Part 33

667 65 21
                                    

Kalau ada typo, tandai ya.

616

🍭

🍭

🍭

"Lihatlah. Kau makan saja tak benar, noda makanan tersisa di mulutmu." Brian mengambil sebuah tisu untuk mengelap noda makanan yang ada di bibir Dewi. Wanita itu memakan siomay dengan sangat cepat, hingga bumbu kacang nya menodai mulut Dewi. Dia tampak tak peduli, tetap melanjutkan kembali makannya, seraya Brian yang mengelap bibirnya.

"Sudahlah. Jauhkan tangan mu. Aku ingin makan lagi ini," ucap Dewi. Dia menggelengkan kepalanya dengan kuat, membuat tangan Brian harus mundur dan terjatuh di atas meja.

"Dasar anak kecil." Brian mengejeknya.

"Kalian seperti sepasang kekasih saja," ucap Farhan dengan diiringi tawa kecilnya. Tanpa menyadari kalau suasana langsung berubah, di mana beberapa dari mereka melihat ke arah Lia yang asik dengan mie ayam nya.

Felix menyenggol tangan Farhan untuk berhenti tertawa. Apakah pria itu tak sadar kalau ucapannya tadi salah dan bisa saja membuat masalah. Untung saja Lia tampak biasa saja dan tak marah-marah seperti wanita pada umumnya. Melihat mata Felix yang melotot tajam ke Farhan, membuat pria itu langsung terdiam. Dia mengedarkan pandangannya, melihat suasana yang memang sudah berubah.

Tatapan matanya berhenti pada Lia. Melihat wanita itu, Dia baru mengingat kalau Lia adalah kekasih Brian saat ini dan sangat tak etis kalau membicarakan keromantisan mereka. Farhan menatap dengan penuh penyesalan kepada Brian yang saat ini tampak kesal.

"Maksud Gue, kalian seperti sepasang kakak dan adik, ya, 'kan Felix?" Farhan berucap untuk mencairkan suasana kembali.

Namun, karena suasana yang sudah buruk, bercandaannya tak berlaku. Farhan menghela napasnya panjang, kalau sudah begini, pasti dirinya yang akan mendapatkan amukan, nantinya.

Sepertinya, Farhan harus siap-siap melihat Brian yang sudah melotot tajam ke arahnya. Seolah seribu ancaman telah dilayangkannya.

Poor Farhan.

"Kebetulan ada tugas Kimia yang belum aku kerjakan, Aku akan terlebih dulu ke kelas, ya." Lia membisiki Brian. Dia baru saja mendapatkan pesan dari Stella kalau ada tugas penting, pelajarannya pin di mulai setelah selesai istirahat, oleh karena itu Lia harus menyelesaikannya.

"Kau tak ingin aku antar, 'kan?" tanya Brian.

"Tak perlu. Lihat makanan mu masih banyak. Kebetulan mie ayam ku sudah habis juga," ucap Lia. Dia memasukkan gadgetnya ke dalam kantung rok nya. Lia sedikit menjauhkan tubuhnya dari Brian setelah mengucapkan keinginannya dengan bisikan.

"Aku akan kembali ke kelas dulu, ada tugas yang harus ku selesaikan.''

"Ya. Semoga tugas mu cepat selesai," ucap Dewi.

Lia mengangguk. Dia berbalik dan berjalan santai, keluar dari kantin yang sangat ribut sekali.

Sedangkan itu, saat ini Brian dan Dewi langsung memberikan Farhan pelajaran dengan mencampurkan banyak sambal ke mangkuk yang berisi bakso Farhan. Pria itu hanya bisa meringis saja, melihat makanannya yang saat ini sudah bercampur dengan banyak sambal cabai hijau.

"Makan ini sampai habis," ucap Brian. Dia melihat kuah bakso yang pastinya terasa sangat pedas sekali.

"Lihat saja kalau tak habis," ucap Dewi.

Dia menikmati bagaimana wajah Farhan yang tampak ketakutan. Apalagi saat satu suapan kuah bakso yang menyentuh lidahnya. Rasa pedas dan panas menyambar lidahnya. Farhan menggeleng pelan, dia tak kuat pedas dan mereka justru menyerang kelemahannya.

"Dewi, Brian. Gue minta maaf, tadi gua keceplosan ngomong seperti itu." Tangan Farhan mengambil teh dinginnya. Sendok yang ada dalam gelas tersebut, digunakannya untuk mengambil es batu, agar mencair di lidah ya.

"Sudah dimaafkan. Namun, habiskan juga makanan mu."

Melihat baksonya yang tinggal sedikit. Farhan langsung mengambil satu bakso dan melahapnya, mengunyah beberapa kali lalu menelannya secara langsung.

"Gara-gara kau, aku akan canggung berbicara dengan Lia, nantinya." Dewi berucap. Dia merasa sangat tak enak dengan kedekatannya bersama Brian. Padahal pria itu sudah memiliki kekasih.

Namun, mereka adalah sahabat. Bukanlah hal biasa bagi sepasang sahabat yang saling dekat dan bercanda tawa? Dewi yang lebih dulu datang ke hidup Brian.

'Jadi, posisiku saat ini tak salah.'

****

Untuk sampai ke kelas 11 IPA 2, Lia harus melewati kelas 11 IPS yang pasti suasananya sangat ramai. Lebih banyak orang yang nongkrong di depan kelas, dibanding di dalam kelas. Untuk siang hari pada saat jam istirahat, suasana kelas IPS tampak lebih sepi.

Lia mengangkat bahunya tak peduli. Biasanya jika dirinya lewat sini, pasti banyak yang berhenti berbincang atau masuk ke kelasnya lagi.

Langkah kaki Lia berhenti saat mendengar namanya dipanggil. Bukan hanya namanya saja yang membuat Lia berhenti berjalan, ada sebuah hal yang Lia sukai ikut disebut juga. Lia mendekati kelas, di mana suara itu berasal.

"Semoga saja hubungan Lia dan Brian memiliki drama yang menarik. Sehingga aku semakin untung."

"Apakah ada yang membeli berita mu dengan harga mahal?"

"Ada seorang pria, namanya Noah dari geng motor Tiger. Dia ingin, aku mendapatkan informasi sebanyak mungkin dan kau tahu berapa bayarannya?"

"Rp. 10.000.000, gila tidak itu. Aku bisa belanja di Mall sepuasnya kalau begitu."

"Wah. Berarti keuntungan mu banyak."

"Tentu."

"Namun, Julia. Bagaimana jika Noah itu adalah pria yang jahat. Dia berasal dari geng motor, artinya bisa saja Dia adalah musuh dari Brian."

"Aku tak peduli dengan tujuannya membeli berita ini sebelum ku sebarkan. Intinya, aku bisa mendapatkan uang hanya dengan menjual beritanya.''

Lia sangat tahu kalau kedua wanita itu adalah Julia dan Ambar. Dia mengepalkan tangannya. Enak saja Julia, membuat berita buruk tentangnya dan mendapatkan keuntungan yang sangat besar. Lia tak tinggal diam, Dia harus menghampiri Julia.

Kakinya melangkah memasuki ruang kelas Julia. Mulutnya batuk kecil untuk untuk menyadarkan mereka pembicaraan tentangnya. Julia langsung menengokan kepalanya ke arah Lia, saat dia ingin memarahi orang yang menganggunya bergosip, mulutnya seolah kaku.

Melihat korban yang tengah menatapnya dengan intimidasi yang tajam. Julia menepuk paha Ambar, dirinya begitu takut saat ini.

"Aku sudah sangat sabar saat kau membuat berita tentangku, hingga kabar hubunganku dengan Brian harus tersebar luas." Lia mengambil tempat duduk di atas meja. Penggaris dipegangnya. "Lalu, kau yang mendapatkan keuntungan dari kerugian ku."

Penggaris yang Lia pegang, menuju ke dagu Julia dan mengangkat kepala wanita itu. "Kau ingin aku adukan hal ini kepada Brian. Dia bisa menghancurkan mu, kalau tahu kau mengambil banyak keuntungan."

Dengan cepat, Julia menggeleng dengan kuatnya. Dia tak ingin mendapatkan kehancuran dari pria yang cukup berpengaruh seperti Brian. Bisa hancur karirnya sebagai Admin Grup Lambe yang terkenal. "Kau ingin apa? Ku pastikan, keinginanmu terkabul."

"Karena kau mendapatkan uang yang banyak. Aku ingin, hasil dari pekerjaanmu ini dibagi dua bersama ku. 50:50."

Lia memang tak tinggal diam. Dia juga harus mendapatkan hak nya atas uang yang didapat oleh Julia.

Tak peduli jika kabar itu tersebar yang terpenting adalah uang.










TBC.

Rabu, 25 November 2020.

Publikasi: Minggu, 10 Januari 2020.

Ms. Money (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang