Selfish

2.9K 428 29
                                    

Happy reading, maaf typo
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Jennie"

Jennie menoleh pada irene yang tersenyum tipis padanya

"Kau sudah mengertikan sekarang? Aku menyayangi rose percayalah"ucap irene menggenggam tangan jennie erat

Jennie hanya diam, ia menatap mata irene dalam mencari kebohongan di sana

Tapi tidak ada, yang ada hanyalah ketulusan dan kejujuran dari hati gadis itu

"Kenapa?" Tanya jennie dan irene hanya menghela nafas perlahan

"Aku juga tidak mau seperti ini jennie tapi ini sudah terlalu jauh. Aku tak bisa menyerah seperti ini saja" jawab irene menatap serius jennie

Jennie menyandarkan tubuhnya pada punggung kursi lalu memalingkan wajahnya menatap keluar jendela

Mendengar semua cerita irene tentang rose dan keluarganya membuat jennie merasa sedih

Banyak hal yang telah rose lalui seorang diri tanpa ada yang mengetahui masalah gadis itu

"Aku akan mengakhiri semua ini secepatnya setelah mendapatkan surat wasiatnya" ujar irene lalu membasahi bibirnya beberapa kali

"Rose berhak mendapatkan semua harta yang di warisi eommanya untuknya" timpal irene

Gadis itu cukup geram dengan kelakukan ayah dan ibunya. Mereka mengambil surat wasiat dari mendingan ibu kandung rose yang seluruh hartanya di berikan pada rose

Mereka harusnya memiliki rasa malu. Jika bukan karena harta ibu rose mungkin ayahnya itu sekarang tetap hidup miskin

Irene harus merebutnya kembali dan memberikannya pada rose, bagaimanapun sekarang harta, perusahaan, rumah, dan mobil itu semua sekarang milik rose

"Apa kau baru mendapat kesempatannya baru baru ini?" Pertanyaan dari jennie membuat irene mengerutkan dahinya bingung

"Maksudmu?"

"Sebenarnya kau memiliki waktu yang kau buang buangkan"ucap jennie lalu beralih menatap irene

"Bukankah dulu bisa? Kenapa harus sekarang kau baru ingin merebutnya?"Tanya jennie dengan tatapan datar di sertai nada suara yang dingin

Irene mendengus tawa lalu menggeleng gelengkan kepalanya

"Dulu perusahaan milik keluarga rose hampir bangkrut" sahut seulgi yang datang sambil membawa sebuah nampan berisi segelas teh dan dua gelas kopi

Seulgi menduduki dirinya di samping irene dan menatap jennie di depannya

"Butuh waktu untuk perusahaan itu bisa berjalan baik kembali" timpal seulgi

"Dan sekarang perusahaan itu sudah membaik. Kita hanya perlu mengambil surat wasiat itu" ucap irene lalu melipat tangannya di meja dan tersenyum simpul

"Jika aku mengambil surat wasiat itu dulu di saat keambangan perusahaan ingin gulung tikar, rose akan merugi dan jatuh miskin. Maka dari itu aku menunggu momen momen seperti ini. Perusahaan semakin membaik dan rose semakin untung karena memiliki penghasilan yang besar berkat kerja aboji yang tidak tahu malu sama sekali" jelas irene

Jennie mengerjap dan menatap bergantian seulgi dan irene

"Setelah kau menyerahkan surat wasiat itu pada rose, apa yang akan kau lakukan selanjutnya?"

"Aku akan menikahinya!" Sahut seulgi menjawab. Menarik tangan irene dan menggenggamnya lembut, saling berpandangan lalu melempar senyum

"Ya kalaupun aku selamat"

Love In Melbourne✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang