Retakan Awal

2.8K 425 109
                                    

Terlihat Aldi menggandeng tangan Salju di koridor sekolahan, Aldi baru saja selesai menemani Salju dari perpustakaan. Salju merasa Aldi sangat berlebihan sekali dengan dirinya.

“Kemaren kemana aja?” tanya Aldi.

“Kemaren gue sibuk di panti jompo, emangnya kenapa?” jawab Salju.

“Lo nggak sakit kan? Kenapa muka lo pucat?” seketika Salju terdiam, Salju tidak ingin memberitahukan kepada Aldi tentang dirinya yang pingsan.

Aldi melihat Salju yang terdiam pun menjadi curiga. Aldi merasa bahwa ada sesuatu yang di sembunyikan Salju, tapi Aldi tidak ingin bertanya lebih lanjut lagi karena tidak ingin membuat Salju terganggu.

“Gue sedikit kelelahan aja kok.” Salju memberikan penjelasan agar Aldi tidak terlalu khawatir dengan dirinya.

“Kalau lo sakit bilang sama gue, jangan bikin gue khawatir.” Aldi menatap sendu Salju dengan tangannya yang mengusap kepala Salju lembut.

Salju melihat Aldi yang menatap dirinya sendu membuat dirinya tidak suka.

“Jangan natap gue kek gitu, gue sehat kok. Muka lo nggak cocok masang muka sendu gitu.” Salju yang gregetan mencubit kedua pipi Aldi.

“Iya-iya.” Aldi mengacak rambut Salju gemes.

Melihat Salju yang baik-baik saja Aldi merasa sedikit tenang. Terlihat Salju melemparkan senyuman manisnya ke arah Aldi, entah kenapa perasaan utuk melindungi Salju sekarang sangat kuat.

Aldi tidak ingin Salju sakit atau pun dalam bahaya, baginya Salju adalah sosok yang seharusnya dia jaga. Aldi merasa sangat bersalah karena dulu sering menyakiti Salju dengan perkataannya.

Sekarang Aldi ingin memperbaikinya. Sebenarnya Aldi ingin mengungkapkan perasaannya, tapi karena situasi belum mendukung Aldi pun harus menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya pada Salju.

“Sal gue mau tanya boleh?” sambil Aldi berjalan tanpa melepaskan genggaman tangannya pada Salju.

“Mau tanya apa?” Salju mengerutkan dahinya dengan menatap Aldi penasaran.

“Sejak kapan lo suka melukis?” mendengar pertanyaan Aldi, Salju tersenyum tipis dengan mata yang sendu.

“Sejak kelas satu SMP, lo masih ingat sama sosok Yuda yang gue ceritakan itu? Karena dia bakat gue bisa berkembang. Dia selalu mendukung gue dan dia juga orang pertama yang bilang lukisan gue sangat bagus.” ucap Salju, sedangkan Aldi mendengar dengan cerita Salju dengan serius.

“Dan semenjak itu dia menjadi dunia inspirasi gue, apa pun yang gue lukis itu semua menggambarkan sosok Yuda. Karena itu gue selalu bergantung dengan Yuda, tapi semenjak Yuda meninggal dunia inspirasi gue menjadi hitam putih.” lanjut Salju.

Detik kemudian Salju menghentikan langkah kakinya, dan tidak mau Aldi  pun ikut berhenti.

Salju berpaling ke arah Aldi dengan menatap wajah Aldi dengan halus. Aldi bingung kenapa Salju menatap dirinya seperti itu.

“Tapi semenjak lo datang ke kehidupan gue, dunia inspirasi gue kembali berwarna bahkan warna yang belum pernah gue lihat sebelumnya karena lo gue bisa melihat itu semua. Dan karena lo itu juga gue ingin mengejar impian gue lagi.”

“Sal...”

“Aldi apa lo mau jadi dunia inspirasi gue yang baru?” sontak Aldi terkejut dengan ucapan Salju.

Sedangkan Salju menggenggam tangan Aldi dengan menatap mata tajam Aldi dengan lembut.

Tanpa di duga Aldi menarik tubuh Salju ke dalam dekapannya. Aldi memeluk Salju dengan erat, tangan Aldi mengusap rambut Salju.

Alsa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang