Kalau ada typo tandai ya
488
🍭
🍭
🍭
Suara bagaikan bisikan setan, mungkin itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan suara Lia yang terdengar lirih. Brian berbalik, melihat Lia yang tengah menahan tawanya. "Apa yang kau tertawa, 'kan?" tanya Brian dengan nada sinis nya.
"Tak ada. Aku hanya lucu saja saat melihatmu yang merinding mendengar kata-kata ku."
"Seperti Setan." Sedetik setelah mengucapkan kalimat tersebut, Brian merasakan sakit pada mulutnya akibat Lia yang menepuknya.
"Sudah ku bilang. Aku tak seperti Setan.'' Lia kembali duduk di gazebo. Duduk seraya melihat pemandangan indahnya taman bunga ini. Kalau saja rumahnya ada taman seperti ini, maka Lia akan terus menikmati tinggal di sana. Tak seperti di rumahnya, seperti berada di dalam neraka.
"Bagaimana kalau malam ini kita kencan?" tanya Brian.
"Tidak. Kau lupa kalau aku tak boleh keluar rumah sama Ayahku untuk keluar rumah," ucap Lia. Tangannya mengambil gadget, melihat jam. Untuk jam tangannya ternyata sudah rusak, Lia memakai jam tangan hanya untuk terlihat keren saja.
"Berpacaran denganmu ternyata tak mudah." Brian berucap dengan jujurnya. Entah kenapa, kalau bersama dengan Lia, dirinya bisa menunjukkan sifat aslinya. Mungkin karena Lia memiliki sifat yang terbuka dan blak-blakan, sehingga secar spontan Brian akan terus menunjukkan sifatnya.
"Memang tak mudah. Namun, karena ini masih siang. Bagaimana kalau kita kencan di siang hari saja."
Berpikir sejenak. Brian tak tahu tempat apa yang tepat untuk dijadikan sebagai tempat kencan mereka. "Akan ku pikirkan," ucap Brian, dia menjual grup chat di gadgetnya. Melihat pembicaraan kelompok motornya yang tak memiliki faedah.
Hanya ada sedikit pembicaraan saja, artinya di siang hari ini, hampir seluruh orang di kelompok motornya tengah berada di basecamp. "Baiklah. Aku akan mengajakmu ke basecamp ku. Apakah kau mau?"
"Tentu," ucap Lia tanpa pikir panjang. Saat ini, dalam khayalannya basecamp hanya tempat perkumpulan biasa kelompok motor. Lagian juga, Lia sangat ingin tahu bagaimana tempat para pria berkumpul.
***
Tempatnya di dekat restoran biasa. Restoran tersebut usaha bersama milik mereka. Memiliki setidaknya 5 pelayan dan satu Chef yang akan membuat makanan. Hasil dari usaha mereka itulah yang akan memfasilitasi seluruh kebutuhan Geng motor Mavros. Bagian depan, tampak seperti restoran pada umumnya.
Namun, untuk menemui markas geng motor Mavros, mereka harus menggunakan jalan belakang yang telah di gerbang. Untuk memasuki gerbang tersebut, setiap orang dalam kelompok Mavros telah memiliki kunci sendiri. Kunci dimasukkan ke dalam lubangnya, otomatis gerbang akan dibuka oleh anak Mavros.
Lia melihat bagaimana banyak mural dengan gambar yang berbeda-beda. Warna bercampur aduk menjadi satu dan beberapa kalimat kasar tertulis di tembok. "Berandalan." Itulah kalimat yang tepat untuk menggambarkan kelompok geng motor Mavros.
Saat motor berhenti diparkiran, sekitar ada 30 motor yang sudah terparkir sempurna, semuanya motor. Lia turun, dari sini, penciumannya menangkap aroma asap rokok. "Kencan pertama sejak pacaran yang sangat indah." Lia memberikan komentar.
"Tenang saja. Teman-temanku tak nakal."
Sangat mustahil. Jika ketuanya saja sudah terkenal beringas seperti seekor serigala, pasti teman-temannya lebih lagi. Namun, Lia pun tak takut dengan keberingasan mereka yang cukup terkenal. Dia sudah membawa senjata untuk melindungi dirinya sendiri.
Gadget akan selalu dipegangnya, hanya untuk pegang-pegang saja agar mereka tak berani menyentuh Lia. Pikiran buruk tentang berita yang pernah dibacanya, membuat Lia sedikit gemetar. Rasa beraninya mulai luntur.
Lia menarik tangan Brian. "Awas saja sampai teman-temanmu kurang ajar kepadaku. Maka akan ku kebiri kalian."
"Cukup menyeramkan juga dirimu," ucap Brian. Dia tak dapat membayangkan bagaimana Lia akan mengancam teman-temannya seperti itu, yang ada jawaban berupa tertawaan lah yang didapat, bukan ketakutan.
Pintu untuk sampai ke markas utama, telah terbuka dengan lebarnya. Bahkan pintu saja sudah dicoret-coret oleh Mereka dengan pilox. Apa mereka begitu kreatif? Padahal kalau tak dicoret, pasti lebih bagus tempat ini, terlihat bersih juga enak dilihat.
Saat memasuki markas, Lia melihat banyak sekali orang didalamnya. Ada juga para wanita, sedikit bersyukur setidaknya Lia tak sendiri di sini sebagai wanita.
Brian dan Lia duduk di paling pojok. Brian tengah asik dengan pembicaraannya bersama dengan teman-temannya, sedangkan Lia masih menilai desain ruangan ini. Beberapa kali, Lia akan menengok ke arah jendela hanya untuk menarik napas sepanjang mungkin, agar tak ada asap yang mengandung nikotin memasuki sistem pencernaannya.
"Kau membawanya?" tanya Felix dengan suara sekecil mungkin. Matanya melihat ke Lia yang sibuk dengan memandangi jendela.
"Ya. Kami sudah jadian," jawab Brian.
Farhan yang mendengar itu langsung heboh. Dia berjalan mendekati Brian dan menggeser Felix yang berada tepat di sebelah Brian. "Kalau gitu, jangan lupa untuk mentraktir Kita. Kau tak lupa, 'kan komitmen geng Marvo, 'kan?"
"Tentu saja aku tak melupakannya. Kalian ingin makan di restoran ini atau memesan?" tanya Brian.
"Aku sudah bosan dengan manu makan di sini. Lebih baik, pesan saja makanan di KFC, ingat seluruh menu harus ada." Farhan begitu bersemangat dalam berucap, begitu juga dengan yang lain. Mereka akan senang jika Brian mendapatkan kekasih baru, karena Brian tipe orang yang royal, sehingga dari restoran bintang lima pun, maka Brian turuti untuk mentraktir teman-temannya.
Bria mengangguk. Dia beranjak, menuju ke kulkas untuk mengambil minuman dan memesan makanan lewat online dan akan di delivery. S
Sedangkan suasana langsung senyap seketika. Tak ada pembicaraan atau ada canda tawa seperti sebelumnya. Lia yang merasakan aura yang berbeda, langsung mengalihkan pandangannya. Menatap aneh pada seluruh orang di sini yang mengintimidasinya, termasuk para wanita.
Mengetahui kalau mereka berusaha membuat Lia takut, Lia mengeluarkan pisau yang tersimpan di dalam bajunya. "Kalian tak ingin, 'kan bola matanya lepas karena melihatku seperti itu," ucap Lia dengan seringai kejamnya. Pisaunya yang kecil, mengkilat juga terlihat sangat tajam sekali dengan jeruji, bisa dengan mudahnya mengoyakkan kulit manusia.
Keberanian Lia cukup diakui oleh mereka. Lia dengan seringai nya dan juga keberanian mengeluarkan benda tajam.
"Ternyata tak seperti wanita sebelumnya," ucap Farhan dengan suara yang sangat kecil kepada Felix.
Felix mengangguk. Sudah menduga kalau Lia akan berani seperti itu. Dari sifatnya saja di sekolah yang cukup ditakuti, pasti akan mudah membalas orang-orang yang berusaha mengintimidasinya. "Aku tak tahu kalau wanita itu tepat atau tidak. Namun, menurutku Lia adalah orang yang sangat spesial di kehidupan Brian."
Ucapan Felix mendapatkan gelengan dari Farhan. "Itu tak mungkin. Sudah ada yang spesial di dalam hatinya."
Mereka berdua berhenti berbincang kala melihat Lia yang saat ini menataknya tajam.
Apakah Lia mendengar ucapan Mereka?
TBC
Sabtu, 26 Desember 2020.
Publikasi: Minggu, 27 Desember 2020.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ms. Money (END)
Teen FictionIni tentang Lia yang menjadi gadis pecinta uang. Seringkali dia memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan uang, salah satunya adalah memanfaatkan seorang pria kaya yang akan diambil uangnya. Niatnya ingin memanfaatkan, justru menjadi sebaliknya. Li...