Part 41

672 56 16
                                    

Kalau ada typo tandai ya

858

🍭

🍭

🍭

Secara serentak. Beberapa orang yang ada dalam ruangan Noah langsung berbalik. Melihat Noah dan anak buahnya yang menyeringai, tangan mereka memegang senjata yang sudah siap. Brian memundurkan langkahnya, hak tak terduga terjadi. Tentu, Brian bukanlah pria yang bodoh tanpa memprediksi hal ini.

Bria telah siap dengan senjatanya juga, begitupun dengan anak buahnya yang lain telah siap dengan pisau atau pistol masing-masing. Tinggal menunggu mereka menyerang lebih dulu, maka Brian akan maju untuk mengalahkan mereka.

"Geng motor Mavros. Geng yang terbentuk kemarin sore mencoba untuk menghancurkan kami?" Noah terkekeh geli, diikuti dengan teman-temannya yang lain. Seolah ucapan Noah tadi hanya lelucon semata. Hal itulah yang membuat Brian menjadi geram. Ingat, sesuatu yang tak disukainya adalah diremehkan. Mungkin, untuk umur, memang dirinya masih sangat muda, SMA kelas 11 atau menginjak umur 17 tahun. Namun, dirinya sudah sangat lama sekali ingin menguasai jalanan. Membuat keonaran, mungkin gila.

Namun, memang Brian adalah pria yang gila.

Pergaulannya begitu buruk. Otaknya yang picik, mendukung Brian untuk mendapat semua hal yang diinginkannya. Atas dasar pelajaran tersirat dari orangtuanya, Brian smhat tahu kalau, hidup adalah tentang kekuasaan. Hanya dengan kekuasaan saja, maka dirinya akan mendapatkan seluruh aspek dalam kehidupan ini.

"Geng Mavros memang terbentuk kemarin sekali. Namun, lihatlah kami bisa menguasai jalanan dalam waktu 2 tahun saja. Kami yang di dominasi oleh remaja bisa mengalahkan banyak geng motor lainnya yang senior. Lalu, apa ada hambatan untuk kami mengalahkan geng motor Tiger?" tanya Brian dengan entengnya. Dia maju paling depan saat seluruh persiapannya telah selesai.

Noah memberhentikan tawanya, tatapan datarnya menyorot pada Brian yang tersenyum kemenangan. "Kau hanyalah remaja biasa. Mundurlah, jangan sampai masa depanmu hancur karena telah mengikut campur urusan kami.''

"Tak ada alasan yang jelas untuk kami mundur."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, terjadilah pertumpahan darah. Di mana Brian dan Noah berkelahi dengan tangan kosong, diikuti dengan beberapa anak buah Brian dan Noah juga berkelahi.

Satu pukulan, akan terus dibalas dengan puluhan pukulan oleh Brian. Meski awalnya dia tampak santai, tetapi otaknya yang tinggi akan ilmu bela diri tak pernah berhenti berpikir. Mencari titik kelemahan Noah saat ini, sungguh susah sekali. Ditambah Brian juga berusaha mengimbangi Noah yang terus menghajarnya secara agresif.

Pria itu seperti orang kesetanan. Namun, inilah yang Brian sukai. Dalam seni ilmu bela diri, emosi adalah sesuatu rasa yang paling dihindari. Jika sedang marah, maka otak tak akan berjalan semestinya bahkan firasat dan intuisi saja tak akan menghampiri pikirannya. Mengikuti napsu semata untuk menghabiskan Brian.

Satu waktu yang tepat. Disaat Noah tak sadar pergerakan tiba-tiba Brian yang langsung menendang tulang rusuk palsu, membuat Noah langsung terjatuh. Titik kelemahan telah ditemukannya, tinggal Brian saja yang mengeksekusi Noah saat ini.

Brian memukul membabi-buta Noah hingga pria itu terkemas. Tak ingin membuang sebuah kesempatan, Brian hanya fokus pada korbannya saat ini. Sehingga tak menyadari, seseorang yang kini tengah berdiri di belakangnya Brian dengan membawa sebongkah balok kayu ditangannya.

Orang itu langsung memukul secara keras bagian kepala belakang Brian, membuat pria itu terdiam. Tangan Brian yang hendak memukul Noah berhenti di udara.

"Sudah ku bilang. Jangan pernah mencari masalah kepada ku." Noah menyeringai. Meski tubuhnya sudah dibanjiri oleh darah atau lebam yang menghiasi tubuh dan wajahnya, diabtetao membalaskan seluruh rasa sakitnya saat ini.

Noah menendang dengan kuat tubuh Brian, membuat pria itu terdorong ke belakang dan menabrak sebuah meja kayu. Noah langsung bangun, dengan mengambil tongkat bisbol yang terbuat dari besi, dia memukuk tubuh Brian.

Menerima sakit yang amat sangat, Brian berusaha untuk bangun atau menberintak. Namun, setiap kali usahanya akan bangun, kakinya akan dipukul kiat oleh Noah. Brian menggeleng pelan, dia tak boleh kalah saat ini. Seluruh perjuangannya harus memiliki hasil yang memuaskan.

Dengan segala motivasi yang dibuatnya dalam hati, Brian terbangun, tanpa peduli serbuan tongkat bisbol atau tendangan dari Noah. Dia ingin membalas, 'kan rasa sakitnya saat ini.

Brian langsung merebut tingkat bisbil tersebut. Saat ini, bagian kakinya sudah patah dan Brian hanya bisa mengendalikan tangannya untuk melawan secara sepenuhnya. Brian tak ingin menaruh seluruh bebannya ke kaki yang akan menambah cideranya.

Dengan ilmu bela diri Taekwondo, Brian terus bergerak lincah untuk mengalahkan Noah. Tangannya yang membentuk kepalan terus mengincar tulang rusuk palsu Noah yang menjadi kelemahan pria itu. Namun, dengan cerdiknya Noah terus menghindar saat Brian akan menyerangnya.

Satu tendangan telak pada kaki Brian, membuat pria itu langsung terjatuh di lantai yang begitu kotor. Dada Brian tampak kembang kempis, dadanya sudah diinjak oleh Noah. Noah mengeluarkan seringai nya. Tangannya mengambil sesuatu dalam kantung celananya, yaitu pistol.

"Kau akan mati, remaja kecil." Saat Noah akan menarik pelatuk pistol, saat itulah seorang pria datang menghampiri Noah. Dia menepuk pelan bahu Noah.

Napasnya yang sudah sesak tersebut, berusaha berbicara dengan baik. "Kita harus pergi. Gue tadi melihat rombongan Polisi yang akan datang.''

Noah menggeram kesal. Dia menginjak dada Brian dengan kesalnya. "Gue akan membunuh Lo suatu hari nanti. Tunggulah, kematian akan terus menghantui kehidupan Lo.'' Noah memundurkan langkahnya. Satu-satunya jalan untuk keluar adalah jendela besar yang ada di sini atau pintu yang akan membawa mereka keluar. Untuk mencari aman, Noah memakai jendela agar bisa keluar, jaga-jaga jika ada polisi yang akan cepat sampai.

Sedangkan Brian yang hampir saja terbunuh langsung dibantu oleh Ardi. Pria yang memiliki hobi membaca buku tersebut tampak biasa saja, tubuhnya tak tercetak lebam atau bahkan penampilannya yang masih rapih, seperti sebelumnya. "Penyerangan kedua ini kita kalah. Jika kau memiliki otak yang pintar. maka, berpikirlah, kalau rencana kedua ini sudah menghancurkan rencana selanjutnya"

Sebelum mereka kabur fari tempat tersebut. Rumah sepi yang menjadi markas geng motor Tiger tersebut telah dikelilingi oleh puluhan polisi. Brian tak bisa kabur saat dirinya di tangkap.

Namun, saat para polisi melihat keadaan Brian yang memiliki luka di mana-mana, membuat mereka harus memasukkan Brian ke rumah sakit setelah pemeriksaan di kantor polisi nanti.

Brian tak menyangka kalau rencananya sudah sangat gagal. Dia hanya bisa diam saat dirinya dibekuk polisi dan dipaksa untuk masuk ke dalam mobil polisi. Jika orangtuanya tahu, maka bisa terkena amukan dirinya. Bria mengepalkan tangannya kuat. Dia tak ingin melihat orangtuanya yang kecewa melihatnya, trtapi ini sudah telanjur terjadi.

Dirinya telah kalah dalam rencana kedua.












TBC

Kamis, 26 November 2020

Publikasi: Senin, 18 Januari 2020.

Ms. Money (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang