Part 14

1K 81 20
                                    

"Baiklah. Aku akan mengerjakan, soalmu." Ardi mengambil kertas soal Lia dan hendak mengerjakannya, tetapi Lia langsung menghalanginya.

"Aku ingin minta diajarkan. Aku bisa terkena amukan Bu Aisyah jika tak bisa menjawab pertanyaannya tentang soal ini." Ardi mengangguk. Dia menepuk kursi bagian sampingnya.

"Duduk di sampingku agar kau cepat mengerti," ucap Ardi.

Lia beranjak, Dia langsung duduk di samping Ardi dan memperhatikan kertas soal. Sedangkan Brian yang duduk sendiri hanya bisa menatap kesal kepada Lia dengan Ardi. Keberadaannya bahkan tak dianggap oleh sepasang manusia itu. Brian hanya menatap interaksi Mereka, tak ingin membuka suara. 'Padahal aku mengajak Ardi ke sini agar bisa mengerjakan tugasku. Justru pria sialan itu mendekati Lia dengan iming-iming tugas. Dasar sialan.' Brian berucap dalam hatinya.

"Rumus soal ini adalah 2 Sin 1/2 (a+b) × Cos 1/2 (a-b). Kau hanya perlu mengubah Sin 75° menjadi a dan sin 15° menjadi b. Lalu, kau masukkan seluruh yang diketahui dalam rumus tersebut." Lia hanya Diam. Penjelasan Ardi begitu cepat, membuat otaknya tak bisa berjalan.

"Bisa kau ulangi, satu kali lagi?" tanya Lia seraya menunjuk jarinya telunjuknya.

"Sini, lihat." Ardi mengambil bolpoin dan kertas kosong. Lalu, Dia menunjuk pada rumus yang telah dibuatnya dan soal yang telah diketahui. "Kita tinggal memasukkan rumus ini saja. Ingatlah, rumus itu sangat penting dalam menyelesaikan masalah perhitungan seperti ini. Jadi, 2 Sin (75°+15°) ..."

"75° dan 15° itu asalnya dari mana?" Ardi menghela napasnya panjang, kesabarannya saat ini tengah diuji dengan mengajari Lia soal yang sangat mudah. "Lihat ini. Aku sudah mengatakan kalau a=75° dan b=15°, Lia."

"Makanya jelaskan lah dengan pelan, jangan cepat-cepat. Aku jadi tak mengerti." Sekali lagi, Ardi menjelaskan seluruh soal Lia dengan sangat pelan, bahkan Ardi merasa seperti mengajari anak SMP saat ini, Lia begitu buruk dalam matematika. Bahkan beberapa rumus dasar matematika saja tak dimengerti nya, sehingga banyak hambatan yang harus dilewati.

"Tuh, jadi hasilnya 1/2√6." Lia mengangguk mengerti. Setelah sekitar 45 menit Ardi mencoba menjelaskan, akhirnya Lia dapat mengerti dengan waktu yang sangat lama. Lia menulis kembali jawaban yang telah Ardi berikan. Lia jadi teringat dengan ucapan Stella yang mengatakan kalau menulis itu sambil dicerna juga, agar dirinya tambah mengerti dan gak lupa. Lia mencoba ucapan Stella dan benar saja, Dia masih sangat ingat setiap penjelasan yang Ardi berikan.

Lia berseru senang. Akhirnya, tugas yang telah dibuatnya selesai juga. "Terimakasih, Ardi. Astaga, Aku snagat beruntung karena kau telah menolongku hari ini." Ardi mengangguk. Tatapan pria itu beralih ke arah Brian, menghela napas dengan kesalnya saat melihat Brian yang tertidur dengan wajah ditutupi oleh buku.

"Hey, Bangun! Kau ingin ku kerjakan tidak tugasnya." Brian bangun dari tidurnya. Matanya sangat berat, Dia begitu mengantuk karena telah menunggu Lia dengan Ardi yang asik pada dunia sendiri. Brian melemparkan bukunya kepada Ardi.

"Kau kerja, 'kan saja. Aku sudah mengantuk," ucap Brian dengan nada kesalnya.

Sedangkan Lia dan Ardi, tampak bingung melihat Brian yang saat ini tengah marah. Apa salah Mereka hingga Brian semarah itu? Bersifat seolah tak peduli, yang secara bersamaan, Mereka mrngangkat bahu masing-masing.

Tak berapa lama,bel telah berbunyi dengan kerasnya. "Aku pergi dulu, ya. Ardi, terimakasih, kau sangat baik."

"Hmm," ucap Ardi seraya mengerjakan soal milik Brian.

Lia beranjak, dengan memegang kertas soal dari Bu Aisyah, Dia berjalan dengan santainya. Wajahnya tampak bahagia, memancarkan aura positif, membuat siapa saja bingung. Tak biasanya Lia terlihat senang, biasanya Lia akan murung atau menunjukkan wajah datarnya saja.

"Wanita itu memang sangat aneh." Salah satu siswi berbisik dengan temannya, suaranya begitu kecil agar Lia tak dapat mendengarnya.

Dari arah koridor, terlihatlah Stella yang belari menuju Lia dengan wajha cemasnya. "LIA, TUNGGU AKU!" Langkah Lia langsung berhenti saat mendengar suara yang snagat cempreng itu. Dia melihat ke arah Stella, yang berlari menuju ke arahnya.

"Ada apa?"

"Bagaimana? Apakah kau sudah selesai mengerjakan soalnya atau justru belum mengerjakan sama sekali," ucap Stella dengan tergesa-gesa. Wajahnya memancarkan kekhawatiran.

Lia mengangkat kertas soal dan terdapat jawaban yang ditulisnya. "Tentu sudah. Nih, periksa, apakah sudah betul apa salah?" Stella mengambil kertas yang dipegang Lia. Seolah Dia hafal dengan seluruh jawabannya, Stella langsung mengangguk. Begitu tak menyangka kalau jawaban yang Lia tuliskan sangat betul sekali.

"Bagaimana bisa kau mengerjakan soal ini?" tanya Stella dengan anehnya. Bahkan soal ini tak ada dalam sebuah aplikasi Brainly, sehingga orang-orang harus bisa mengerjakannya sendiri atau paling tidak menyontek.

"Aku tadi diajarkan oleh seseorang." Lia mengambil kertasnya. "Nanti akan aku jelaskan, tunggu aku, ya." Lia berjalan menuju ruang guru. Dia menundukkan tubuhnya saat melihat guru dan menyalimnya.

Menuju ke tempat Bu Aisyah yang saat ini tengah sibuk dengan laptopnya. "Assalamualaikum, Bu."

"Waalaikum salam. Lia, apakah kau sudah menyelesaikan tugas yang telah Ibu berikan?" Lia memberikan kertas yang ada dalam genggamannya kepada Bu Aisyah.

Wanita paruh baya itu langsung mengecek seluruh jawaban yang telah Lia tuliskan. "Jawaban mu benar. Apakah kau bisa menjelaskannya?"

Lia mengangguk. Dia menjelaskan seluruh langkah-langkah penyelesaian yang ada di soal. Meski beberapa kali salah berucap, Bu Aisyah langsung membenarkannya.

"Baiklah. Untuk tugas ini, maka Ibu akan memberikan nilai untukmu di atas rata-rata."

"Terimakasih, Bu."

Keluar dari ruang guru, Lia bisa merasakan kelegaan. "Syukurlah. Aku bisa mengerjakannya." Saat ini, Lia harus mencari keberadaan Stella. Kalau tidak di kelas ya pasti di taman, hanya kedua tempat itu saja yang menjadi tongkrongan Mereka.

Dari arah berlawanan, Lia dapat melihat Brian yang kini sedang memegang bukunya. Dapat dipastikan kalau Brian akan ke ruang guru juga untuk menyerahkan tugas, sama seperti dirinya.

"Lia," panggil pria itu saat berada di hadapannya.

"Ada apa?" tanya Lia.

"Kau kemarin tak menunggu ku, begitu juga tadi pagi. Aku sudah mengatakan, kalau pulang dan pergi sekolah, maka Aku yang akan mengantarmu," ucap Brian.

"Kau ingin membunuhku dengan kecepatan tinggi? Kau tahu, aku bahkan hampir gila akibat kecepatan tinggi motor mu itu," ucap Lia. Jika saja Dia naik mobil, maka Lia tak masalah jika Brian akan kesetanan dalam berkendara, setidaknya lebih aman saat kecelakaan.

"Aku janji, Aku tak akan memakai kecepatan tinggi lagi."

"Tidak."

Brian menatap Lia dengan datarnya. Dia maju selangkah, mendekati Lia. Karena Lia merasa tak nyaman, Dia mundurkan langkahnya, begitupun seterusnya. Sehingga, Lia merasakan punggungnya menambrak tembok.

"Bersamaku atau ku buat mobil angkot tak akan menghampiri mu setiap saat?"





TBC.

Sabtu, 21 November 2020.

Publikasi: Selasa, 15 Desember 2020.

Publikasi: Selasa, 15 Desember 2020

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ms. Money (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang