Kalau ada typo, tandai ya.
160.
🍭
🍭
🍭
"Hey. Ayo, kita ke masjid. Kalau tidak, kita akan mengantri mengambil air wudhu." Stella menarik tangan Lia dengan kuatnya. Wanita itu sedang melamun, entah melamunkan apa. Karena ukuran tubuh Lia yang jauh lebih besar, Stella tak bisa mengubah posisi wanita itu. Stella menghela napasnya kasar, Dia mengikuti arah pandang Lia.
Melihat Brian yang sedang asik bercanda tawa dengan Dewi. Mereka tampak serasi, cantik dan tampan, banyak yang memuji keserasian mereka dan kaum shiper mereka tampak bahagia bukan kepalang.
"Kau sudah menyukainya?" tanya Stella.
"Tidak. Hanya saja aku cukup terhipnotis dengan keserasian Mereka. Huh, menurutmu, apakah Mereka memiliki hubungan asmara?"
"Bisa jadi. Melihat bagaimana Brian yang tampak lembut memperlakukan Dewi."
Lia mengelap keringat yang menetes di pelipisnya. Kalau Dewi adalah kekasih Brian, akan sangat sulit untuk mendapatkan pria itu. Ditambah, Lia juga tak ingin merusak hubungan orang lain. Namun, mengingat kejadian sebelumnya, di mana dirinya yang mendapatkan pencerahan dari Dewi serta wanita itu juga tampak biasa saja mengetahui niatnya, membuktikan kalau Dewi bukanlah kekasih Brian. "Aku harus menyelidikinya," gumam Lia. Tangannya mengepal kuat, sebuah janji telah dia ikrar, 'kan dalam dirinya sendiri, bahwasanya akan mendekati Brian kalau Dewi bukan kekasihnya dan sebaliknya, Dia akan menjauhi Brian jika ternyata mereka memiliki hubungan asmara.
"Ya. Aku tak boleh menyerah untuk mendapatkannya.""Kau tadi berucap apa?" tanya Stella yang mendengar tak terlalu jelas ucapan Lia.
"Tidak. Ayo, cepat kita ke Masjid." Lia menarik tangan Stella, agar Stella tak banyak bertanya lagi padanya.
Seperti biasa, untuk siang hari, pada pukul 12.30, mereka akan menunaikan Shalat Zuhur secara berjamaah. Karena datang terlambat, Mereka harus mengantri mengambil air wudhu dan mendapatkan bagian belakang.
***
Jam pelajaran telah berakhir. Lia mencatat seluruh catatan Matematika Peminatan di papan tulis. Sering sekali Dia melakukan kesalahan dalam menulis angka, membuat waktunya habis dalam menulis, saat ini di ruang kelas hanya tersisa dirinya dengan Stella yang menemaninya.
"Itu -1/2√3. Mengapa kau tak menulis tanda min nya," ucap Stella. Dia tak habis pikir melihat tulisan Lia yang sangat berantakan karena terjadi kesalahan secara terus menerus.
"Lalu apa bedanya? Yang terpenting itu angka, min atau plus itu tak penting," ucap Lia tak peduli. Dalam pikirannya hanya mengatakan kalau kesalahan dalam menulisnya tak membawa pengaruh yang besar pada hasilnya.
"Tentu berbeda. Jika min nya hilang, maka jawaban akan berbeda." Stella melihat secara keseluruhan tulisan Lia. Dia menggelengkan kepalanya pelan, melihat banyak kesalahan. "Sini, buku mu. Akan aku tuliskan seluruhnya."
Raut wajah Lia berubah menjadi senang. Dia memberikan bukunya kepada Stella. "Kalau bisa, tulisannya dibuat jelek, ya. Agar guru nanti percaya kalau aku yang menulisnya."
"Ya."
Stella menyalin seluruh materi yang telah dituliskan dengan waktu yang sangat cepat, hanya 5 meit saja. Lia bahkan hampir menjatuhkan rahangnya saat melihat kecepatan Stella dalam menulis.
Mereka keluar dari ruangan kelas. Suasana sangat sepi di gedung sekolah ini. Hanya ada beberapa orang yang bertugas untuk membersihkan sampah di sekolah ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Ms. Money (END)
Novela JuvenilIni tentang Lia yang menjadi gadis pecinta uang. Seringkali dia memanfaatkan orang lain untuk mendapatkan uang, salah satunya adalah memanfaatkan seorang pria kaya yang akan diambil uangnya. Niatnya ingin memanfaatkan, justru menjadi sebaliknya. Li...