"Selalu bahagia Lang, gue... sayang sama lo."
Setelah menggumamkan kalimat itu, Alia langsung melangkahkan kakinya dari rooftop. Cewek itu akan pulang tapi bukan ke rumah. Mungkin dirinya akan mencari tempat yang bisa ia gunakan untuk menghibur diri, seperti Cafe.
Sementara itu, Galang masih berdiri tegak di belakangnya tanpa niat beranjak dari sana. Rasanya semua syaraf Galang berhenti bekerja untuk beberapa saat. Pikirannya terus mengingat ucapan Alia hingga mampu membuatnya diam membisu. Cowok itu tak tau apa yang harus ia perbuat. Berharap pun sudah tak ada gunanya.
###
"Kan, lo liat Galang nggak? Tuh bocah kemana aja dari tadi?" tanya Risko.
"Mana gue tau, Bambang. Dari tadi gue disini mulu. Lo juga dari tadi gue tanyain nggak mau jawab. Dasar laknat lo!" jawab Arkan. "Kalau lo mau tau dia dimana, nih gue kasih tau. lo punya kaki, punya mata juga. Jadi, silakan jalan buat cari dia pakai kaki lo dan temuin dia pakai mata lo. Sampai disini paham nggak?"
Ohhh... tolong berikan banyak kesabaran kepada Risko untuk menghadapi orang seperti Arkan. "Kadang gue herman, Kan. Mungkin Bunda lo dulu ngidam orang sinting makanya lahirin anak yang nggak punya otak kayak lo," keluh Risko sudah tak tahan dengan Arkan yang memiliki otak sebesar biji jagung saja.
"Dengar baik-baik, Ko. Gue punya otak. Kalau gue nggak punya organ itu, berarti sekarang gue udah nggak ada di dunia ini alias dead," jawab Arkan enteng.
"Iya, lo menang. Puas hm?"
"Puas banget dong," kekeh Arkan dengan tampang tak berdosa.
Tepat di samping mereka, Reygan hanya menatap heran kedua sahabatnya. Cowok itu tak pernah mengerti mengapa kedua makhluk itu selalu menciptakan keributan yang tidak pernah bermanfaat jika bersama.
###
Di tempat lain, Galang berjalan lesu ke arah kelasnya. Kejadian di rooftop membuatnya tak mampu berkonsentrasi penuh. Kakinya perlahan membawah cowok itu menginjaki kelas. Tatapan yang ia pancarkan seakan kosong seperti tak ada tanda kehidupan disana.
Bersikap bodoamat terhadap tatapan heran para sahabatnya, Galang melangkah menuju mejanya berada dan mengambil posisi tidur.
"Galang kenapa?" tanya Reygan.
"Nggak tau. Gue rasa tuh bocah ada samalah deh," jawab Arkan.
"Masalah goblok!"
"Nah itu sakmud gue."
"Maksud sinting!"
"Pokoknya itu deh."
"Udahlah nggak usah dipikirin!" kini Risko yang menimpali.
Yang terjadi setelahnya adalah Reygan dan Arkan menatapnya penuh intimidasi. Bagaimana mungkin, Risko yang mereka kenal akan sikap bijaknya tak peduli seperti itu? Dan lagi, bukannya cowok itulah yang menanyakan keberadaan Galang? Lantas mengapa seperti itu? Apa yang terjadi?
"Ko, lo kenapa? Tadi lo yang paling semangat tanya-tanya keberadaan Galang. Tapi kenapa sekarang lo nggak peduli kayak gini?" tanya Reygan.
"Nggak kenapa-napa," jawab Risko ketus dan berlalu keluar dari kelasnya. Iya, dirinya sempat menanyakan keberadaan Galang bukan karena dirinya khawatir melainkan...
KAMU SEDANG MEMBACA
Reygan & Rayina (END)
Teen FictionMengisahkan tentang pertemuan dua insan karena suatu insiden yang tak terduga, yang mana insiden itu membuat mereka saling terikat satu sama lain tanpa disadari. "Lo gila hah!" "Maaf..." "Akal sehat lo mana, Rey?" "Gue takut!" Deg... Rayina mendeka...