Part 13

811 73 16
                                    

Kalau ada typo, tandai ya

280🎉

🍭

🍭

🍭

Tak mendapatkan jawaban dari ayahnya, Lia hanya diam. Dia tahu kalau ucapannya bersifat tak sipan, apalagi membahas kelakuan ayahnya yang tak pernah sedikitpun mengurus dirinya. Lia hanya ingin mengetahui alasan mengapa ayahnya tak menyayangi dirinya? Bahkan ayahnya lebih perhatian dengan Tika dan Lisa dibanding dengan dirinya sendiri.

Mobil berhenti, Lia menatap pada gedung sekolah yang berdiri tegak, sekolah tempatnya mencari ilmu. "Aku pergi dulu, Ayah." Ingin sekali Lia mencium tangan Ayahnya, seperti tradisi di negara ini pada umunya. Namun, apalah, Reza tak pernah sekalipun mengulurkan tangannya ke arahnya.

Keluar dari mobil. Banyak orang yang cukup terkejut melihat Lia yang berangkat naik mobil. Mereka menganggap, Lia sudah berganti kekasih. Anggapan buruk akan terus dilayangkan kepada Lia, memang sedari awal, Lia sudah dianggap buruk oleh seluruh siswa dan siswi di sini.

Banyak orang yang mulai membicarakan Lia dengan saling berbisikan. Tiap koridor yang dilewatinya atau lapangan juga, akan banyak orang yang menatapnya dengan penuh kebencian. Lia menghela napasnya panjang. Betapa ribetnya hidup Dia, selalu dikelilingi oleh orang-orang tak menyukai dirinya.

"Jika Kalian tak suka dengan hidupku maka tak perlu mengurusi ku. Kalian kira Aku peduli dengan omongan tak berguna Kalian," tegur Lia kepada para siswi yang sedang asik menggosipkan nya. "Seperti hidup kalian sudah sempurna saja, sampai membicarakan kejelekanku."

Lia melanjutkan perjalannya, semua orang langsung terdiam melihat Lia yang sudah menegur pada penggosipnya. Tak ada yang berani membuka suaranya lagi. Suasana sekolah tampak hening, hanya karena Lia yang tampak kesal.

"Lia!" Dari suaranya, Lia sangat mengenali nya. Dia berbalik, melihat Stella yang beraksi ke arahnya dengan membawa tumpukkan buku ditangannya. Lia meringis kecil, apakah Stella tak lelah membawa buku sebanyak itu? Kalau Lia, pasti sudah patah tangannya.

"Mengapa?"

"Tidak, Aku hanya ingin jalan bersama mu ke kelas saja," ucap Stella seraya membersihkan keringat yang membasahi wajahnya. "Mengapa suasana sekolah ini tampak sepi? Seperti di kuburan saja." Stella menatap aneh pada para Siswa dan Siswi yang tampak terdiam dan berbicara dengan suara yang kecil saja. Beberapa dari Mereka juga memasuki kelas, sehingga suasana di sekolahnya begitu sepi.

"Aku tak tahu. Mungkin saja Mereka sedang asik belajar, makanya sepi," ucap Lia dengan bohongnya. "Apakah ada tugas rumah untuk hari ini?"

"Ada. Tugas Matematika Peminatan." Lia menatap langit dengan malasnya. Mengapa harus matematika peminatan? Menurutnya, lebih baik belajar matematika wajib dibanding peminatan.

"Aku akan menyontek padamu."

"Kebiasaan."

Mereka menuju ruang kelas. Lia langsung menyalin seluruh tugas matematika peminatan dari buku Stella. Membutuhkan sekitar waktu 20 menit, akhirnya Lia selesai. Tak peduli dengan coretan atau hasil tulisannya jauh dari kata bagus, Lia tetap mengumpulkannya saat Bu Aisyah menyuruh.

Tanpa di duga, hari ini Bu Asiyah menyuruh 5 Siswa dan Siswi untuk mengerjakan tugas rumah di depan pakan tulis, tanpa melihat buku. Lia menengok ke arah Stella, inilah sesuatu yang sangat ditakutkannya dari menyontek. Lia menenggelamkan wajahnya, berusaha bersembunyi di belakang seorang Siswa yang bertubuh gemuk.

Satu persatu nama mulai dipanggil. Jika ada yang tak sanggup mengerjakannya, maka akan diberikan hukuman olehnya, karena telah ketahuan menyontek.

"Lia Reninta."

Sesuatu yang paling ditakuti oleh Lia, akhirnya terjadi juga. Namanya jelas dipanggil oleh gurunya. Tak ada penolakkan atau alasan yang diterima oleh Bu Aisyah.

"Tenang saja, soal nomor 5 adalah soal termudah. Jangan khawatir." Lia hanya menanggapi ucapan Stella dengan senyum saja. Senyum yang memiliki seribu makna kekesalannya saat ini.

Tentukan hasil dari penjumlahan berikut ini:

5. Sin 75°+ Sin 15° = ...

Penjumlahan? Otak Lia langsung berjalan, mengingat masa sekolah dasar nya yang belajar penjumlahan dan pengurangan. Dengan mudahnya, Lia menjawab soal hanya dalam waktu 2 menit saja.

5. Sin 75° + Sin 15° = Sin 90°
= 1

"Sudah, Bu." Fokus Bu Aisyah yang tadi menilai tugas rumah para Siswa dan Siswi, langsung teralihkan. Matanya melotot sempurna saat melihat hasil yang Lia berikan dan jalannya begitu simpel.

"Lia. Kamu bukan berada di masa kanak-kanak yang bisa menambahkan besar sudut derajatnya dengan seenak jidat. Soal yang kau tulis butuh proses panjang untuk mendapatkan jawaban, tidak langsung menambahkan saja."

Lia hanya bisa menunduk saat dirinya mendapatkan teguran dari Bu Aisyah. Kesalahannya pasti snagat fatal, sehingga membuat Bu Aisyah yang selalu sabar, tetapi saat ini justru sangat kesal.

"Jawaban di tugas rumah ku sudah benar, apa kau menyontek?"

"Iya, Bu."

"Ibu memberikan tugas rumah, agar Kalian semua bisa belajar dan memahami materi yang Ibu berikan pada hari sebelumnya, bukan justru menyontek." Bu Aisyah mengambil penghapus dan menghapus seluruh tulisan Lia. "Sekarang Kau ke perpustakaan. Ibu tak mau tahu, istirahat kau harus ke ruang guru dan harus bisa menyelesaikan tugas ini."

Terpaksa, Lia mengangguk. Dia mengambil kertas soal yang diberikan oleh Bu Aisyah. Lia keluar dari kelasnya, menuju ke perpustakaan. Lia tentu sangat bingung, bagaimana cara untuk dirinya menyelesaikan tugas ini? Apakah hanya membaca buku di perpustakaan, maka dirinya bisa menemukan jawabannya?

Suasana perpustakaan begitu sepi, Lia mengambil tempat duduk yang berada paling pojok. Mengamati soal yang ada di kertas, dapat membuat Lia merasa bosan dan mengantuk. Matanya begitu berat, ingin rasanya Dia tertidur, tetapi ingatan akan kemarahan Bu Aisyah membuatnya sadar kembali.

Pada akhirnya, Lia hanya menjatuhkan tubuhnya di atas meja. Menatap soalnya dengan malas. Otak yang berjalan, tetapi fisiknya tak bergerak, bagaimana dirinya bisa menemukan jawaban atas soal tersebut?

"Apa yang kau lakukan di sini?" Lia mengangkat kepalanya. Melihat dua orang pria yang kini berada di depan mejanya.

"Ingin mengerjakan tugas," jawab Lia sekenanya. "Lalu, apa yang Kalian lakukan?"

"Aku sama sepertimu, ingin mengerjakan tugas atas bantuan temanku ini." Brian menyenggol bahu Ardi yang sedari tadi hanya diam saja.
"Dia teman yang akan membantu ku."

Lia tersenyum kecil kepada Ardi. "Aku dengar kau pria yang pintar."

"Tak seperti yang ada dalam pikiranmu." Ardi duduk di depan Lia, sedikit melirik ke arah kertas berisi soal yang berada di depan Lia.

"Bisakah, kau membantuku mengerjakan tugas ini. Aku minta tolong, ya." Lia menatap penuh permohonan kepada Ardi. Hanya oriabitu saja yang bisa membantunya untuk menyelesaikan masalah soal ini. Jika saja ada Stella, pasti Lia akan meminta tolong kepadanya.

Ardi mengambil kertas soal Lia. "Soal ini begitu mudah, bahkan seperti contoh soal. Mengapa kau bodoh sekali?" Mendengar kalimatnya, Lia baru sadar kalau Ardi dan Stella memiliki banyak kesamaan, ini contohnya.

Sama-sama bermulut pedas.








TBC

Sabtu, 21 November 2020.

Publikasi: Senin, 14 Desember 2020.

Ms. Money (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang