Sore pun tiba, anak-anak tidak berani lagi bermain di tanah lapang. Setelah kejadian anak hilang itu.
Raden Panca, terpukau pada titik-titik hitam yang menghias langit. Kelelawar yang mulai berkeliaran mencari makanan. Jumlahnya begitu banyak, ratusan bahkan ribuan, sehingga lebih menyerupai sekawanan burung yang bermigrasi.
Bajra menghampiri, dia seperti tahu ada sesuatu yang dipikirkan sahabatnya.
"Raden, apakah kau percaya semua ini?"
"Percaya pada apa?"
"Tentang kelong wewe dan tentang bayangan terbang yang menghisap darah domba-domba milik warga. Entahlah, aku menjadi ragu."
"Ragu jika semua ini karena makhluk yang tak jelas?
Ya, diantara kita tidak ada yang pernah melihat makhluk yang disebut-sebut itu.""Kalau aku malah semakin ragu setelah Kapten Frederik membicarakannya."
"Keraguanmu harus beralasan."
"Aku ragu ketika Kapten Frederik mengatakan jika ada orang yang melihat bayangan yang terbang ... seakan itu hanya ... cerita rekaan."
"Ya ... aku bisa paham jika kamu ragu. Tapi, sebagai manusia, kita mencoba rendah hati dan mengakui jika pengetahuan kita belum cukup untuk memahami semua ini. Kau sendiri yang sering bicara begitu. ... Bajra, makhluk yang belum pernah dilihat manusia itu bukan berarti tidak ada ...."
"Ya, mungkin pengetahuanku yang kurang. Raden, sikapmu sendiri bagaimana?"
"Begini, aku berusaha berada di tengah-tengah. Karena, aku belajar dari pengalamanku ketika kita bertemu harimau beberapa hari lalu."
"Itu pertama kalinya kita bertemu harimau."
"Ya, selama ini kita mendengar cerita harimau hanya dari desas-desus dan obrolan warga. Aku tidak terlalu percaya, ya ... aku tidak merasa yakin ketika belum melihatnya."
"Tapi, kau semakin yakin jika harimau itu ada setelah melihatnya sendiri."
Raden Panca menganggukan kepala. Matanya kembali memperhatikan langit yang mulai gelap. Waktu maghrib akan segera tiba. Seperti biasa, mereka berdua bersiap-siap untuk berangkat ke masjid untuk menunaikan sholat maghrib.
"TOLOOONGGGG .... !!!"
Raden Panca dan Bajra dikagetkan oleh teriakan orang meminta tolong. Dari arah hutan nampak berlarian pria-pria yang mereka kenali.
"Mereka kelompok yang mencari Pranata!!" Bajra mulai mengenali sumber teriakan itu.
Warga pun mendengar teriakan itu, mereka berkerumun menyambut sepuluh pria yang lari terbirit-birit itu. Para pria itu nampak ketakutan.
"Ada kelong wewe !!" salah seorang dari mereka langsung menyebutkan alasan ketakutan mereka.
Raden Panca melirik Bajra, apakah kau masih tidak percaya pada apa yang terjadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Panca dan Misteri Gua Kelelawar
Aventura"Ki Lurah, anak saya hilang!", teriak seorang lelaki di beranda rumah. "Bukannya tadi main dengan anak-anak yang lain?" "Tidak ada. Coba perhatikan." "Ya, Ayah. Pranata tidak ada ....", Raden Darma pun berlari ke arah rumahnya sembari menunjukan waj...