"Raden, maaf ... bolehkah saya bertanya hal lain?" Kapten Frederik mengalihkan topik pembicaraan.
"Tentu saja, Tuan." Raden Bakti menyetujui.
"Eeee ... saya mau bertanya perihal guci."
"Guci? Ya, saya suka membuat guci. Anda menginginkan guci, saya ambilkan di gudang. Saya masih memilikinya beberapa."
"Tidak ... tidak ... saya ke sini bukan untuk membeli guci."
"Saya memberikannya untuk Tuan, gratis."
"Tidak, terima kasih. Lagipula, saya sudah memilikinya ... 4 buah."
"Oo ... begitu. Lalu, apa yang ingin Anda tahu dari saya tentang guci?"
"Saya hanya ingin tahu, bagaimana Raden membuat guci."
"O, mari saya tunjukan. Silakan berkunjung ke rumah saya."
"Ooo ... bukan itu maksud saya. Saya sudah tahu bagaimana cara membuat guci. Tapi, saya hanya ingin tahu bagaimana sebuah guci bisa berisi emas?"
"Maksud Tuan? Saya tidak paham?"
"Begini, Raden. Beberapa hari lalu kita bertemu di Batavia dalam keadaan yang tidak biasa."
"Ya, sekali lagi saya mengucapkan terima kasih pada Tuan karena telah menolong saya dari bandit itu."
"Sama-sama."
"Hubungannya dengan guci?"
"Saya menemukan guci berisi emas yang mengapung di sungai itu."
"Ah, mungkin itu hanya kebetulan."
"Benarkah?"
"Tuan, guci yang saya buat bisa dengan mudah didapatkan di pasar. Lalu, ada seseorang menaruh emas di dalamnya. Mungkin."
"Kok bisa kebetulan ya. Tapi, para bandit yang menawan Raden kala itu bukan sedang mencari emas kan?"
"Mereka hanya orang yang salah paham. Mereka mengira saya menyembunyikan emas milik mereka. Mereka mengobrak-abrik rumah saya."
"Bahkan membakarnya?"
"Ya, ternyata Tuan sudah tahu kejadiannya."
Frederik tersenyum. Senyuman penuh misteri.
"Saya sudah melupakan kejadian itu. Saya ingin menjalani hidup lebih tenang. Tanpa berurusan dengan orang-orang yang mencari harta karun."
"Ya, saya paham, Raden."
"Kami hanya rakyat kecil, urusan hidup kami saja sudah terlalu pelik."
"Tapi, sayang keinginan Raden itu belum bisa terwujud dalam waktu dekat."
"Maksudnya?"
"Anda masih harus berurusan dengan para pencari harta karun."
![](https://img.wattpad.com/cover/241693304-288-k908120.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Panca dan Misteri Gua Kelelawar
Adventure"Ki Lurah, anak saya hilang!", teriak seorang lelaki di beranda rumah. "Bukannya tadi main dengan anak-anak yang lain?" "Tidak ada. Coba perhatikan." "Ya, Ayah. Pranata tidak ada ....", Raden Darma pun berlari ke arah rumahnya sembari menunjukan waj...