menghilang.

Ia menoleh pada jennie yang menahan tubuhnya,

"Jennie~"

Jennie menggigit bibir bawahnya. Suara rose sudah hampir hilang,

"Bertahanlah. Ku mohon~"

Rose hanya tersenyum tipis dan pada saat itu ambulan datang, kesadaran rose pun menghilang meningglkan teriakan histeris irene dan jennie yang menyebut namanya.

~~~



aku maunya tadi up tengah malem biar nggak pada tau aku up tapu jariku greget pen publish jadi ya udalah(・∀・)

aku maunya tadi up tengah malem biar nggak pada tau aku up tapu jariku greget pen publish jadi ya udalah(・∀・)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


💛💜🖤💚💙❤🧡

Love In Melbourne✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang