Janji Senja

2.2K 342 64
                                    

Nampak Devan sedang duduk berhadapan dengan seorang  dokter, sekarang tubuh Devan sangat pucat dan dingin.

Bibir merah Devan terlihat pucat dan pecah, tangan Devan sekarang sudah mulai bergemetaran.

“Gue butuh obat itu!” ujar Devan.

“Gue bisa memberikan obat itu, tapi ingat lo harus janji bahkan jika lo harus mati lo jangan pernah sebut nama gue dalam keadaan apa  pun.” ancam dokter itu.

Karena Devan sudah dalam keadaan sakaw, dan sangat membutuhkan obat-obatan itu maka Devan menuruti semua permintaan dokter itu.

Semenjak Devan kelas dua SMP, Devan sudah sangat ketergantungan dengan obat-obatan.

Tangan Devan terkepal kuat karena menahan rasa sakit yang sangat menyakitkan karena belum meminum obat-obatan itu.

Tidak lama kemudian dokter itu mengeluarkan sebungkus kecil yang berisi dengan obat-obatan terlarang.

“Jangan pernah mencoba untuk menyebutkan nama gue, kalau lo berani sebut nama gue maka cewek itu bisa habis di tangan gue. Selidiki semua data perusahaan Mahesa.” tatapan dokter itu penuh penekanan hingga siapa pun yang melihat akan takut.

Devan tidak bisa berpikir jernih lagi, yang dilakukannya hanya meminum obat-obatan itu.

Terlihat dokter itu tersenyum miring menatap Devan yang sudah terduduk lemas. Setelah beberapa menit kemudian keadaan Devan sudah mulai kembali normal.

Devan tidak menyesal sudah bekerja sama dengan dokter itu untuk menghancurkan keluarga Mahesa. Karena bagi Devan semua keluarga Mahesa adalah penghambat besar dirinya untuk mendapatkan Salju seutuhnya.

“Gue akan lakuin perintah lo, tapi jangan pernah untuk menyentuh cewek itu!” ucap Devan dengan tegas.

Dokter itu hanya tertawa ketika mendengar ucapan Devan, sedangkan Devan tanpa memperdulikan apa pun langsung keluar dari ruangan dokter itu dengan berjalan pelan karena efek samping obat itu membuat kepalanya pusing.

Ketika Devan sudah berjalan di koridor rumah sakit, Devan berjalan dengan tangan di dinding untuk bisa mengimbang bobot tubuhnya.

Ketika Devan hendak jatuh, tiba-tiba tanpa di duga Legi menahan pundak Devan agar tubuh Devan tidak terjatuh.

Devan yang melihat keberadaan Legi pun terkejut, sedangkan Legi menatap Devan dengan tatapan kasihan. Legi membantu memapah Devan untuk duduk di kursi panjang yang ada di koridor rumah sakit.

“Kenapa lo bisa ada di sini?” tanya Devan dengan tangan memegang kepalanya karena sakit.

“Gue ada urusan di rumah sakit, dan lo kenapa bisa sampai seperti ini Devan?” Legi melihat wajah Devan yang pucat membuat dirinya khawatir.

“Jangan pura-pura peduli sama gue!” Devan membentak Legi hingga membuat Legi terdiam ketakutan.

Legi sangat lemah ketika ada orang yang membentaknya. Sesaat Devan tersadar sudah sangat kasar terhadap Legi.

Devan sangat sulit untuk mengontrol emosinya. Melihat Legi yang ketakutan dengannya pun hanya bisa menghela nafas berat.

Dan tanpa di duga Devan menarik tubuh Legi ke dalam pelukkannya. Devan menaruh kepalanya di ceruk leher Legi seraya menghirup aroma lecy yang menjadi parfum kesukaan Legi. Legi diam membeku ketika tiba-tiba Devan memeluk dirinya.

“Legi gue capek, semua orang tidak ada yang mengharapakan gue bahkan cewek yang gue suka selalu menjadi milik orang lain. Apa gue sebegitu menjijikannya di dunia ini?” mendengar ucapan Devan membuat dada Legi seperti terhantam beda tajam.

Alsa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang