Sampai di sekolah, Rayina langsung memarkirkan mobilnya di area parkiran. Saat cewek itu keluar, semua atensi teralih kepadanya terlebih khusus para kaum adam.
Selain menjadi most wanted girl, Rayina juga terkenal akan otak berlian yang ia miliki. Cewek itu selalu unggul dalam bidang akademik maupun nonakademik terutama dalam hal bela diri. Tak hanya itu, kadar kecantikan serta style yang ia kenakan seakan manambah tingkat popularitasnya. Namun bagi cewek berkulit putih itu, semua kelebihan yang ia miliki bukan menjadi patok ataupun tolak ukur hidupnya.
Tak lama setelah Rayina memarkirkan mobil, sebuah mobil sport kembali melintas didepannya. Dirinya tak tahu siapa pengemudi mobil itu. Tak mau ambil pusing, cewek itu beranjak dari sana sambil menyampirkan tas di bahu kirinya.
"Ray, lo ada waktu nggak? Gue mau ngomong sama lo." Langkah Rayina berhenti saat seseorang memanggilnya. "Emm... ada apa, Kak?" tanya Rayina balik.
"Ini soal keselamatan lo kedepannya. Tania bakal usik terus kehidupan lo dan buat lo menderita secara perlahan. Gue nggak bisa tinggal diam kalau kayak gini, Ray. Gue nggak mau lo celaka gara-gara Tania."
Rayina mengut-mangut mengerti mendengar penjelasan Tama. Sejak dulu cewek itu sudah menebak akan rencana busuk Tania kepada dirinya. "Terus gimana, Kak?"
"Sebentar kita ketemuan di cafe. Gue akan bahas soal ini disana."
"Nggak! Rayina ikut sama gue. Soal urusan lo sama dia, bisa lain kali aja kan?" Suara bariton seseorang membuat Rayina menoleh melihatnya. Mata cewek itu membola melihat figur itu.
"Kenapa git--" tak sempat melajutkan kata-katanya, Reygan lebih dulu membekap mulut Rayina.
"Hari ini kita janjian nge'date kan?"
Rayina dibuat pusing mendengar pertanyaan tak masuk akal dari Reygan. Dirinya bingung akan arah pembicaraan cowok itu. "Lo--"
"Diam atau gue cium!" potong Reygan cepat membuat Rayina bergedik nyeri.
Tama terkekeh melihat interaksi kedua sejoli didepannya, kemudian mendekati Reygan. "Bro, lo tenang aja. Gue nggak akan ambil Rayina dari lo. Dia udah gue anggap sebagai saudara. Gue senang lo dekatin Adek gue. Dan gue yakin lo bisa lindungin Rayina dari bahaya selama gue nggak ada." Tama beralih menepuk pundak Reygan. "Ingat, gue udah percayain lo lindungin Adek gue. Dan gue harap lo nggak kecewain gue," tutur Tama berlalu meninggalkan Reygan dan Rayina.
"Ray, cowok lo kayaknya sedikit arogan deh!!!" teriak Tama dengan kekehan khasnya menyisakan tatapan melotot dari Rayina.
"Kak, tunggu!"
"Biarin dia," tutur Reygan menatap lurus ke depan.
Rayina beralih menatap cowok itu. "Kenapa lo ngomong kayak tadi?"
"Emang kenapa?" Sudah menjadi kebiasaan bagi Reygan jika ditanya maka dirinya akan bertanya balik. Entahlah apa yang membuatnya lebih suka bertingkah seperti itu. Tapi, secara tidak langsung cowok itu telah membuat Rayina kesal setengah mati.
"Bisa lo nggak nanya balik?" sarkas Rayina.
"Gue nggak suka lo dekat sama cowok lain."
Deg....
Rayina diam seribu bahasa. Perutnya seperti digelitik mendengar jawaban Reygan. Ada desiran aneh yang mengalir hebat dalam hatinya mendengar pengakuan itu. Dapat dipastikan, wajah cewek itu memerah saat itu juga. Meski di cap sebagai cewek tomboy, sebagai seorang perempuan Rayina juga bisa merasakan perasaan aneh seperti itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reygan & Rayina (END)
Novela JuvenilMengisahkan tentang pertemuan dua insan karena suatu insiden yang tak terduga, yang mana insiden itu membuat mereka saling terikat satu sama lain tanpa disadari. "Lo gila hah!" "Maaf..." "Akal sehat lo mana, Rey?" "Gue takut!" Deg... Rayina mendeka...