Loathing

2K 288 121
                                    

Di pagi hari cerah ini terlihat sosok yang cantik sedang berdiri di hadapan cermin besar di kamarnya.

Sosok itu adalah Salju, Salju menggunakan hoodie berwarna hitam dengan rok pendek abu-abu sekolahnya.

Hari ini Salju mengikat rambutnya karena Yuda sangat menyukai Salju mengikat rambutnya.

“Semuanya tidak berwarna.” gumam Salju dengan wajahnya yang datar.

Setelah itu Salju segera mengambil tas sekolah yang ada di atas kasurnya, dan Salju pun menuruni tangga untuk menghampiri keluarganya yang sudah berada di ruang makan untuk sarapan.

“Salju ayo sarapan dulu.” ucap Astrid.

“Nggak bunda, Sal sarapan di sekolahan aja. Bunda, tolong taruh semua alat-alat lukis Sal di gudang.” Orang tua Salju dan Awan sangat terkejut ketika mendengar ucapan Salju.

“Kenapa sayang? Apa kamu mau di ganti dengan alat-alat lukis yang baru?” tanya Astrid yang bingung.

Astrid sangat tau bahwa putri bungsunya itu sangat mencintai hobi lukisnya, dan tiba-tiba sekarang meminta semua barang-barang lukisnya di taruh di gudang.

Bahkan Astrid pernah mengetahui bahwa Salju pernah menangisi saat salah satu kuasnya yang patah.

“Tidak ada apa-apa bunda, Sal hanya ingin berhenti untuk melukis.” ucapan Salju membuat Surya bangun dari kursi makannya.

“Ada apa sebenarnya? Apa kamu sudah mengetahui kebenarannya?” tanya Surya hati-hati.

“Iya ayah, Salju sudah tidak bisa melihat warna lagi.”

“Maafin ayah sudah menyembunyikan hal ini.”

“Nggak papa ayah. Kalau gitu Salju pamit ke sekolah dulu.” Salju segera menyalami kedua orang tuanya dan kaka perempuannya.

Astrid dan Surya menatap punggung Salju yang mulai menjauh dari pandangan mereka dengan tatapan sendu.

Tidak berbeda dengan Awan yang sangat tau bahwa sekarang Salju sangat sedih dengan cobaan yang menimpa dirinya.

Hal ini yang di takutkan oleh Awan, akibat menyembunyikan identitas Aldi yang sebenarnya dan menyembunyikan tentang kesehatan Salju akan membuat Salju tersakiti.

Awan sangat tau bahwa melukis adalah cinta pertama Salju maka dari itu Salju sangat sulit untuk melupakan Yuda.

“Semoga saja Salju tidak terpuruk dengan hal ini semua.” ucap Awan pelan.

Setelah keluar dari rumah, Salju mengendarai motornya menuju sekolahan. Tanpa Salju sadari sejak keluar dari rumahnya, Aldi mengikutinya di belakang.

Aldi mengikuti Salju di belakang dengan jarak yang cukup jauh agar Salju tidak menyadarinya.

Tak terasa akhirnya Salju dan Aldi pun sampai. Aldi memarkirkan motornya di samping Salju, saat mengetahui bahwa Aldi memarkirkan motor di sampingnya membuat Salju bergegas pergi dari tempat parkiran.

“Salju tunggu!” Aldi berlari mengejar Salju yang tak menghiraukan panggilannya.

Salju tetap berjalan tanpa menghiraukan panggilan keras dari Aldi.

Banyak orang yang melihat Aldi yang mengejar Salju. Kabar hubungan Aldi dan Salju yang buruk tersebar luar di sekolah dengan cepat.

“Dengarin gue salju!” Aldi yang sudah tidak tahan langsung menarik tangan Salju dengan kasar, Aldi tidak peduli Salju meringis kesakitan.

“LO SUDAH GILA APA?!” teriak Salju dengan berusah menarik tangannya dari cengkraman Aldi, tapi usahanya tidak berhasil karena Aldi terlalu kuat mencengkram tangan Salju.

Alsa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang