Kalau ada typo, tandai ya.
257🎉
🍭
🍭
🍭
Karena ucapan Brian semalam, Lia terpaksa harus bangun lebih pagi. Dengan mandi dan membuat sarapan untuk secara cepat-cepat, Lia langsung keluar dari rumahnya saat melihat jam sudah mendekati angka 6. Lia menunggu di depan, kepalanya selalu melihat ke arah kanan, karena dapat dipastikan Brian akan muncul lewat dari situ.
Menunggu sekitar 5 menit, penglihatan Lia menangkap seorang pria yang memakai motor ninja, dapat dipastikan bahwa orang itu adalah Brian. Lia memundurkan langkahnya sedikit, takut jika Brian akan menumbuknya, meski tak mungkin.
Lia tersenyum cerah pada Brian, begitupun sebaliknya. "Aku sudah mengatakan untuk tak perlu menjemput ku. Lihatlah, ini sudah siang dan kita akan pasti terlambat."
"Tentu tidak. Ayo, naik. Akan ku pastikan, dalam waktu 20 menit, kita akan sampai." Lia tentu bingung mendengar ucapan Brian. 20 menit bukanlah waktu yang lama, bahkan setengah perjalanan pun Mereka tak akan sampai.
Anggapan Lia pada ucapan Brian hanya dianggapnya sebagai lelucon semata, oleh karena itu, Lia langsung naik tanpa bertanya lebih dulu maksud ucapan pria itu.
"Aku saran, 'kan kau untuk memeluk pinggang ku. Dari pada nanti kau jatuh."
Lia menggeleng kuat. "Jika semalam aku tak terjatuh, maka pagi ini pun aku tak terjatuh jika." Tangan Lia menghinggapi bahu Brian dan memegangnya secara kuat.
"Terserah padamu. Jika kau terjatuh, Aku tak akan tanggung jawab." Brian menyalakan motornya dan mengendarai motor dengan kelakuan yang sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dibanding kelakuan semalam.
Angin di pagi hari menyapa Lia dengan tak ramahnya. Jika saja Lia tak mengunci helm nya, dapat dipastikan helm yang digunakannya akan terbang. "Astaga. Ini cepat sekali."
Tanpa sengaja, motor ninja itu melewati sebuah kubangan, membuat tubuh Lia hampir kehilangan keseimbangan. Dia langsung memeluk pinggang Brian dengan kuatnya. Tubuhnya menegang, sensasi yang baru didapatkannya tadi, membuat Lia masih larut dalam keterkejutannya.
Bayangkan saja, Lia baru saja hampir terjatuh dari motor, jika tidak memegang bahu Brian dengan kuat, maka bisa jatuh dirinya. Dada Lia kembang kempis, napasnya sudah tak beraturan saat ini. Rasanya, Lia ingin menangis menumpahkan seluruh kesialannya pagi ini.
Benar apa yang Brian katakan, 20 menit mereka sudah sampai di sekolah. Brian menghindari kemacetan dengan melewati jalan tikus yang pastinya rusak dan tak pantas untuk dilewati kendaraan bermotor dan Brian juga membalap lampu merah. Ini adalah kali pertama untuk Lia, merasakan bagaimana dikejar oleh polisi dan juga tersiksa dengan angin yang terus menyapanya.
"Kau cukup gila jika berkendara motor. Astaga, aku hampir gila." Lia membuka helm nya. Saat ini, terlihatlah bagaimana berantakannya penampilan Lia, dari rambut bagian bawah yang kusut dan wajah yang kusam. "Aku tak ingin lagi menaiki motor mu itu." Lia jadi teringat di beberapa video yang pernah di tonton nya, video orang kecelakaan dengan tubuh yang terpisah-pisah.
Bulu kuduk Lia seketika berdiri saat mengingat video tersebut. Lia menggelengkan kepalanya, berusaha untuk menghilangkan seluruh ingatannya akan video itu. "Kalau tahu begini, Aku akan naik mobil angkot saja."
Brian terkekeh pelan. Dia membuka jaket kulitnya dan dimasukkan ke dalam tas. "mau bagaimana lagi. Hanya ini cara satu-satunya agar Kita cepat sampai." Brian menarik tangan Lia, mereka keluar dari kawasan parkir. Melihat kedatangan Brian dengan Lia, banyak orang yang nyinyir kepada Lia, sebagian dari mereka adalah kaum shiper Dewi dengan Brian yang sangat marah melihat Brian berdekatan dengan wanita lain.
Namun, untuk Lia, Dia tak terlalu peduli dengan kemarahan kaum shiper itu. Lia tampak tenang. Baginya, ejekan seperti itu sudah biasa dalam hidupnya, lagian juga selagi mereka tak menyakiti fisik Lia, maka Lia akan tetap diam.
"Terimakasih. Namun, lebih baik besok atau seterusnya Aku tak ingin lagi menaiki motor mu. Kau seolah akan mengantarkan aku ke malaikat maut saja."
"Tidak. Aku pastikan, Kita tak akan pernah mengalami kecelakaan." Lia berdecih dalam hatinya. Gara-gara Brian, dirinya harus mengingat kejadian yang ada dalam gadgetnya. Pikirannya sudah parno pada pagi hari akibat pria di depannya ini.
"Ya. Terserah padamu. Namun, kau jangan menantang Tuhan. Nanti, kau sendiri yang terkena karma." Lia langsung masuk dalam kelasnya. Banyak orang yang memperhatikannya dengan lekat saat masuk kelas, Mereka pasti ingin bertanya, hanya saja Mereka merasa sangat segan.
Melihat bagaimana banyak orang yang mengumpul di dekat Stella, dapat Lia ambil kesimpulan jika Mereka sedang mencari informasi lebih banyak dari sahabatnya. "Bisa kalian minggir?" tanya Lia.
Mereka semua langsung bubar dan kembali ke tempat duduk masing-masing. Lia menggeram kesal saat dirasakan tempat duduknya yang panas akibat di duduki oleh seorang siswi dalam waktu yang lama. "Mengapa mereka datang ke tempat ku, sih."
"Hey. Aku saja baru tahu kalau kau sudah berkencan saja dengan Brian. Mengapa kau tak memberitahu informasi ini kepadaku?" tanya Stella. Dapat Lia lihat bagaimana Stella yang kesal saat ini. Lia cukup tahu alasannya, pasti karena para siswi yang mengumpul ke tempatnya, sehingga Stella merasa tak tenang untuk membaca buku.
"Keberuntungan sedang berpihak padaku. Sekarang, Aku sudah berteman dengan Brian dan sangat mudah untukku mendekatinya dan menjadikannya sebagai seorang kekasih."
"Lalu kau ambil uangnya?" Lia mengangguk, membuat Stella merasa mulai heran dengan pola pikir Lia. "Sebaiknya, kau mencoba untuk berpikir kritis, Lia. Bagaimana bisa kalian dekat dalam waktu yang sangat cepat."
"Apa yang kau katakan benar. Mengapa tiba-tiba ingin menjadi Temanku. Pasti ada alasan yang membuat Dia ingin berteman denganku." Lia menjadi keheranan. Dia baru menyadari hal ini. Otaknya seolah menolak untuk berpikir kritis seperti Stella, untungnya Dia memiliki Teman seperti Stella yang akan selalu mengingatkannya jika ada masalah seperti ini.
"Aku yakin, Dia pasti memiliki keinginan tersembunyi padamu. Oleh karena itu, Aku hanya ingin mengingatkanmu, kalau Brian melakukan sesuatu secara tiba-tiba, maka katakan padaku." Lia mengangguk. Otaknya tak akan sampai untuk mengetahui niat terselubung Brian mendekatinya. Cara satu-satunya, hanya dengan menceritakan semuanya kepada Stella.
Lia melamun. Dia melihat ke arah lapangan basket seutas senyum muncul di wajahnya saat melihat Brian dan teman-remannya yang sedang asik berbincang di lapangan. Mungkin saja karena Guru yang tak masuk, membuat Mereka diperbolehkan untuk keluar. Sedangkan Guru Matematika Peminatan yang menjadi pembuka pelajaran hari ini, justru datang terlambat.
Lia tersenyum kecil saat melihat Brian yang tertawa lebar bersama dengan Dewi dan teman-temannya yang lain. 'Aku tak tahu alasanmu mendekati ku. Namun, Aku yakin, alasanmu pasti tak baik. Biarkanlah, Aku akan menikmati seluruh permainan yang kau buat saat ini.'
"Aku yakin, hubungan Kita nantinya akan seperti simbiosis mutualisme."
TBC.
Jumat, 20 November 2020.
Publikasi: Rabu, 9 Desember 2020.
Maaf, ya agak terlambat.
Mungkin untuk beberapa hari ke depan, update akan terlambat karena memang jujur saya punya urusan penting banget.
Namun, tenang aja, saya tetap update tiap hari kok.
Pantengin, ya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ms. Money (END)
Teen FictionIni tentang Lia yang menjadi gadis pecinta uang. Seringkali dia memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan uang, salah satunya adalah memanfaatkan seorang pria kaya yang akan diambil uangnya. Niatnya ingin memanfaatkan, justru menjadi sebaliknya. Li...