Kalau ada typo tandai ya.
552
🍭
🍭
🍭
Agar terlihat seperti pulang sekolah, Lia kembali ke rumahnya sekitar jam 16.40 bersama dengan Brian. Tak seperti suhu sebelumnya yang begitu dingin, saat ini matahari bersinar dengan terangnya. Mendorong para awan mendung dan menyebarkan sinar terangnya. Burung yang hidyo berkoloni, menghiasi langit mencari tempat tinggal atau makanan yang sangat cocok.
Lia mengelap keringatnya. Dia sudah merasakan panas. Kakinya berhenti untuk melangkah, melepaskan jaketnya yang begitu tebal. Napasya berhembus dengan lega saat udara yang meniup tubuhnya.
Berjalan memasuki komplek. Setiap orang yang Lia kenal, maka Lia akan memberikan senyum yang manis. Suasana hatinya sangat bagus, tak ada kejadian buruk untuk hari ini. Lia sudah sepenuhnya memiliki Brian. Tak peduli jika pria itu menyukainya atau tidak. Brian begitu sulit untuk ditebak nya, perlakuannya untuk Lia sangat lembut, hampir saja Lia terbuai.
Daun dari pohon beringin jatuh di kepalanya. Tangan Lia mengambil daun itu. Daun yang bewarna kuning, suda layu. "Aku tak ingin menjadi daun ini. Jatuh dan menjadi sampah karena sudah lemah." Didekatkan mulutnya ke tangan Lia, angin yang mengandung Karbon dioksida keluar, membuat daunnya terbang entah berantah.
Pohon beringin yang berada di tengah komplek ini, cukup mengganggu para penghuni komplek. Lia terkekeh kecil saaya mengetahui alasannya, pohon ini begitu besar dan usianya sangat tua, membuat banyak orang yang berspekulasi kalah pohon ini ditempati oleh mahuk halus.
Tanpa mereka sadari, kalau pohon ini membawa keindahan dan juga penyaring udara kotor di bumi. Meski Lia cukup bodoh pada pelajaran, apalagi Biologi, tetapi Lia hanya tahu dasar dari pelajaran tersebut, itupun dari berita yang dibacanya.
Dahi Lia berkerut saat melihat mobil yang terparkir di depan rumahnya. Apakah ada tamu? Lia tak menyukai jika tamu datang. Lia akan disuruh untuk membantu melayani tamu dan tentu diperkenalkan sebagai pembantu.
"Rumah ini selalu membawa kesialan untukku," gumam Lia. Dia memasuki rumahnya. Keheranan semakin bertambah saat melihat keadaan yang sangat sepi, bahkan Bibi Siti saja tak ada di dapur.
Ke mana mereka?
Pikiran Lia berusaha berpikir positif kalau seluruh keluarganya sedang ada di ruang tamu dan juga Bibi Siti yang tengah menyajikan makanan. Dia tetap melangkah, menuju ke kamarnya.
Matanya seketika menutup saat melihat pemandangan yang tak senonoh di depannya. Dada Lia kembang kempis, tangannya yang gemetar langsung mengambil gadgetnya. Membuka aplikasi kamera dan memotret kejadian yang ada di depannya.
Ingin rasanya Lia mau menangis. Pergaulan yang begitu bebas, membuatku merasa dunia ini telah berubah.
Di rang televisi, Lia yang tengah asik berciuman kepada kekasihnya. Ciuman bibir. Astaga, dapat ilmu dari mana mereka bisa seperti itu? Lisamasih begitu kecil dan sudah bisa bercumbu mesra. Lia mengambil gelas kaca yang ada di meja, sengaja dijatuhkannya.
Suara pecahan kaca, membuat kegiatan sepasang manusia yang sedang asik dengan hasrat ingin tahu masa remaja, harys berhenti. Tubuh Lisa menegang sempurna, Lia yakin pasti remaja kecil itu sedang merasakan terkejut.
Secara bersamaan, sepasang manusia itu menengok ke arah Lia. Tubuh Lisa semakin menegang, jika Kakak dan Ibunya yang melihat, maka Lisa bisa membujuknya. Namun, Lia bukanlah orang terdekatnya yang bisa Lisa bujuk.
Lia melihat penampilan kekasih Lia. Cukup tampan, rambut gondrong yang memanjang, bibirnya hitam, mungkin karena sering mengkonsumsi rokok. Dari penampilannya saja, Lia bisa tahu kalau pria itu termasuk berandalan.
Sebelas dua belas dengan Brian.
"Remaja kecil sepertimu, cukup berani, ya. Kau lupa kalau ayah telah membuat peraturan khusus untuk kita, agar tak berpacaran sebelum angka 20 tahun?" Lia mendekati keberadaan mereka. Duduk di single sofa yang dekat dengan Lisa. Senyum seringai muncul di wajahnya, kesannya sangat menakutkan saat ini.
Ternyata, kalau dilihat lebih dekat, Lia baru menyadari kalau kekasih Lia termasuk pria dewasa. Pantas saja. Lalu, Lia mengalihkan pandanganya, ke arah meja. Kepalanya semakin menggeleng kuat saat melihat ada dua botol minuman keras yang sudah habis.
"Jangan coba-coba kau mengadukan hal ini kepada Ayah," ancam Lisa. Suaranya berusaha tinggi agar bisa terlihat menakutkan. Namun, sebaliknya bagi Lia, justru getaran pada suara Lisa begitu menonjol.
"Tidak bisa. Lebih baik kau usir kekasihmu saat ini. Jangan lagu-lagi mengotori rumah ini dengan dosa zina kalian." Tak melihat pergerakan dari kekasih Lisa, membuat Lia menjadi geram sendiri. Lia mengeluarkan pisaunya, diarahkan ke leher pria itu dan menekannya sebentar. "Keluar atau ku bunuh kau di sini?"
Lia bagikan Iblis, itulah yang ditangkap oleh Lisa dan kekasihnya.
"Kau pulang saja, Aku tak ingin kau kenapa-napa," bisik Lisa. Dia menghentikan pergerakkan tangan kekasihnya yang hendak menyakiti Lia. Lisa tak ingin akan ada kasus yang lebih besar lagi dari pada ini.
Lisa mendorong kakak tirinya itu agar bisa menjauh dan membiarkan kekasihnya pergi. Lia hanya diam saja, saat kekasih Lia yang begitu pengecut pergi tanpa pembelaan satu atau dua kata. "Semoga saja aku tak mendapatkan jodoh seperti pria itu," ucap Lia.
Kembali menuju kamarnya, Lia mengganti bajunya. Dia melihat foto yang diambilnya, sangat bingung. Apakah Lia akan mengirimkannya lagi kepada Ayahnya? Astaga, itu tak mungkin, karena mereka pasti sangat mencurigai dirinya. Hanya Lia saja yang melihat kejadian tersebut, tak ada yang lainnya.
Namun, setelah memikirkannya, Lia mengambil kesimpulan kalau dirinya yang akan mengadukan hal ini kepada ayahnya. Lisa sedang berada di pergaulan yang begitu bebas, dan kondisinya begitu berbahaya. Apalagi Lisa yang menjadi budak cinta kekasihnya, pasti rela melakukan apapun yang diminta kekasihnya.
"Aku akan memberi tahu hal ini kepada ayah." Lia menaruh gadgetnya di atas ranjang. Menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang begitu lengket.
Tanpa diketahuinya, kalau Lisa kini diam-diam berjalan menuju kamar Lia. Mengendap-endap, berusaha agar langkah kakinya tak menimbulkan bunyi yang bisa membuat Lia curiga padanya. Tangannya mengambil gadget Lia yang berada di atas ranjang, sudut bibirnya terangkat, gadget Lia tak memiliki kunci, sehingga Dia bisa mengeksplorasi sepuas mungkin.
Menuju ke galeri, hatinya terasa snagat panas saat melihat fotonya yang sedang bercumbu mesra bersama kekasihnya tadi. "Beruntungnya Aku tak bodoh," gumam Lisa. Dia langsung menghapus foto tersebut dan menaruhnya lagi ke atas ranjang.
Tak mendengar suara keran air lagi, Lisa berpikir kalau Lia telah selesai dalam mandinya. Lisa langsung keluar dari kamar Lia. Napasnya berhembus lega, masalahnya saat ini telah selesai. Bukti telah dilenyapkan nya. Remaja kecil itu menyeringai, usahanya tak sia-sia datang ke kamar Lia untuk menghapus bukti.
"Jangan pernah menantang atau bahkan menghancurkan kehidupanku, Lia. Kau hanyalah gadis yang lemah dan tak memiliki apa-apa untukku."
TBC
Selasa, 24 November 2020.
Publikasi: Selasa, 05 Januari 2020.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ms. Money (END)
Teen FictionIni tentang Lia yang menjadi gadis pecinta uang. Seringkali dia memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan uang, salah satunya adalah memanfaatkan seorang pria kaya yang akan diambil uangnya. Niatnya ingin memanfaatkan, justru menjadi sebaliknya. Li...