50

145 37 1
                                    

Para penghuni goa itu bekerja tanpa banyak bicara. Keringat bercucuran dari tubuh mereka. Keringat semakin mengucur deras seiring meningkatnya suhu di ruangan yang pengap itu.

Goa yang luas dan panjang cukup menolong untuk mengurangi suhu ruangan. Hanya ada sebuah cerobong asap yang berfungsi sebagai ventilasi. Jelas tidak ada jendela ataupun pintu untuk pertukaran hawa.

Suhu ruangan itu meningkat seketika apabila tungku  dinyalakan. Hari ini, mereka berniat menyelesaikan pekerjaan tanpa ditunda-tunda lagi. Ditambah, sudah ada penyusup ke tempat persembunyian mereka. Jangan sampai menunggu lebih banyak lagi orang luar yang tahu apa yang mereka kerjakan.

Kapten Frederik senang mengawasi 3 anak buahnya bekerja dengan giatnya. Mereka memang orang pilihan. Tidak salah jika Kapten Frederik merekrut mereka. Tiga orang anakbuahnya ini bisa melakukan banyak hal. Dan itu yang diperlukan untuk sebuah pekerjaan besar.

"Aku ingin semuanya selesai hari ini juga,"Kapten Frederik memberikan target waktu.

"Baik, Tuan," anakbuah Kapten Frederik menjawab serentak.

"Pokoknya, nanti malam kita angkut ini semua ke Batavia."

"Tuan, sepertinya nanti sore kita sudah bisa mengangkut semuanya. Tidak harus menunggu hari gelap."

"Tidak, terlalu menyita perhatian jika kita angkut ketika hari belum gelap."

"Ya Tuan. Saya mengerti," Si Jabrik mengiyakan omongan tuannya.

Kapten Frederik tersenyum sendiri melihat benda-benda di hadapannya. Terimakasih Kakek. Dia teringat pada Kakeknya yang telah lama meninggal. Sudah sekian tahun dia menunggu momen ini. Dan, tinggal sedikit lagi dia menuju ke akhir pengembaraannya.

O, aku ingat sesuatu. Kapten Frederik berjalan ke arah dinding gua tempat dia menggantungkan perbekalannya. Dia merogoh sesuatu dari dalam tas ransel yang dibawanya. Sebuah buku.

Dia membuka halaman buku catatan itu satu-persatu. Sambil tersenyum bahagia, dia membaca buku catatan itu. Kakinya melangkah ke arah tungku yang sedang menyala. Burrr ...dia melemparkan buku itu ke dalam tungku yang sedang menyala. Buku itu terbakar. Hilang. Hilang bersama catatan-catatan yang ada di dalamnya.

Aku tidak ingin seorang pun tahu isi buku catatan itu, termasuk anakbuahku sendiri.

Panca dan Misteri Gua KelelawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang