Part 8

1.2K 76 9
                                    

Kalau ada typo, tandai ya.

235

🍭

🍭

🍭

Pesan tersebut tak langsung Lia balas. Terlebih dahulu, Lia membuka foto profil dari orang yang mengirimnya. Hanya ada suatu lambang yang bertuliskan M dengan bentuk tulisan italic.

"Tak penting." Lia menutup gadgetnya lalu beranjak untuk mematikan lampu. Saat ini, Lia hanya ingin kegelapan untuk mengantarkan tidurnya malam ini. Matanya menutup, berusaha untuk larut dalam tidurnya.

Namun, dering nada telepon menganggu tidur Lia. Dengan mata yang masih tertutup, Lia meraba kasurnya dan mengambil gadget. Tanpa perlu melihat siapa yang telah menelponnya, Lia langsung menjawab. "Ada apa? Menganggu sekali," ucap Lia dengan nada kesalnya.

"Maaf, menganggu Lia. Aku hanya ingin mengatakan padamu untuk save nomor ku, ya." Dari warna suaranya yang serak dan berat, membuat Lia tahu siapa yang menelponnya. Dia langsung membuka matanya, mengecek siapa yang menelponnya.

Astaga, ternyata nomor yang tak dikenalinya tadi. "Maaf, jika ucapan ku tadi menyinggung mu. Aku kira kau adalah orang yang iseng saja."

Di seberang sana, Brian hanya tersenyum kecil. Dia melihat ke arah teman-temannya yang saat ini menatap aneh padanya. Bagaimana tidak, sedari tadi Brian terus senyum-senyum sendiri, seperti orang gila saja. "Ada apa dengannya?" tanya Farhan.

"Aku tak tahu. Mungkin saja dia sedang menelpon Dewi. Makanya tertawa seperti itu," ucap Felix. Tangannya yang memegang sepotong rokok di arahkan nya ke mulut, menghisap lebih kuat, sehingga asap yang keluar lebih banyak. Hal itulah yang membuatnya menjadi tenang. Nikotin dalam rokok seolah narkoba yang dapat membuatnya terbuai.

"Atau Lia. Sekarang, hanya wanita itu yang menjadi incaran Brian sebagai korbannya," ucap Tomi. Pria yamg memiliki rambut ikal, dengan bagian tangan yang memiliki tato kupu-kupu hitam. Biasanya, saja Dia di sekolah, tato itu akan ditutupnya dengan plester, agar tak ada Guru yang mengetahuinya.

"Tak mungkin. Dia adalah korban." Farhan terkekeh mendengarnya. Dia melihat sendiri bagaimana Bria yang berucap dengan lembutnya dan sangat mustahil untuk Brian takluk pada korbannya.

"Tak ada yang tak mungkin di dunia ini, jika Tuhan sudah berkehendak," ucap Ardi tanpa mengalihkan pandangannya dari buku bacaan di tangannya.

"Berarti, bisa saja Dia sedang bicara dengan Lia," ucap Farhan. Dia mengangguk, meski sedikit tak percaya jika Brian bisa bersikap lembut seperti itu kepada Lia.

Sedangkan Brian yang sedang asik berbincang dengan Lia tak begitu mempedulikan teman-temannya yang asik menggosipkan dirinya. "Aku akan menjemputmu besok. Bagaimana? Apakah kau mau?" tanya Brian.

"Jangan. Aku akan naik angkot saja, nanti kau bisa terlambat jika menyusul ku," ucap Lia.

"Tidak. Rumahku tak terlalu jauh dengan rumahmu, jadi tak masalah bagiku. Oke, aku akan tunggu besok di depan rumahmu." Tanpa menunggu jawaban dari Lia, Brian sudah lebih dulu mematikan sambungan teleponnya. Dia menyimpan nomor Lia, nomor yang didapatkan dari teman sekelasnya.

Brian berjalan mendekati keberadaan teman-temannya. Seketika Mereka yang sedang asik menggosipkan nya langsung berhenti. Mereka tersenyum canggung kepada Brian. "Sudah selesai membicarakan Gue?"

Mereka semua kecuali Ardi langsung tersenyum canggung. "Tidak. Kami hanya membicarakan Lia bukan Lo, ya, 'kan teman-teman," ucap Felix. Mereka langsung mengangguk, untuk mengiyakan.

"Ya, sudah. Apa yang akan kita lakukan malam ini?" tanya Brian.

"Jadwalnya Kita hari ini adalah menaklukan geng motor Tiger. Dari informasi yang Gue dapat, 'kan kalau Geng motor tersebut menguasai kota ini dan beberapa Geng moto lainnya juga tampak tunduk padanya. Jika Kita berhasil menaklukannya, maka akan ada banyak geng motor lainnya yang ikut tunduk pada Kita," ucap Ardi. Dia memberikan sebuah map kepada Brian, di mana data dari geng motor Tiger saat ini dan seluruh geng motor lainnya yang takluk padanya.

Bria membaca dengan seksama. Dia mengangguk dan tak lama seringai keluar dari wajahnya. "Malam ini, Kita akan bergerak. Menghancurkan tempat tongkrongan Mereka. Ingatkan semua informasi ini kepada seluruh anggota geng Kita. Pakailah topeng dan jaket yang asing, agar Mereka tak mengenali kita."

Mereka beranjak dan menaiki motor masing-masing, hanya untum memanasi gas. Tak berselang la, terdengar deru knalpot motor yang sangat nyaring, mereka semua adalah anggota dari geng Mavros yang sudah mengenakan topeng.

Meski Mereka mengenakan helm, tetapi bisa saja akan ada kesempatan Di mana helm mereka terbuka, oleh karena itu, biasanya geng motor Mavros akan menggunakan topeng setiap kali ingin menyerang.

Seluruh dari Mereka langsung berangkat. Dengan dipimpin oleh Brian dan Ardi yang paling depan. Perjalanan menghabiskan waktu sekitar 20 menit, sampailah mereka pada sebuah rumah sederhana dan minimalis, Mereka harus mematikan gas motor untuk sampai ke depan rumah ini, agar tak ada yang mendengar atau mencurigainya. Tak ada lampu yang menyinari, membuat suasana menjadi gelap. Tak ada motor yang menjadi ciri khas Mereka, jadi para musuh akan berpikir kalau Mereka salah tempat untuk mencari geng motor Tiger.

Dalam helmnya, Brian menyeringai. Mereka seperti seekor bunglon yang berani mengambil tempat tongkrongan di daerah yang sangat sepi. Mereka pasti sering mengelabui musuh, tetapi untuk hari ini, Brian tak akan tertipu.

Memang dari luar tampak sepi, hanya saja penciuman Brian menangkap asap rokok yang berasal dari dalamnya.

"Apakah benar ini tempat tongkrongan Mereka, Ardi? Jangan bercanda. Tempat ini terlihat seperti rumah hantu," ucap Farhan yang merasa merinding. Tempat yang di dominasi oleh pepohonan ini sangatlah menyeramkan, apalagi pohon tua yang berada di depan rumah itu.

"Tidak, ini memang tempat Mereka. Sekarang, Kita berpencar untuk menyerang rumah ini. Hancurkan seluruhnya, setelah selesai, maka kabur lah," ucap Ardi. Tatapan matanya jatuh kepada pria jangkung yang berkumis. "Kevin. Apakah kau sudah membawa surat ancaman itu?"

Kevin mengangguk. Tangannya memasuki jaket dan mengeluarkan sebuah gulungan kertas.

Mereka langsung turun dari motornya. Mendobrak masuk dari pintu depan dan juga pintu belakang. Kejadian itu berlangsung sangat cepat, sehingga para geng motor Tiger yang sedang bersantai langsung terkejut. Beberapa dari mereka yang baru menyadari serangan secara tiba-tiba, langsung bangun dan mengerahkan seluruh kekuatannya yang ada.

Tentu kelompok Brian lah yang menang. Mereka berhasil merusak setiap fasilitas, membuat rumah itu hancur dan dipenuhi oleh pecahan kaca. Tak ada satupun dari Mereka yang berhasil membuka topeng Brian dan teman-temannya.

Incaran Brian tentu saja ketua geng motor Tiger, yaitu Jhony. Dengan kehebatannya di bidang Karate, Brian berhasil membuat beberapa tulang Jhony menjadi patah. Brian menyeringai, sebagai akhir dari kedatangannya, Dia menendang tubuh Jhony.

Brian langsung keluar, melihat seluruh anak buah Jhony yang sudah pingsan dan luka-luka. Mereka langsung menghampiri motor masing-masing dan keluar dari daerah tersebut dengan kecepatan tinggi.

Korban Mereka malam itu, tentu saja sangat marah dan dendam. Tangan Jhony mengepal kuat, menatap kepergian Brian dengan kata yang membara.

"Aku akan membalasmu."












TBC.


Jumat, 20 November 2020.

Publikasi: Selasa, 8 Desember 2020.

Ms. Money (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang