11.

513 30 18
                                    

Reygan dan Rayina telah sampai di pekarangan rumah megah milik keluarga cewek itu. Yang bisa Reygan katakan sekarang adalah rumah itu sangat cantik dengan desain sederhana alla Eropa menambah kesan mewah yang tak terhingga.

"Mampir dulu yuk," ajak Rayina setelah lama mereka saling diam.

"Gue langsung balik," jawab Reygan.

"Nggak! Lo harus masuk! Gimanapun juga gue punya tanggung jawab atas kejadian tadi."

Reygan tak berniat membantah dan mengangguk setuju atas ajakan Rayina. "Iya, gue masuk."

Setelahnya Reygan masuk dengan membuntuti Rayina. Cowok itu sedikit mengenyit saat tak kunjung sampai di living room. Dalam hati, dirinya terus merutuki orang yang telah mendesain rumah itu hingga bisa seluas dari perkiraannya. "Sebenarnya ini rumah apa hotel? Pusing gue jalan kayak gini!" umpatnya.

Rayina terus membawah Reygan menyusuri rumahnya menuju living room. Setelah melewati beberapa ruangan besar, akhirnya sampailah mereka di ruangan yang dituju. Reygan takjub melihat dekorasi yang ditata disana. Cat dinding berwarna putih bersih dengan sofa berwarna hitam yang ditata rapi menambah kesan elengan ruangan itu.

Rayina menoleh menatap Reygan. "Duduk," pintanya pada cowok itu.

"Lo kemana?" tanya Reygan melihat Rayina beranjak.

"Tunggu disini. Gue mau ambil minum," jawab Rayina berlalu dari hadapan Reygan.

Tak lama setelah itu, Rayina kembali dengan membawah napan berisi minuman dan beberapa bungkus snack. Tak lupa satu tangannya menenteng kotak P3K untuk mengobati luka Reygan dan juga dirinya.

"Jangan natap gue kayak gitu, gue nggak enak," suara Rayina berhasil memecah lamunan Reygan saat cowok itu menatapnya dalam.

"Siapa yang natap lo? PD nya dikurangin dikit!" alibi Reygan.

"Serah lo. Sekarang diminum jus nya," ujar Rayina malas berdebat.

"Kok rumah lo sepi? Orang tua lo kemana?" tanya Reygan meyesap jus nya.

"Lagi diluar negeri urusin perusahaan disana."

"Terus lo tinggal sendirian disini?"

"Nggak! Gue tinggal bareng Bibi," Reygan mengut-mangut mengerti mendengar penjelasan Rayina.

###

Di tempat lain, Aira tak bisa tenang saat kakaknya tak kunjung pulang. Dirinya sudah mencoba menghubungi para sahabat Reygan tetapi tak ada satupun dari mereka yang memberi jawaban mengenai kakaknya.

"Abang dimana sih? Suka banget buat gue khawatir."

"Nomor yang anda tuju tidak dapat menerima panggi ini..."

Suara itu terus bermunculan saat Aira berusaha menghubungi Reygan. "Abang dimana? Jangan buat gue khawatir," gumamnya.

"Rara!" panggil Aldiano.

"Ayah Dian! Ada apa?" tanya Aira.

"Abang kamu udah bisa dihubungin nggak? Dari tadi Abang nggak bisa dihubungin sama Ayah dan Bunda." Sontak jawaban itu membuat rasa khawatir Aira semakin besar. "Rara juga nggak dapat kabar dari Abang, Ayah Dian..." lirih Aira.

Reygan & Rayina (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang