Hari senin adalah hari tersisksa bagi seluruh murid tanah air. Bagaimana tidak? Mereka harus berbaris rapi di bawah teriknya sinar matahari dengan terus mendengar celotehan sang pimpinan lembaga tanpa henti. Di tambah lagi, semuanya akan bertambah lama jika ada siswa yang membolos dan harus menerima wejangan dari guru BK.
"Sumpah, gue herman sama si Kepsek," tutur Arkan berjalan lemas menuju kelasnya usai mengikuti upacara Bendera.
"Heran Arkana bukan Herman! Kalau Herman itu saya. Jangan pernah kamu menyebut kosa kata Bahasa Indonesia tidak dengan pikiran jernih! Ingat, bisa jadi kesalahan itu membuat kamu gagal menggapai masa depan yang diimpikan" tegur salah seorang guru bahasa Indonesia yang bernama Herman.
"Nyenyenyenye..." ujar Arkan menye-menye mengikuti gaya bicara Pak Herman. "Cih! Emang Bapak bisa baca masa depan saya? Nggak kan?" lanjutnya saat Pak Herman telah berlalu.
"Emang kepseknya kenapa, Kan?" tanya Risko mengembalikan topik pembicaraan.
"Lah, lo pakai nanya, Ko. Itu lho, wejangannya udah kayak mau ngasih pesan terakhir aja. Padahal usia udah lanjut, bentar lagi mau is dead, tapi masih aja cari perhatian sama murid. Dasar! udah botak, ompong, caper lagi."
"Biasalah, Bro. Orang kayak gitu mah harus sabar hadapinnya. Belum lagi datang manjanya. Buih! Orang kayak lo bisa dia nikahin!" tutur Risko sontak membuat Arkan meliriknya sinis.
Setelah beberapa menit melewati beberapa kelas, akhirnya keempat mahkluk itu menginjakkan kaki di depan kelas. Berbeda dengan Arkan, Galang dan Risko, Reygan tampak memasuki kelasnya dengan senyum mengembang.
"Rey kenapa, kesurupan yah?" tanya Risko.
"Kayaknya," timpal Arkan asal-asalan.
"Kasian. Gue yakin, dia kayak gini karena nggak ada yang ajakin dia pacaran. Udah ganteng, tapi sayang.... jomblo," sinis Risko.
Galang tak ingin meladeni kedua makhluk tak berotak di depannya. Dirinya memilih menghampiri Reygan dan bertanya langsung tentang apa yang terjadi pada cowok itu.
"Ada perkembangan?" tanyanya menepuk pundak Reygan.
"Apa?" tanya Reygan balik.
"Rayina."
"Lo tau?"
"Hmm."
"Terus?"
"Semoga lancar."
"Enak yah jadi orang pintar. Ngomong pakai kode-kodean tapi gue nggak ngerti. Nyesek tau nggak!" keluh Arkan.
"Lo emang bego, Kan. Dihh... udah jelek goblok pula!" jawab Risko membuat Arkan menahan emosi mati-matian agar tak mencakar wajah sahabatnya saat itu juga.
"Untung gue sayang sama lo, Ko. Kalau nggak, gue udah bumbuin muka burik lo pakai Masako. Abis itu gue panggang terus gue jadiin santapan siang si Laychi, anak anjing gue di rumah," geram Arkan.
"Sayangnya gue nggak sayang sedikit pun sama lo," balas Risko kemudian berlalu dari hadapan Arkan menuju mejanya berada dengan tawa menggelar memenuhi ruangan melihat wajah masam sahabatnya.
"Woy Nyet, gue santet baru tau rasa lo!!!" teriak Arkan
"Maaf Mas, sonde peduli saya," jawab Risko asal-asalan.
Malas melihat tingkah sahabat absurlnya, Reygan berniat meninggalkan kelas. "Gue keluar bentar," tuturnya pada Galang.
"Silakan."
Bukan Galang yang menjawab tapi Risko yang kebetulan melangkah mendekati mereka setelah lama berdialog dengan Arkan yang tak memiliki nilai tambah baginya.
![](https://img.wattpad.com/cover/241611525-288-k959242.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Reygan & Rayina (END)
JugendliteraturMengisahkan tentang pertemuan dua insan karena suatu insiden yang tak terduga, yang mana insiden itu membuat mereka saling terikat satu sama lain tanpa disadari. "Lo gila hah!" "Maaf..." "Akal sehat lo mana, Rey?" "Gue takut!" Deg... Rayina mendeka...