Kalau ada typo tandai ya
770
🍭
🍭
🍭
Tubuh lemah Lia ditaruh dengan lembutnya di atas ranjang UKS. Lia yang sudah benar-benar pingsan, membuat Brian dan Stella menjadi khawatir. Merasakan suhu yang panas, dengan sengaja Brian melepaskan jaket yang digunakan oleh Lia.
Matanya melotot tak percaya saat melihat kulit Lia memerah, bukan merah lebam. Tangan Brian menyentuh kulit Lia, ada rasa marah saat melihat luka tersebut. Namun, dengan cepat Brian mengenyahkan emosi yang bergejolak dalam dirinya saat ini.
"Ambilkan minyak angin," ucap Brian. Dia mengecek suhu Lia, masih terasa panas bahkan lebih panas daripada sebelumnya. Brian jadi khawatir, harusnya Lia dibawanya ke rumah sakit, bukan ke UKS yang tak memiliki fasilitas memadai.
Hanya dengan minyak angin, tetesan cairannya di ratakan pada kening dan di bawah hidung Lia. Berharap wanita itu cepat bangun karena aroma dari minyak angin yang sangat menyengat dan rasa.dingin dari minyak tersebut. Tak henti-hentinya Brian memegang tangan Lia. Sesekali, dia akan memukul pelan pipi Lia, untuk menyadarkan wanita itu dari pingsannya.
"Dia harus dibawa ke rumah sakit," ucap Stella. Dia sendiri sudah tak tega melihat keadaan Lia yang begitu menyayat hati. Dia tak tahu kalau Lia baru saja mendapatkan siksaan dari ayahnya. Stella sangat tahu, kalau ayah Lia lah yang menyebabkan putrinya harus menahan sakit seperti itu.
Entah bentuk penyiksaan seperti apa lagi yang Lia rasakan. Ingin sekali, Stella melaporkan hal ini kepada KPAI, agar ayah Lia bisa di masukkan dalam penjara. Namun, siapa Stella? Stella bukanlah orang yang berpengaruh atau memiliki banyak uang. Dia hanya anak dari penjual roti saja. "Keadaannya sudah seperti itu. Lihatlah, dia saja tak sadar sampai saat ini.''
Brian mengangguk. Dia beranjak, tangannya mengambil gadget di dalam kantung celana. Mundur beberapa langkah hanya untuk menghubungi seseorang.
"Bawa mobil ke sekolah saya. Harus cepat datang. Saya tak ingin ada keterlambatan." Brian langsung menutup gadgetnya setelah mengungkapkan apa yang diinginkannya. Dia sudah menelpon salah satu anak buah ayahnya, hanya perlu menunggu mereka pasti datang. Brian duduk di kursi yang tersedia dekat ranjang, matanya dari tadi selalu melihat luka memerah di tubuh Lia.
Hatinya bertanya-tanya, dari mana luka itu? Apakah ada yang menyakitinya? Dari sifat Lia yang sangat arogan dan tak terima jika disakiti, membuatnya tak yakin. Brian sangat tahu kalau Lia adalah murid yang cukup ditakuti di sekolah ini. Wanita itu memiliki keahlian bela diri yang tak main-main pastinya. "Apa yang kau sembunyikan dari aku?"
Brian berusaha mengingat. Dari kejadian kemarin, di mana mereka hujan-hujanam dalam perjalanan, pastinya tak akan membuat Lia sakit sampai seperti ini. Namun ....
"Aku bisa terkena marah oleh ayahku."
"Tidak. Ayahku melarang untukku keluar malam."
Selama ini, Lia tak bisa bergerak bebas dari aktivitas sehari-harinya. Setiap kali Brian mengajak Lia, pasti alasan wanita itu akan membawa nama ayahnya. Apa ayah Lia penyebab dia menjadi sakit seperti ini? Brian harus mencari tahunya. Tak akan dibiarkan Brian kalau Lia menjadi sakit lagi, seperti ini.
"Ini gila." Brian bergumam. Dia tak tahu, mengapa jadi marah seperti saat ini karena mengetahui Lia yang tersakiti.
Brian memejamkan matanya sejenak. Dia bangun, daripada hanya diam, lebih baik Brian membawa tubuh Lia keluar agar nanti saat anak buah ayahnya datang, Brian bisa langsung masuk ke mobil. Tangannya mengangkat tubuh ringan Lia, sangat ringan sekali.
Bel yang sudah berbunyi sebanyak 2 kali, membuat banyak siswa dan siswi berada di luar ruangan. Keributan mereka langsung menjadi hening saat melihat Lia yang pingsan.
Pingsan! Kabar mengejutkan sekali. Wanita yang menjadi Monster sekolah ini sedang pingsan adalah sebuah berita panas untuk hari ini. Secara bersama-sama, mereka melaporkan hal ini kepada Julia agar wanita yang bekerja sebagai Admin Grup Lambe tersebut mencari tahu akan berita ini.
"Gila! Ternyata, Lia bisa sakit juga.''
"Tubuhnya yang lemas, membuatku senang. Dia sering membuat kita lemas akibat perbuatannya. Karma telah datang untuknya."
"Benar. Aku begitu bahagia melihatnya.''
"Apa yang kalian bahagia, 'kan? Lia sedang berakting agar bisa digendong oleh Brian, aku yakin itu. Dia hanya ingin mencari muka pada pria tampan itu."
Semua orang tak berhenti membicarakannya. Tak ada yang mereka takuti, sang empu telah pingsan pastinya tak tahu menahu kalau dia menjadi bahan ejek-ejekan dari seluruh siswa dan siswi di sekolah ini.
Brian memasukkan tubuh Lia ke dalam mobil, dia menyuruh untuk Stella duduk di kursi samping supir. Saat mobil melaju dengan kencangnya, fokus Brian terbagi untuk gadgetnya dan sesekali melihat Lia. Dia harus menghubungi teman-temannya dulu untuk mengatakan kalau dirinya akan absen. Brian tak ingin membuat program pertukaran siswa nya gagal. Jika Brian melakukan apapun kesalahannya itu, maka dirinya bisa dikembalikan ke sekolah yang dulu.
Entahlah, Brian merasa sudah tak nyaman lagi untuk mengejar ilmu di sekolah lamanya. Kalau ditanya akan kualitas, pasti jawabannya sekolah lama Brian yang kualitasnya tak main-main. Namun, Brian lebih bisa merasakan kenyamanan menuntut ilmu di sekolah Garuda, seperti tak ada halangan yang didapatkannya.
"Bisa lebih tinggi, 'kan kecepatan mobilnya? Gunakanlah jalan pintas untuk sampai ke rumah sakit. Jangan jalan raya yang jelas sangat macet." Sang supir yang mendengar ucapan penuh kemarahan Brian hanya mengangguk saja. Dia memutar balik mobil, memakai jalan tikus yang diketahuinya. Mungkin akan sangat susah karena jalannya cukup kecil, tetapi muat untuk mobil Avanza ini.
Beberapa kali supir akan menghidupkan klakson untuk menegur orang yang akan menyebrangi jalanan. Berusaha untuk tak membuat kesalahan dalam kecepatan yang tinggi, membuat supir tersebut hanya bisa fokus.
Sekitar 7 menit, mereka sampai di sebuah rumah sakit. Saat mobil berhenti, saat itulah Brian langsung turun dan menggendong tubuh Lia. Berlari dengan cepatnya, memasuki rumah sakit. Saat di loby, Brian terus berteriak memanggil para suster. Sehingga beberapa suster datang dan membawa ranjang rumah sakit.
Didorongnya ranjang rumah sakit, menuju ke ruang UGD untuk penangan awal. Brian hanya bisa melihat bagaimana Lia yang diperiksa oleh dokter, rasa tak sabar dalam dirinya membuat Brian ingin sekali mengamuk tak jelas.
Saat Dokter berbalik, saat itulah Brian memberikan beribu-ribu pertanyaan untuk Dokter. Bahkan, Stella harus mendorong Brian untuk mundur. Pria itu mengandalkan emosi disaat seperti ini, hal itulah yang membuat Stella sedikit kesal.
"Dia terkena Hipotermia dan demam. Butuh perawatan khusus selama beberapa hari untuk menyembuhkannya."
Selama dokter menjelaskan, selama itu pula Brian dan Stella terdiam. Stella menatap Lia dengan mata yang berkaca-kaca.
Bagaimana bisa kau menerima rasa sakit seperti ini?
Kamis, 14 Januari 2021

KAMU SEDANG MEMBACA
Ms. Money (END)
Teen FictionIni tentang Lia yang menjadi gadis pecinta uang. Seringkali dia memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan uang, salah satunya adalah memanfaatkan seorang pria kaya yang akan diambil uangnya. Niatnya ingin memanfaatkan, justru menjadi sebaliknya. Li...