19

174 41 1
                                    

Malam ini Kapten Frederik belum bisa beristirahat. Pintu di ruang kerjanya ada yang mengetuk.

"Siapa?"

"Saya, Tuan. Mau melapor."

"Besok saja," Kapten Frederik tahu itu suara anak buahnya. Dia sedikit gusar ketika waktu istirahatnya diganggu.

"Tidak bisa, Tuan. Sepertinya Tuan harus tahu sekarang juga."

"Ah, awas kalau laporanmu tidak penting. Akan kupenggal kepalamu!" Kapten Frederik benar-benar marah.

"Saya berani bertaruh, Tuan."

Kapten Frederik harus mengakui keseriusan anak buahnya. Masalah apa sampai-sampai dia berani bertaruh nyawa denganku.

"Ada apa?" Kapten Frederik membuka pintu sambil bertanya dengan nada membentak.

"Dokter Hewan ditemukan tewas di sungai ...," setengah berbisik anak buah Frederik memberikan laporan.

"Kau serius?"

"Iya, Tuan. Saya mengenalinya."

"Dia masih di sungai?"

"Tergeletak di pinggir sungai. Tidak ada yang berani menyentuhnya sebelum Anda tiba."

Wajah Kapten Frederik menampakan kekagetan. Dia menghela nafas panjang.

"Baiklah, ikuti aku!" Kapten Frederik pun berjalan cepat menuju tempat kudanya ditambatkan.

Dia dan anak buahnya berkuda dengan kecepatan tinggi. Dia begitu penasaran ingin melihat jenazah Dokter Hewan sebagaimana diberitakan.

Sesampainya di pinggir sungai, matanya langsung tertuju pada kerumunan warga dan beberapa serdadu. Mereka mengelilingi sosok yang tergeletak di pinggir sungai, ditengah kegelapan.

"Siapa yang pertama kali menemukan?"

"Saya, Tuan. Jenazah ini tergeletak di pinggir sungai. Tertabrak oleh sampan saya ketika saya mau menepi," seorang pria memberikan kesaksian.

"Kamu menyentuhnya?"

"Tidak, tuan. Saya tidak berani."

Kapten Frederik menatap sosok yang berbaring di atas pasir berbatu dengan wajah menghadap ke atas. Kakinya basah bersentuhan dengan air. Tubuhnya yang tambun memperjelas siapa dia.

"Angkat dia! Jauhkan dari air! " Kapten Frederik memerintahkan.

Sambil menyaksikan anak buahnya mengangkat jenazah itu, matanya terus melihat ke sekeliling. Dia masih teringat dengan bangkai-bangkai ternak yang mengapung di sungai ini. Tepat di titik ini Dokter Hewan memeriksa bangkai-bangkai itu.  Di titik ini pula dia ditemukan tewas. 

"Tubuhnya masih hangat. Dia pasti baru dibuang ke sini."

"Lukanya parah, Kapten."

Jantungnya berdegap lebih kencang ketika melihat leher Dokter Hewan terluka seperti disayat benda tajam.

"Selamat malam, Kapten," dari arah belakang terdengar suara yang familiar.

Walikota, kenapa dia selalu datang saat aku sedang berada di sini dan dalam situasi begini.

"Selamat malam, Tuan."

"Berita mudah tersebar, Kapten. Makanya aku datang ke sini untuk memastikan," Walikota membuka percakapan.

"Terima kasih sudah berkenan datang."

"Ini sudah menjadi tugasku. Sungguh mengagetkanku. Tadi pagi dia bersama kita di sini."

"Ajal, tidak ada yang tahu kapan datangnya."

"Kapten, apakah menurutmu ini aneh?"

"Maksud Tuan?"

"Kejadiannya serba kebetulan ... atau ... berhubungan ...."

Panca dan Misteri Gua KelelawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang