Pagi itu Rayina berangkat lebih awal ke sekolah. Bayangan ciumannya dan Reygan masih terngiang di otaknya. Terkadang cewek itu senyum sendiri tanpa menghiraukan tempat dimana ia melakukan hal demikian. Sementara ia bergeming dengan pikirannya, suara panggilan seseorang membuyarkan lamunan cewek itu.
"Kak Ray!" panggil Aira.
"Ada apa, Ra? Kok pakai lari manggilnya?" tanya Rayina.
"Itu Kak... Abang nitipin pesan, hari ini dia nggak masuk sekolah."
"Lho kenapa? Abang kamu baik-baik aja kan?"
Rayina khawatir. Apa yang terjadi dengan Reygan? Perasaan, cowok itu terlihat baik-baik saja saat balik dari rumahnya semalam. Lantas apa alasan cowok itu tak masuk sekolah? Rayina sendiri bingung.
"Abang nggak papa, Kak. Yang aku dengar sih dia ada urusan sama gengnya. Tapi Rara nggak tau urusannya apa," jelas Aira.
Rayina mengut-mangut. Bohong jika ia tak mengkhawatirkan Reygan. Entah mengapa hatinya mengatakan ada sesuatu yang akan terjadi. Pikiran buruk itu terus mengganjal otaknya hingga keberadaan Aira di depannya tak ia hiraukan.
"Kak, kakak nggak papa kan?" panggil Aira membuyarkan lamunan Rayina.
"Ehhh nggak papa, Ra. Kakak cuman mikirin soal tugas aja," elak Rayina sembari melemparkan senyumnya. "Btw, masuk yuk. Bentar lagi masuk kelas," lanjutnya.
###
Di lain tempat anggota Arion tengah berkumpul di basecamp atas perintah sang ketua. Air muka yang Reygan pancarkan membuat semua anggotanya bingung. Jarang sekali ketua mereka bersikap seperti itu.
"Bos, ada apa?" tanya Bima.
Reygan tak menyahut. Cowok itu terlihat sibuk berperang dengan pikirannya sampai pertayaan Bima tak ia hiraukan.
Melihat itu Oskar memberi kode kepada Galang untuk mendekati Reygan. Galang yang terlampau peka akan hal itu segera menjalankan tugasnya. Bukannya Oskar tak memberi kepercayaan kepada Risko ataupun Arkan untuk menghampiri sang ketua. Hanya saja dirinya berpikir Galang lah yang paling mengerti akan isi hati dan pikiran Reygan.
Galang mendekat. Cowok itu menepuk bahu Reygan menyadarkan sang empunya. "Lo kenapa, Nyet?"
"Gue nggak bisa tinggal diam, Lang," jawab Reygan.
Galang mengenyit pasalnya ia tak mengetahui arah pembicaraan sahabatnya. "Kenapa? Why you say that?"
Reygan bergeming. Pembicaraannya dan Alfa malam itu terbang begitu saja dalam benaknya.
Flasback on
Reygan melajukan motornya dengan kecepatan sedang membela jalanan. Cowok itu terus tersenyum membayangkan wajah Rayina. Hingga tanpa sadar dirinya tak senjaga melewati area Vilton.
Dirinya mengumpat menyadari hal itu. "Bisa mati kalau gue ketahuan sama anak Vilton," geruntunya.
Benar saja, tak lama setelah itu Alfa dan beberapa anteknya melintas di depan Reygan. Melihat musuh di depan mata, mereka memarkirkan motor asalan dipinggir jalan. Sepertinya, malam itu adalah malam yang paling beruntung dimana mereka akan menaklukan ketua Arion yang terkenal dengan kebringasannya.
Alfa tersenyum culas melihat sedikit ketakutan dalam diri Reygan. "Ternyata seorang leader Arion punya rasa takut juga," sinisnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reygan & Rayina (END)
Roman pour AdolescentsMengisahkan tentang pertemuan dua insan karena suatu insiden yang tak terduga, yang mana insiden itu membuat mereka saling terikat satu sama lain tanpa disadari. "Lo gila hah!" "Maaf..." "Akal sehat lo mana, Rey?" "Gue takut!" Deg... Rayina mendeka...