Seorang gadis dengan tubuh modelis tampak berdiri tegak didepan ruangan serba putih dengan perasaan gusar yang melandanya. Tangannya terus meremat seragam yang ia kenakan untuk mengurangi rasa khawatir mengingat kejadian yang terjadi beberapa saat yang lalu.Flasback on
Setelah mengambil ponselnya, Rayina berniat pergi dari tempat itu. Namun, perasaannya mengatakan ada hal aneh yang terjadi entah pada dirinya ataupun lingkungan sekitarnya. Merasa penasaran, gadis itu memilih menyusuri tempat sekitarnya.
Kakinya terus memijak hingga tubuhnya terasa kaku untuk bergerak dan lidahnya keluh untuk berbicara melihat objek yang membuatnya penasaran. Digigitnya bibir bawahnya hingga mengeluarkan darah dengan tangan mengepal. Tak mau membuang waktu, gadis itu melangkah mendekat.
"Lepasin dia..." desisnya dingin.
"Bukan urusan lo. Dia pacar gue dan lo nggak punya hak larang gue!"
"Lo punya atetude kan? Seharusnya lo nggak bersikap kasar sama cewek. Lo juga punya ibu kalau lo lupa," balas Rayina.
"Songong juga lo," cowok itu maju mensejajarkan tubuhnya dengan Rayina. Cewek itu sendiri tersenyum culas meremehkan. "Bunda selalu ngajarin gue menghargai sesama, tapi Bunda selalu ingatin gue nggak perlu ngerhargain manusia kayak lo!"
Cowok itu menggeram emosi mendengar penuturan Rayina. Karena kehilangan rasa sabar, cowok itu melayangkan tangannya hendak menampar Rayina. Saat itu juga tangan seseorang mencegahnya dengan cepat. "Banci! Lo laki dan lawan lo bukan cewek."
Seketika cowok itu gugup dan melangkah pergi melihat figur didepannya disusul pacarnya setelah mengucapkan terima kasih kepada Rayina.
"Huft... thanks bu-" Mata Rayina melolot mendapati Reygan berdiri tepat dibelakangnya. "Jadi, lo yang nolongin gue?"
Reygan membuang muka mendengar pertanyaan Rayina. "Lo punya otak? Pertayaan kayak gitu nggak pantas lo keluarin!"
"Serah lo! Intinya gue mau bilang makasih udah nolongin gue," tutur Rayina melangkahi Reygan dengan perasaan kesal.
"Tolong..." lirih Reygan membuat Rayina bertahan ditempatnya. "Tolongin gue."
Rayina memundurkan langkah dan menatap Reygan lekat. "Nggak usah pura-pura. Gue janji bakal bayar semua untang budi lo."
Reygan diam. Cowok itu tak tau harus memulai darimana. Kepalanya berdenyut sakit dan pandangannya memburam. Bayangan Rayina seakan berputar dan benda-benda disekitarnya ikut berputar membuat kepalanya bertambah sakit. Tangannya mengepal dengan dahi berkerut menahan pusing yang menjadi-jadi. Perlahan keringat dingin membasahi keningnya diikuti dengan tubuh yang terhuyung kearah Rayina.
"Lo kenapa!!!" pekik Rayina tertahan melihat tubuh Reygan meluruh ke tanah. Gadis itu panik saat raut wajah Reygan berganti pucat dengan bibir membiru serta gigi bergelatuk. Matanya kian melebar melihat darah meluncur bebas dari kedua lubang hidung Reygan. Perlahan, manik cowok itu menutup rapat diikuti dengan tubuh yang terkulai lemas dipangkuan Rayina.
Flasback off
"Dia nggak papa, Ray..." bisik Rayina menyakinkan dirinya.
###
"Ehh si Reygan nggak nongol-nongol. Tuh bocah kemana?" tanya Arkan bingung pasalnya Reygan belum menunjukan batang hidungnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reygan & Rayina (END)
Teen FictionMengisahkan tentang pertemuan dua insan karena suatu insiden yang tak terduga, yang mana insiden itu membuat mereka saling terikat satu sama lain tanpa disadari. "Lo gila hah!" "Maaf..." "Akal sehat lo mana, Rey?" "Gue takut!" Deg... Rayina mendeka...