Part 16

1K 70 4
                                    


Kalau ada typo, tandai ya.


358

🍭

🍭

🍭

"3 ... 2 ... 1." Bibir tipis dari wanita itu berucap dengan menghitung mundur angka. Matanya terlalu fokus pada jam yang berada di tangannya. Sebuah senyum muncul di wajahnya saat mengetahui kalau orang yang ditunggunya terlambat. Dia melompat kesenangan, ingin rasanya berteriak, jika tak lupa saat ini dirinya sedang berada di pinggir jalan. "Akhirnya, Rp. 50.000, akan ada di tanganku," ucapnya.

Dia berjalan, tak peduli dengan sinar matahari yang begitu jahat telah bersinar dengan terang sehingga membuat siapa saja akan merasakan kepanasan.

Wanita yang memiliki rambut panjang diikat menjadi satu. Poni pendeknya, menutupi keningnya yang lebarnya. Matanya yang sipit, semakin mengecil saat dirinya menghindari sinar matahari.

Mata Lia menangkap sebuah warung menjual minum-minuman. Tanpa aba-aba, Lia langsung menyebrang jalan dan sebuah karma didapatkannya. Sebuah motor hampir saja menabraknya, jika pengguna motor tersebut tak mengerem terlebih dahulu. Lia merasakan dadanya kembang kempis, mulutnya bahkan terbuka akibat rasa terkejut yang didapatkannya. "Aku hampir mati," ucapnya.

Orang yang mengendarai motor itu, langsung menyepi, Dia menarik tangan Lia untuk tak berada di dekat jalan. Lamunan Lia buyar, rasa terkejutnya mulai hilang. Matanya melihat pria itu membuka helmnya, Lia sangat tahu dia siapa.

Brian.

Pria dengan tubuh bongsornya itu tampak sangat seksi saat membuka helm. "Hey. Kau pulang lebih dulu? Padahal perjanjian kita akan menunggu di depan sekolah."

"Kau terlambat." Lia menunjukkan jam nya. "Lihat ini, sudah jam 15.35, artinya kau terlambat 5 menit. Kau tak lupa, 'kan syarat yang sudah ku buat."

"Jam mu saja yang kecepatan." Brian mengambil gadgetnya, menunjukkan layar gembok di mana jam berada. "Lihat. Ini baru pukul 15.29."

"Mana mungkin."

Brian mengambil kunci motornya, lalu dia menarik tangan Lia. Menuju ke sebuah restoran, membuat Lia langsung tersadar. "Kau ingin mengajakku ke tempat itu?"

"Ya. Aku yakin restoran itu menyediakan jam, sehingga kita bisa membuktikan, siapa yang benar atau salah."

"Hanya itu saja?" ucap Lia. Dia berusaha untuk melepaskan genggaman tangan Brian. Tak ada sesuatu yang menguntungkan untuknya, jika dia mengikuti Brian. Lia kira, Brian akan mentraktirnya di restoran itu.

"Kau lapar? Ya sudah, Kita akan sekalian makan saja." Brian berucap setelah menyadari apa keinginan Lia. Brian sendiri, masih belum bisa mengenali bagaimana sifat asli Lia. Menurutnya, sifat Lia sering berubah, terkadang menyeramkan, ceria, jahil atau cerewet.

"Nah, gitu. Kebetulan Aku sangat lapar sekali." Lia mendorong bahu Brian, tetapi pria itu tak mendapatkan pengaruh sedikitpun. Tenaga Lia yang tak sebanding ditambah ukuran tubuhnya yang terlalu kecil saat di sebelah Brian, membuatnya tampak seperti anak SMP saja.

Restoran yang bergaya vintage, dengan beberapa fasilitas yang memadai. Mereka duduk di dekat jendela, Lia dapat melihat dari dalam, bagaimana pemandangan lancuran air yang sangat indah dengan beberapa ikan yang berenang.

"Lihat, tuh jam nya. Masih jam 15.30." Mendengar ucapan Brian, Lia tersadar dari lamunannya. Dia mengikuti ucapan Brian, melihat ke arah jam dan benar saja yang Brian katakan.

Ms. Money (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang