Part 50

1K 64 20
                                    

Kalau ada typo tandai ya

1,25 K

🍭

🍭

🍭

Suasana Laboratorium begitu hening. Hampir semua orang yang ada didalamnya fokus kepada objek masing-masing. Berulangkali, Lia harus menghembuskan napasnya dengan kesal. Dia tak mengerti sedikitpun tentang materi yang kali ini diajarkan oleh guru. Di mana dirinya harus mengamati patung tengkorak di depannya. Sudag sedari tadi, Lia berusaha untuk mengingat bagian nama-nama tulang yang ada dalam tubuh, tetapi hanya ada beberapa saja yang diingatnya.

Alhasil, Lia harus mendapatkan nilai yang begitu rendah. Harusnya dia diperbolehkan untuk keluar, tetapi karena hukuman oleh guru, Lia harus membersihkan kotoran di lantai pada laboratorium ini

Satu persatu murid telah maju. Mereka semua tuntas menyebutkan juga menunjukkan letak tulang yang diucapkannya. Minimal 5 tulang dan rusuk berhasil ditebak, maka murid akan mendapatkan nilai di atas rata-rat. Sedangkan Lia, dia saja tak berhasil menghafal sampai lima. Cuman ada tiga saja yang diingat dal otaknya.

Setelah seluruh murid telah selesai. Lia maju, menemui Pak Budi yang tengah membereskan buku-bukunya. Entah itu buku cetak atau buku absen. Pak Budi menatap Lia. "Ingat, bersihkan Laboratorium ini. Jangan ada satupun barang yang pecah." Lia mengangguk. Dia hanya menatap pada Pak Budi yang telah keluar dari ruang laboratorium ini.

Pelajaran mereka kali ini adalah tentang sistem gerak pada sub materi tulang. Tak ada percobaan yang dilakukan, harusnya mereka bisa belajar dikelas saja. Namun, Pak Budi memilih di laboratorium, dengan alasan patung tengkorak yang ada di dalam laboratorium dan juga fasilitasnya cukup lelap di dalam sini.

Saat Pak Budi menjelaskan seluruh bagian tulang, fungsi juga beberapa penyakit tulang, tak ada yang masuk dalam otak Lia. Dia sempat bingung, apakah otaknya ini begitu cetek hingga tak mengerti sedikit pun? Entahlah. Perasaanya, Lia sudah fokus dalam belajar tadi. Namun, belum saja mengerti.

Alangkah baiknya belajar itu mulai dari dasar dulu. Kau tahu, mengapa sekolah ada jenjangnya? Karena semua itu butuh ptoses. Saat SD kita harus belajar dari sesuatu yang paling dasar. Lalu, SMP kita akan memulai mencoba pola belajar yang berbeda karena lebih banyak meteri dan teori yang telah ada dalam pelajaran. Lalu, dilanjutkan SMA, di mana jenjang ini adalah penyempurnaan materi SMP. Oleh karena itu, Kita sering sekali menemukan materi SMA yang sama dengan SMP.

Suara itu, adalah dari batinnya yang mengingat akan ucapan Stella. Lia jadi merindukan sahabatnya itu. Dia belum bisa masuk sekolah, karena keadaan ayahnya semakin memburuk. Lia hanya bisa mengirimkan doa saja kepada Ayahnya Stella, agar cepat sembuh.

Lia beranjak. Dia mengambil sapu dan mulai membersihkan lantai yang begitu kotor. Harusnya, saat masuk laboratorium, para siswa dan siswi melepaskan sepatu, agar tak menciptakan kekotoran.

Lia mendorong patung tengkorak menuju ke pojok ruangan, di mana tempatnya berada. Setrlah sekiruh pekerjaannya telah selesai, Lia mengambil kunci ruangan dan menguncinya. Kunci akan diberikan kepada Pak Budi, oleh karena itu Lia harus ke tempat gurunya itu dulu.

Menuju ke ruang guru, melewati koridor yang begitu ramai akan siswa dan siswi. Lia bisa mendengar, bagaimana mereka yang menggosipkan dirinya. Ternyata berita akan dirinya masih menjadi trending topik. Mereka pasti bertanya-tanya, bagaimana bisa Lia menjadi kekasih Brian? Itulah pertanyaan yang ada dalam benak mereka.

Mengapa mereka begitu sibuk mengurusi hidupnya? Lia saja tak memikirkan alasan Brian mau saja menjadi kekasihnya. Jika alasan taruhan, itu tak mungkin. Brian bisa menolak taruhan tersebut terlebih dahulu. Namun, dia menikmati proses nya. "Memikirkan pria itu. Kepala ku menjadi pusing."

"Siapa yang pusing?"

Kepala Lia langsung menengok ke samping. Ingin sekali dia meninjok wajah menye alkan Brian yang ada di depannya ini. Memasang wajah tak bersala dengan senyum yang sangat manis, membuat Lia menjadi geram sendiri. "Mengapa kau ada di sini?" tanya Lia.

"Aku hanya melihat kekasihku ini. Ya, karena aku adalah pria yang sangat baik, aku pun menghampirimu.'' Brian berucap. "Kain ingin ke mana? Ini sudah jam istirahat, ayo ke kantin."

Saat Brian akan mengambil tangan Lia, wanita itu terlebih dahulu menjauhkan tubuhnya. Dia menggeleng dengan kuatnya. "Tidak. Aku akan ke ruang guru dulu. Kau bisa membungkus, 'kan aku makanan?"

Brian berdecak kesal. Dia seperti budak saja yang disuruh-suruh oleh Lia. Brian tak ingin marah, karena suasana hatinya cukup bagus siang ini. "Kau ingin pesan apa?'' tanya Brian. Dia melihat Lia yang sedang berpikir sejenak untuk mencari jawaban.

"Pesan saja aku nasi goreng. Aku begitu lapar."

"Baik tuan putri." Brian membungkuk, 'kan tubuhnya, seperti seorang pangeran. Bukannya merasa bahagia karena Brian yang tampak sangat romantis, justru Lia merasakna kelucuan saja.

"Muka sangar mu tak cocok dengan melakukan hal itu," ucap Lia seraya tekekeh geli.

"Kau sangat menyebalkan." Brian berucap dengan wajahnya yang sangat datar. Sudah sedari tadi, Lia selalu saja membuatnya kesal. Dia berbalik, saat akan melangkah, 'kan kakinya, Brian mendengar ucapan Lia. Ucapan yang membuatnha sangat bahagia.

"Terimakasih, pangeran tampan ku.'' Brian langsung berbalik, melihat Lia yang sudah berlari dengan kecepatan tinggi. Mungkin saja Lia sangat malu setelah mengucapkan kalimat tersebut.

"Dia sungguh lucu."

***

Sedangkan Lia yang baru saja sampai di ruang guru, langsung berhenti dari larinya. Dia baru saja berlari melewati koridor akibat menghindari Brian. Tangan Lia menepuk kuat bibirnya yang telah berucap hal melakukan tersebut. Bagaimana Lia bisa menggombal seperti tadi? Lalu, aka dibawa ke mana wajahnya ini? Lia sangat malu sekali. Dia bahkan sudah membuat rencana untuk tak pulang bersama dengan Brian. Pria itu pasti akan menggodanya nanti.

"Mulut ini tak bisa dikendalikan sekali," ucap Lia. Dia membenarkan penampilannya yang begitu berantakan. Lia tak ingin terkena marah oleh para guru karena penampilannya yang begitu buruk.

Setelah selesai, Lia memasuki ruang guru. Dengan mengucapkan salam, dia melangkah kakinya. Mencari letak meja Pak Budi, setelah menemukannya dia lamgsung menghampiri. "Assalamualaikum, pak. Ini kunci laboratorium."

"Terimakasih, Lia."

Lia mengangguk. Saat akan berbalik, namanya disebut oleh Ibu Aiysah. Jelas Lia tahu apa alasan guru Matematika Permintaannya itu memanggil. Lia menuju ke meja Ibu Aisyah. "Ada apa, bu?"

"Di mana tugasmu kemarin?" Lia berusaha mencari alasan yang tepat. Setidaknya dengan sedikit bumbu saja, gurunya tak akan menghukumnya.

"Aku lupa membawa buku Matematika. Hari ini, 'kan gak ada pelajaran ibu.''

"Baiklah. Alasan diterima, kau boleh pergi." Lia mengembuskan napasnya dengan lega. Akhirnya, untuk hari ini dirinya tak mendapatkan hukuman yang double dari gurunya hari ini.

"Saya pergi, bu." Lia berbalik. Dia berjalan menuju ke luar dari ruang guru. Langkah kakinya berhenti saat melihat seorang yang baru dikenalinya.

"Daffa."














TBC

Sabtu, 28 November 2020.

Publikasi: Selasa, 02 Februari 2021.

Ms. Money (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang