Kalau ada typo, tandai ya.
212⚡
🍭
🍭
🍭
Entah kesialan dari mana yang Lia dapatkan hari ini. Akibat dirinya yang mendapatkan hukuman dari Guru Fisikanya karena tak mengerjakan tugas rumah, Lia diharuskan untuk memungut sampah yang ada di lapangan. Memungut, artinya mengambil pakai tangan sendiri tanpa adanya bantuan sapu lidi.
Hukuman Lia terus disaksikan oleh Gurunya, hal itulah yang membuat Lia tak dapat bebas. Dia tak bisa beristirahat sejenak atau mengeluarkan keluh kesahnya. Akibat hukuman tersebut, Lia baru keluar dari sekolahnya pada pukul 17.00, tepat disaat para angkot yang mengarah ke rumahnya sudah tak ada.
Satu-satunya cara Lia agar dirinya bisa kembali ke rumah adalah jalan kaki. Tubuhnya sudah sangat lemas akibat hukuman tadi, membuat langkahnya begitu lambat. Musik yang biasanya berfungsi sebagai penghiburnya seolah tak berguna, karena rasa lelah Lia.
Lia tak peduli jika akan mendapatkan amukan dari Ayahnya atau ejekan dari Ibunya akibat keterlambatannya saat pulang. Ingin sekali, Lia mengumpat Mereka. Apakah Mereka tak berpikir kalau jarak antara rumahnya dengan sekolah sangatlah jauh? Itulah pertanyaan yang selalu menggenang dalam pikiran Lia selama ini.
Tanpa sengaja, penglihatan Lia menangkap seorang nenek yang sudah tua sedang menjaga barang dagangannya. Rasa kasihan dan empati muncul dalam dirinya. Lia menghela napasnya kasar, lagi-lagi dirinya kurang bersyukur dalam hidupnya, melihat nenek tua itu, Lia jadi tahu kalau hidupnya tak terlalu menderita, seperti yang ada dalam pikirannya.
Lia menghampiri nenek tua tersebut. Dia berjongkok dan memberikan senyum kecil. "Berapa ini harganya, Nek?" tanya Lia saat melihat pisang goreng yang menjadi dagangan nenek tua itu.
"Hanya 1.000 untuk satu saja." Lia mengangguk. Dia mengeluarkan uangnya yang berjumlah 20.000 dan diberikan kepada nenek tersebut.
"Saya beli 10.000 aja." Lia sangat tahu kalau penglihatan nenek tua itu terganggu, terbukti dengan tingkat yang berguna sebagai pengarah Dia saat berjalan. Jadinya, nenek itu tak menyadari jika Lia telah memberikan uang yang lebih.
Pisang goreng yang memang jumlahnya hanya 10 saja, langsung habis. Lia memasukkan seluruhnya ke dalam plastik.
"Terimakasih."
Lia mengangguk. "Terimakasih kembali." Dia beranjak, kembali meneruskan perjalanannya yang masih panjang. Dengan ditemani pisang goreng, setidaknya energi Lia bertambah lebih banyak, sehingga dirinya tak merasa kelaparan.
Dalam perjalannya, tiba-tiba sebuah motor ninja berhenti di depannya, Lia berhenti mengunyah makanan, melihat seseorang yang kini sedang membuka helmnya. Saat terbuka, Lia baru tahu siapa yang menghalangi jalannya, Brian.
Pria itu tersenyum kepada Lia, begitupun sebaliknya. Lia menyimpan pisang gorengnya dan membersihkan mulutnya yang penuh akan minyak. "Ada apa, Brian?" tanya Dia.
"Kau jalan kaki? Matahari sudah akan terbenam. Bagaimana jika aku mengantarmu saja."
"Namun, rumahku sangatlah jauh. Aku tak ingin merepotkan mu," ucap Lia tak enak. Mungkin, masih membutuhkan waktu 1 jam jika memakai motor untuk sampai ke rumahnya dan Lia tak ingin merepotkan Brian yang pastinya memiliki kesibukkan sendiri.
"Tak masalah. Kita sudah menjadi seorang Teman. Ayo!" Brian menari tangan Lia, sehingga wanita itu berada di dekat motor ninja Brian. "Ayo, naik saja. Aku tak masalah."

KAMU SEDANG MEMBACA
Ms. Money (END)
Teen FictionIni tentang Lia yang menjadi gadis pecinta uang. Seringkali dia memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan uang, salah satunya adalah memanfaatkan seorang pria kaya yang akan diambil uangnya. Niatnya ingin memanfaatkan, justru menjadi sebaliknya. Li...