Part 26

936 61 8
                                    

Kalau ada typo tandai ya.

500

🍭

🍭

🍭

Hidung Lia terasa sangat gatal, Lia berusaha menahan untuk bersin, hanya saja sudah tak ketahan. Beruntung, Lia sudah menaruh tisu di depan mulut dan hidungnya, sehingga virus dari bersinnya tak tersebar. Telinga Lia memerah, 'apakah ada seseorang yang sedang membicarakan Aku?' Hati Lia bertanya-tanya.

Dari berita yang Lia baca, inilah ciri-ciri orang sedang membicarakan Kita. Lia menaikan bahunya setinggi mungkin, bersifat tak peduli. Banyak orang yang tak menyukainya, pasti ada salah satu dari Mereka yang saat ini sedang menghidupkannya. Bisa saja Julia dan teman-teman lambenya.

Sedari tadi, Lia hanya melamun saja. Tak ada satupun orang yang ingin berteman dengannya. Hati Lia selalu bertanya-tanya, apa alasan orang-orang sangat enggan berteman dengannya? Apa karena fisik? Lia menjatuhkan kepalanya, melihat penampilannya dari bawah ke atas, kebetulan ada cermin di depannya, jadi Lia bisa melihat wajahnya di sana. 'Tak ada yang jelek dari wajahku.' Lia berucap dalam hatinya. Tangan mungilnya terangkat, mengelus wajahnya yang tampak lembut.

Tubuhnya juga bagus. Putih mulus hanya saja kurang berisi dibeberapa bagian. Mungkin, inilah nilai negatifnya, Lia termasuk wanita yang memiliki tubuh mungil dan tepos. Mungkin, itulah yang membuat banyak orang tak suka padanya, ditambah gelar Lia sebagai pembuat kekacauan sangat tersebar luas.

Hampir semua orang mengetahui sifat asli Lia yang gila akan uang. Sering memeras para berandalan untuk mendapatkan uang dan juga bersikap kasar dibeberapa waktu.

Sikap dan fisik yang buruk, membuat Lia tak memiliki banyak teman. Sifat jahat Lia hanya stereotip semata. Lia tak jahat, Dia bahkan tak pernah melakukannya kekerasan sedikitpun. Padahal banyak kasus bullying yang ada di sekolahnya, tetapi para pelaku bullying justru tak mendapatkan balasan yang setimpal.

Lagi-lagi, hidup memang tak adil.

Tanpa sengaja, manik hitam Lia beralih ke teman-teman Brian, Lia cukup mengenali fisik Mereka. Beberapa kali dia sering melihat Mereka di sekolah, salah satunya Ardi. Lia memberikan senyum tipisnya dengan kedipan mata saat Ardi melirik ke arahnya.

Pria berkacamata tebal itu kembali fokus pada bukunya, seolah godaan Lia hanya angin lalu saja.

"Dia benar-benar dingin," gumam Lia dengan suara sekecil mungkin, lalu dialihkan pandangannya kembali ke jendela. Hanya melihat rating pohon yang melambaikan daunnya ke arahnya juga burung yang tengah berkicau, memamerkan betapa indahnya suara burung tersebut.

Tanpa Lia sadari, kalau Felix dan Farhan saat ini tengah membicarakannya. Mereka melihat sendiri bagaimana Lia yang menggoda Ardi. Pembahasannya begitu panas dan sedikit tak nyaman karena mereka menggosipkan Lia dengan suara yang begitu kecil sekali.

"Aku tak menyangka sekali kalau Lia menyukai Ardi," ucap Farhan. Matanya selalu menatap Lia secara waswas, takut-takut kalau wanita itu mengetahui kalau dirinya tengah membicarakannya.

"Ya. Dia adalah kekasih pertama Brian yang berani menggoda Ardi. Ternyata rumor kalau Lia itu pembuat kekacauan adalah benar. Kali ini, Brian akan menyesal karena telah menjadikannya kekasih," ucap Felix. Suasana yang kembali berisik, membuat mereka asik dalam gosip siang kali ini. Sehingga tak menyadati Brian yang kini berada di belakang Felix ddnagn alis berkerut.

Melihat Felix dan Farhan saling berdekatan dan berbincang dengan suara yang sangat kecil, membuat pikiran buruk menghampiri otaknya. Namun, dalam sekejap, Brian langsung menggelengkan kepalanya untuk menolak opini buruknya.

"Sedang apa kalian?" Tubuh Farhan dan Felix menegang. Mengetahui kalau Brian ada didekat, Mereka langsung bubar dan memberikan Brian senyum yang sangat canggung. Jika Brian sampai mendengar apa yang mereka bicarakan, bisa terkena amukan Mereka.

"Tak ada.''

Tak ingin mengurusi keanehan Farhan dan Felix, Brian kembali duduk di tempatnya. Sebelum itu, Brian menyenggol pelan tangan Lia, membuat wanita itu terkaget-kaget. Pasalnya, Bria menyentuhnya dengan memegang sebotol minuman yang dingin. "Kau bosan?"

"Tidak juga."

"Kepalamu masih pusing."

"Tidak juga."

Jawaban yang Lia berikan hanya sekenanya saja. Dia sedang tak ingin berbincang saat ini. Apalagi pertanyaan Brian sangatlah tak berguna.

Lamunan Lia buyar kala mendengar pintu yang terketuk. Dia memperhatikan pintu tersebut, dari kaca blur, Lia bisa melihat siluet seorang pria.

"Masuk!" perintah Kevin.

Pintu terbuka, menampilkan 5 orang yang sedang membawa makanan dari KFC. Semua orang langsung berseru gembira, melihat makanan yang sangat nikmat berada di depannya. Para pelayan itu menaruh makanan di atas meja panjang yang telah tersedia di tengah-tengah tempat duduk anak Mavros.

Makanan langsng diserbu dengan gembira. Ada yang mengambil Chicken, Twisty dan pom-pom. Melahapnya dengan gembira. Aroma menguat sempurna, makanan tersebut bisa habis dalam waktu sebentar.

Melihat Lia yang tak tertarik pada makanan di KFC, membuat Brian menjadi bingung. Biasanya saja Lia akan terus makan jika ada hidangan sedap di depannya. Apa karena Lia malu? Itu tak mungkin, bagi Brian Lia bukanlah wanita yang tinggi akan gengsi, dia tak begitu peduli juga dengan omongan orang dan penilaian orang lain untuknya. Mungkin saja karena Lia yang sudah kekenyangan akibat makan tadi. Bagaimana tidak, Lia sudah makan dengan sangat banyak dirumahnya, dari kudapan yang tersedia, makanan inti bahkan lalapan pun tetap dimakannya.

Brian mengambil Twisty, melahapnya dengan 3 kali suap dan langsung habis. "Kau tak ingin makan?" tanya Brian.

"Tidak. Aku tak sedang lapar," jawab Lia. Perutnya memang sudah terisi lemak yang memenuhi ruang. Akibat dirinya yang terlalu banyak tadi, membuat napsu makannya menurun. Ditambah suasana di sini sangat berisik, pasti Lia akan merasa tak nyaman.

"Tumben. Biasanya kau akan melahap apapun makanan yang ada di depan mu."

Tangan Lia merayap ke paha Brian dan langsung mencubitnya dengan sangat keras. "Aku hanya ingin melahap apapun yang perutku terima. Namun, saat ini aku sedang tak lapar," ucap Lia dengan penuh penekanan di setiap kata-katanya.

Bukannya takut, Brian justru merasa ingin tertawa. Wajah Lia tak terlihat seram sedikitpun baginya.

"Di mana toilet?" tanya Lia. Kepalanya celingukan, mencari pintu toilet, tetapi tak ketemu.

"Kau keluar, cari pintu warna cokelat. Ingat, ada plang untuk Female, jadi jangan nyasar ke kamar mandi yang lain," ucap Brian. Memang seluruh orang yang ada di geng motor mereka adalah pria. Namun, terkadang ada saja anggota yang ingin membawa pacarnya. Bahkan hari ini, ada sekitar 7 wanita yang ikut nongkrong.

Lia beranjak. Dia keluar dari ruangannya. Saat akan membuka pintu, Lia merasakan bahunya sedang dipegang seseorang. Lia berbalik, melihat seorang wanita yang kini tersenyum kepadanya.

"Bisa aku ikut denganmu?" Lia menjawabnya dengan anggukan saja.

Meski sedikit tak nyaman dengan wanita ini.

'Aku merasa ada yang aneh darinya.'










TBC

Selasa, 24 November 2020.

Publikasi: Senin, 28 Desember 2020.

Kasih tanggapan kalian terhadap cerita Ms. Money, dong??

Ms. Money (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang