Raden Panca dan Bajra senang mendengar ada seekor tupai masuk ke dalam goa. Mata mereka terlihat berbinar.
Kapten Frederik dan anakbuahnya tampak tidak terlalu peduli dengan kehadiran seekor tupai ke tempat persembunyiannya. Mereka kembali bekerja. Masih banyak yang harus dikerjakan, buat apa repot-repot memikirkan seekor tupai.
Dalam remang-remang cahaya, binatang itu menghampiri 2 tawanan yang meringkuk di bawah tiang. Dia tahu ada orang yang membutuhkan kehadirannya.
"Pandu ...," Bajra senang ketika binatang itu berdiri di hadapannya.
"Sssttt ...," Raden Panca mengingatkan untuk tidak terlihat akrab dengan binatang itu. "Jangan sebut namanya."
"Ayo ... bantu kami untuk melepaskan ikatan ini," Bajra bicara dengan suara pelan, hampir tidak terdengar.
Wajah lucu Pandu, si tupai, menyiratkan rasa senang ketika bertemu kedua remaja itu. Dia melompat ke atas tiang kemudian berjalan menurun. Tali yang mengikat Raden Panca dan Bajra digigit perlahan ... dan ... terlepas.
"Alhamdulillah ...," Bajra berujar kegirangan.
Dari arah ujung ruangan, Kapten Frederik memperhatikan. Ada yang aneh dengan anak-anak itu.
...
Suasana hening sejenak. Para penghuni goa diam sejenak untuk sama-sama memperhatikan tingkah tawanannya. Mereka membicarakan apa?
...
Kemudian, Kapten Frederik menyadari sesuatu.
Sang Kapten melangkah menuju tembok gua. Dia mengambil senapan yang tergantung.
"Hei, kalian bicara apa?"
Tidak hanya Raden Panca dan Bajra yang kaget ketika Kapten Frederik menodongkan senjatanya. Tiga anakbuah Sang Kapten gesit melangkah untuk memegang senjata mereka. Tanpa diperintah.
"Eee ... tidak ada apa-apa tuan. Kami hanya sedang berbincang."
Semua perhatian tertuju kepada 2 remaja yang sedang meringkuk di bawah tiang goa. Pekerjaan mereka terhenti sementara. Api ditungku dimatikan.
Si Plontos, Si Jabrik dan Si Pria Besar menghampiri tawanannya sembari memegang senjata laras panjang. Moncongnya tertuju pada 2 remaja itu.
PRAAKKKK !!
Semuanya kaget ketika melihat setumpuk guci yang telah tersusun rapi roboh dan berantakan. Guci-guci itu pecah. Dan terlihat isi di dalamnya ... sebongkah emas yang berbentuk guci.
Guci-guci itu menggelinding ke berbagai arah. Diantaranya, ada yang menggelinding ke arah kaki Raden Panca dan Bajra. Cahaya goa cukup untuk memperjelas benda apakah itu.
Raden Panca dan Bajra pun bertambah rasa kagetnya karena dia mengenal benda seperti itu. Emas yang dicetak ke dalam guci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panca dan Misteri Gua Kelelawar
Avontuur"Ki Lurah, anak saya hilang!", teriak seorang lelaki di beranda rumah. "Bukannya tadi main dengan anak-anak yang lain?" "Tidak ada. Coba perhatikan." "Ya, Ayah. Pranata tidak ada ....", Raden Darma pun berlari ke arah rumahnya sembari menunjukan waj...